Jika dengan menulis akan memahat peradaban maka izinkan aku mengabadikan kisah kita dan kau sebagai satu satunya pemeran. Aku tidak pernah membenci pertemuan dan bahkan tidak pernah menyukai jika pada akhirnya kau dan aku dipisahkan, mengutuk pertemuan sama saja menjadikan murka ku pada sang pencipta. Hal yang bisa ku lakukan adalah bersyukur. Bersyukur bahwa kita pernah dipertemukan dan bersyukur bahwa kita akhirnya tidak sejalan.
Apa kamu masih ingat pertemuan awal kita?
Kurang lebih 7 tahun yang lalu kamu menjadi siswa baru di sekolahku, namamu mulai tak asing terdengar bahkan sangat fasih terucap dari mulut ke mulut. Kamu dengan tampilan yang sedikit berbeda dari siswa yang lain dengan gagah melewati pintu kelasku. Aku yang sedang menikmati fokusku dengan seonggok tugas di meja seakan teralihkan dengan senyum dan tatap mata yang bahkan aku sendiri tidak tau siapa kamu, anehnya entah kenapa aku membalas senyummu saat itu.
Lalu bagaimana dengan pertemuan kedua kita? Apakah kamu ingat? Atau pertemuan kedua hanya bagiku saja? Mungkin bagiku. Atau mungkin pertemuan awal, kedua dan seterusnya kamu kepada ku berbeda? Ah sudahlah saat ini aku hanya ingin bercerita dari sudut pandang ku saja.
Pertemuan kedua mungkin lebih menggelak tawa, aku selalu tertawa kecil saat disuruh mengulang kembali ingatan masa masa itu. Kamu pasti masih ingat seberapa nakal dan ditakuti teman teman kelasmu saat itu, bahkan guru guru pun enggan mengajar kelasmu. Maka dari itu kelasmu sering kosong dan kamu beserta teman teman nakalmu selalu menjadi penghuni tangga yang pastinya ditakuti siswi lain salah satunya aku. Aku sangat takut bahkan aku pernah berjanji tidak akan melewati tangga itu jika kamu dan gerombolanmu masih berkuasa di sana. Tetapi segenting gentingnya keadaan aku harus melewati tangga itu, ada hal yang harus aku selesaikan di ruang guru .
Kamu tau seberapa takutnya aku saat itu? Aku bahkan tidak menjauhkan pandangan dari ubin-ubin lantai yang selalu ku tatap dengan tundukan kepala sembari berjalan. Sesampainya di tangga apa yang aku takutkan terjadi, teman temanmu mengangguku dan kamu dengan lantang membentak mereka. Semua terdiam..
Tanganmu membentuk seperti pistol mengarah padaku sembari mengatakan ”besok kamu akan jadi milikku” lalu kamu kembali tersenyum persis dengan senyum awal pertemuan kita.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”