[CERPEN] Tunggu Aku di Pojok FB Itu!

Lelaki tua yang akhirnya menderita karena ulahnya sendiri sebagai play boy di Facebook.

Kau memang wanita tangguh!' Lelaki tua itu berkata liirih. Tak ada orang di dekatnya. Sendiri dan mengetik naskah. Ia membayangkan wanita yang sedang bekerja di negeri asing yang jauh dari keluarga. Jauh dari suami yang dicintainya dan anak kecil semata wayang yang disayanginya.

Advertisement

"Jangan menangis! Hidup tak sekadar wacana yang indah terbaca, seperti puisi cinta yang mendayu-dayu! yang ditulis oleh mereka yang sedang kasmaran," lelaki tua itu membatin.

"Hidup harus diwarnai dengan kerja keras! Meski dengan leleh peluh, percik darah, dan tetes air mata sekalipun!" lanjutnya membatin.

***

Advertisement


"Sekarang di sini sedang musim semi. Gedung-gedung pencakar langit disabut kabut dingin. Matahari seperti enggan menyapa! Namun, sepagi ini aku harus bekerja. Memasak. Ya, memasak! Ah, beginilah! Babu di dapur," kata wanita itu di pojok facebook.


"Master chef," balas lelaki tua itu.

Advertisement

"Oh, tidak sekelas itu!"

"Jangan lupa, kirimi saya masakanmu!"

Sesaat kemudian, di kotak pesan yang dipandang lelaki tua itu, muncul serangkaian foto berbagai menu masakan. Ayam goreng, telor ceplok, mie goreng,. Ada juga teh, air putih, dan susu. Buah-buahan seperti apel, dan per juga ada.

"Boleh saya mencicipi? Hehehheh ….!"

"Boleh."

***

"Aku sedang membaca buku hingga larut malam seperti ini. Tugas-tugas menumpuk.You know, Sir!'" Kata wanita itu di pojok facebook.

"Kau memang kutu buku!"

"Harus! Harus aku selesaikan kuliakuh saya dii sini. Pagi hingga sore aku  bekerja. Malam membaca buku. Sabtu dan Minggua ke perpustakaan mencari referensi."

"Kau memang wanita tangguh!'

"Terima kasih."

"Boleh saya menemanimu hingga kau terlelap mendekap buku-buku yang telah kau lahap?"

"Silakan!"

***

"Kau memang wanita tangguh. Juga cantik. Saya jadi kepincut!" kata lelaki tua itu di pojok facebook.

"Jangan merayku, Sir!"

"Mengapa?"

"Tidak  boleh!"

"Ya, mengapa?"

"Aku sudah bersuami! Anakku satu. Laki-laki. Masih kecil. Kelas 1 SD."

"Oh, …. Maafkan saya."

"Baik! Kita bersahabat. Meski cuma di dunia maya.":

"jangan sakit  hati, Sir! Di sini, di Hongkong, aku juga mempelajari manajemen kejujuran, persahabatan, dan masa depan!"

"Oh, tidak! Keterbukaan dan elegansi itu penting. Meski kini saya merasa sebagai lelaki yang malang!'"

***


"Yang merasa kawanku, angkat tangan! Yang merasa selingkuhanku,, angkat bicara! Yang merasa mantanku. angkat kaki!'


Demikian update  status terbaru yang ditulis oleh lelaki tua itu di akun facebooknya. Lelaki tua itu selalu membunuh waktunya pada malam hari hingga menjelang subuh dengan menulis status di dinding kronologinya  atau chatting dengan siapa pun yang disukainya. 

***

Malam-malam panjangnya selalu ia gunakan untuk curhat danberbicara dengan perempuan yang menjadi kekasihnya di dunia maya. Berbicara apa saja yang berkelebat di dalam kepala atau hatinya. Tanpa beba. Juga mendengarkan keluh kesah yang disampaikan kekasihnya. Dengan bahasa yang mbeling. Bahkan vulgar.

