Ulos, Kain Tenun Khas Suku Batak yang Memikat Antroplog Belanda

Salah satu kekayaan tradisi dan budaya Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Salah satunya adalah suku Batak, Sumatera Utara yang memiliki banyak warisan budaya. Bagi masyarakat Indonesia tentu tidak asing lagi dengan kain khas asal Sumatera Utara, yaitu ulos. 

Advertisement


Ulos menjadi bagian dari identitas masyarakat suku Batak.


Karena keindahan, makna dan sejarah yang terkandung di dalam Ulos, membuat seseorang yang berasal dari Belanda, turut berpartisipasi dalam melestarikan kain ulos melalui suatu proyek yang dinamakan "Proyek Pulang Kampung". Proyek Pulang Kampung adalah sebuah proyek seorang Freelance Antropologist asal Belanda bernama Sandra Niessen. Proyek pulang kampung merupakan suatu bentuk penghargaan Sandra terhadap orang – orang yang telah membantu, selama Sandra melakukan penelitian lapangan untuk PHD-nya di Sumatera Utara pada tahun 1979 – 1980.

Selama melakukan penelitian di Sumatera Utara, Sandra jatuh hati pada kebudayaan suku Batak. Hal ini menumbuhkan rasa keingintahuan yang mendalam akan budaya yang dimiliki oleh suku Batak. Salah satu hal yang dilakukan Sandra untuk menjawab keingintahuannya itu adalah dengan tinggal dan bergaul akrab dengan masyarakat sekitar dan melakukan beberapa perjalanan ke beberapa daerah di Sumatera Utara, seperti Balige, Porsea dan Tarutung. Selain itu Sandra juga mempelajari cara menenun kain Ulos di Harian Boho, sebuah Teluk di kaki Pusuk Buhit di tepi Barat Danau Toba.

Advertisement

Sandra belajar menenun kain Ulos dari orang asli suku Batak, bernama Ompul Sihol, br Situmorang. Di Harian Boho Sandra diajarkan cara menenun Ulos dengan cara lama: lambat, metodis dan sungguh-sungguh memperhatikan detil. Setelah kunjungan terakhirnya pada tahun 2003, Sandra menemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh masyarakat Batak. Banyak masyarakat Batak kini yang telah melupakan warisan budaya leluhurnya, terlihat dari produksi kain Ulos yang sudah tidak banyak lagi dijual di Sumatera Utara.

Kain-kain Ulos dulu yang cukup populer dijual di pasar, kini jarang terlihat lagi. Hal ini terjadi karena para penenun merasa dulu penghasilan dari menenun ulos bisa menjadi tambahan bagi penghasilan dari usaha menggarap tanah, tetapi sekarang tidak lagi. Harga jual tekstil jadi di pasar di bawah harga benang. Sandra berkata,

Advertisement


“Kemiskinan membatasi kapasitas para penenun dan globalisasi telah mengalihkan fokus kaum muda menjauh dari budaya mereka”.


Oleh karena keprihatinannya, Sandra Niessen membuat suatu proyek yang dinamakan “Proyek Pulang Kampung”. “Proyek Pulang Kampung merupakan eksperimen mengembalikan warisan budaya dalam bentuk buku berjudul Legacy in Cloth, Sandra pun menjelaskan bahwa proyek ini berjalan dari hasil pensiunannya serta beberapa donor dari berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Jerman. 

Legacy in Cloth adalah buku yang berisikan tentang catatan lengkap mengenai tekstil Batak, seperti contoh – contoh desain kain Ulos yang pernah diproduksi pada masa lalu. Tidak hanya sampai disitu saja, setelah selesai membuat buku tersebut Sandra dan team kembali ke Sumatera Utara untuk membagikan buku tersebut kepada 15  penenun, 2 pemintal, 2 pencelup, 10 anak dan cucu dari penenun, 2 penjual tekstil pasar, 3 sekolah dan 9 orang lain yang memiliki ikatan khusus dengan tekstil Batak, guna dapat ikut membantu dalam pelestarian atau kebangkitan tradisi suku Batak.

Sandra Niessen adalah salah satu dari penyelamat kebudayaan Indonesia, khususnya untuk masyarakat Batak. Walaupun beliau dari negara yang berbeda namun kepeduliannya untuk masyarakat Batak harus diberikan apresiasi tinggi. Karena begitu besar kontribusi yang dilakukan oleh Sandra Niessen dan Team untuk melestarikan dan menumbuhkan rasa cinta masyarakat Batak terhadap budaya Batak. Sudah seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia semakin terpacu untuk melestarikan dan meneruskan budaya nenek moyang kita. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Indonesian living in Tanzania