Bukan sebuah cerita indah di penghujung tahun. Namun kisah pilu yang membuatku tenggelam dalam keterpurukkan. Desember harusnya adalah bulan istimewa bagiku. Bulan di mana aku melihat dunia untuk pertama kalinya. Banyak doa dan pemberian yang aku terima. Aku bersyukur Tuhan masih memberiku kesempatan berada di dunia bersama orang-orang yang kukasihi. Satu hal yang sangat bermakna di awal Desember, kado terindah yang Tuhan beri, seketika semua bingkisan yang aku dapat dari teman, kekasih dan saudara tidak ada artinya. Hanya sebuah suara di seberang sana yang mampu menciptakan jutaan pelangi di hati.
Sebuah suara yang amat aku rindukan, setelah hampir satu tahun lamanya menghilang tanpa kabar. Seseorang yang kupanggil papa, menyapaku lewat pangilan seluler. Menanyakan kabar, permintaan maaf dan rindu. Pecah tangisku. Tidak peduli di mana aku saat itu berada. Sekalipun jadi tontonan para rekan kerja. Bahagia dan sedih di saat yang bersamaan kurasakan.
"Pa.. terima kasih ya sudah mengingat hari ini. Tidak apa kita tak berjumpa. Tidak apa kakak tidak melihat wajah Papa. Suara Papa sudah cukup mengobati rindu. Meski raga inginnya memeluk. Tapi belum waktunya kita berjumpa. Meski banyak tanya yang ingin kakak sampaikan, namun kakak tahan sebisanya sebab kakak tak ingin merusak moment ini. Papa I Miss You.."
***
Bersama bahagia selalu ada kisah sedih yang mengekori. Satu paket yang tidak terpisah. Cukup tujuh hari pelangi itu menghiasi hari-hariku. Dan badai lalu menerpa kehidupanku. Menjungkirbalikkan hidup yang aku jalani. Aku ‘diusir’ dari kehidupan nyaman dan penuh cukup yang aku jalani. Aku dipaksa angkat kaki dari tempat dimana aku tumbuh dan menghabiskan banyak waktu. Tidak diberi waktu untuk berkemas pun berpamitan. Aku ditodong dengan banyak tuduhan . Semua salah ditimpah pada aku. Aku bukan lagi patah tapi telah hancur berkeping-keping. Menyeret dengan paksa kaki ini untuk melangkah pulang. Membawa malu dan kecewa.
Aku terkubur dalam rasa penyesalan. Menyalahkan betapa bodoh diri ini yang silau akan kemewahan. Akan ‘milik’ orang lain yang tidak mampu aku miliki. Lalu memaksa diri untuk terlihat sama. Tampil bak ratu dengan kesombongan. Mengabaikan manusia-manusia yang tulus menyayangiku. Dan mengakui ‘mereka’ yang tertawa bersama sebagai seorang sahabat.
Bertahun-tahun aku mengabdikan diri, menjadi ‘budak pekerja’, hanya karena satu kesalahan. Aku dibuang bagai sampah. Mereka yang setiap hari bersama, bersenda gurau, saling melempar candaan, menghabiskan banyak waktu denganku berubah jadi orang-orang yang tidak mengenalku. Aku seperti mahkluk tak kasat mata. Tak tampak dipenglihatan. Jangankan pelukkan, sekedar sapaan pun tidak aku dapati. Ke mana kalian yang aku panggil sahabat? kenapa kalian ikut berada pada barisan yang menghakimiku.
Dan pada akhirnya aku memahami dalam kondisi terendah hidupku, tidak ada tempat bergantung selain pada iman dan Tuhanku. Kembali merendah dengan tertunduk malu mengharap ampunan dan kasih-Nya.
***
Sempat terlintas ingin mengakhiri hidup. Mungkin kematian bisa membuat aku terlepas dari rasa malu, sakit, terluka, kecewa dan rasa bersalah.
Berhari-hari mengurung diri dalam kamar tanpa menyentuh makanan tidak membuat aku keluar dari masalah. Menangis di setiap waktunya pun tak ada guna. Aku merenung banyak hal. Mungkin inilah teguran dari Tuhan untuk aku yang angkuh. Aku yang selama ini tidak peduli pada Kehadiran-Nya. Mengabaikan setiap panggilannya. Balasan akan dosa-dosa yang telah bertumpuk. Aku merenungi banyak hal, inilah buah dari tingkah dan lisanku yang acap kali menyakiti hati orang lain.Â
Tuhan tengah menunjukan padaku betapa mudah bagi-Nya  menjadikan ‘kemustahilan’ itu jadi nyata. Allah, Tuhan pemilik hidupku. Mungkin sesal ini sangat terlambat, tapi tak apa. Aku bersyukur dan melatih diri untuk ikhlas menghadapinya. Semoga ini jadi titik balik hidupku untuk jadi manusia yang lebih jujur dan takut pada-Mu.
Tuhan beri aku kesempatan untuk menjadi manusia lebih baik dan mengubur hari-hari pahit ini. Beri aku kesempatan menebus salahku. Memperbaiki setiap ucapan yang keluar dari lisan ini. Aku siap jadi manusia baru di tahun yang baru. Tuhan tolong aku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”