Namun, pertemanan lelaki tua itu dengan perempuan kekasihnya, selalu berumur pendek. Ia merasa bosan. Ia akhiri pertemanan itu. Ia kemudian kekasih baru lagi. Ia berbicra dan mendengar lagi. Ia sudahi lagi karena bosan. Hingga tak terhitung dengan jari tangan mantan kekasihnya di dunia maya. Mangsanya bertumbangan.

***

Lelaki tua itu masih duduk menghadap laptop ketika nyanyian jengkerik masih terdengar. Lolong anjing liar tak membuatnya takut. Karena malam hari baginya adalah waktu kebahagiaan itu bersemayam di dalam hatinya. Meski diwarnai dengan kata-kata tak sedap didengar. Ia masih juga chatting dengan kekasihnya.

***


"Tunggu aku di pojok FB itu! Jam sembilan!" Demikian kalimat yang terbaca oleh lelaki tua itu di kotak pesan di facebook. Pesan itu berasal dari kekasihnya. Ia membaca berkali-kali kalimat itu.


Lelaki tua melihat jam dinding di tembok kamarnya. Pukul delapan malam. Matanya kemudian menembak kalender yang terpasang di sebelah jam dinding. Hari sabtu. Pada hari Sabtu malam inilah ia akan berbicara dengan kekasihnya. Membiacarakan masa depan dengan kekasihnya yang paling disayang karena ia berencana akan menikahinya.

***

Ia masih duduk menghadap laptop. Memandang layar monitor. Melihat profil facebooknya. Ia menunggu pesan masuk. Akan tetapi, pesan yang ditunggu tak juga muncul di kotak pesan. Sepertinya ia lupa bahwa kekasihnya akan muncul di facebooknya pada jam sembilan malam. Ia tak sabar menunggu.

Ia mulai jenuh hanya dengan memandang profilnya. Matanya lalu menyusuri status yang pernah dipostingnya. Puisi. Ia tertawa karena puisi-puisi pernah diunggahnya disukai teman-temennya. Puisi-puisinya juga memperoleh banyak komentar. Tetapi, kebanyakan mengejeknya daripada memujinya.

***

Pesan yang ditunggu tak juga muncul di kotak pesan. Padahal sudah hampir satu jam lelaki tua itu duduk memandangi profilnya Ia lalu mengalihkan  pandangannya ke foto temannya. Ia membuka profil temannya itu. Mantan kekasihnya di dunia maya. Ia tersenyum. Sebab mantan kekasihnya itu  mengunggah banyak foto selfie seronok di dinding facebook.

Ia kemudian melihat jam dinding. Sudah jam sembilan kurang lima menit. Ia berdiri keluar kamar. Minum kopi dingin yang disedu sejam lalu, kemudian memegang koran pagi yang dibelinya. Membaca berita utama di halaman pertama. Baru satu kalimat yang dibacanya, ia merasa bosan. Ia teringat kembali pesan kekasihnya.  Buru-buru ia memasuki kamar.

Ia duduk. Menghadap meja. Menatap layar monitor. Membaca profilnya. Dilihatnya petunjuk waktu di laptop.Jam sembilan malam. Benar! Pesan dari kekasih lelaki tua itu muncul di kotak pesan.

***


"Kamu benar-benar bajingan! Kamu tipe lelaki yang tidak setia.Saya tahu bahwa kamu memiliki banyak pacar. Karena dunia maya telah kau tafsirkan sebagai kebebasan tanpa batas. Teman-temanku ternyata juga kau pacari! Mulai sekarang kau bukan lagi pacarku! Aku tidak sudi lagi menjadi selingkuhan di dalam pikiran dan hatimu yang kau kemas dengan kata-kata bijak!


Setelah membaca pesan itu, tubuh lelaki tua itu perlahan limbung ke depan.Meski masih dalam posisi duduk. Wajahnya menimpa tuts keyboard.

Cibinong, 14 September 2019

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis dan pensiunan guru SMP di DKI Jakarta. Dengan suka hati menulis artikel, cerpen, dan puisi di media massa cetak, media online, dan media sosial. Menulis buku puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (2018). Selain itu, juga menulis buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan sebagai Pengembangan Profesi Guru (2018) Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.