Tuhan Kita Memang Berbeda, Namun Semua Tuhan Menginginkan Kita Bersama Karena Kita Indonesia

Justru Budha, Yesus, dan Muhammad akan berpelukan saat kita bersama

Bhineka Tunggal Ika senantiasa menggema di telinga, saat negeri sudah semakin dewasa menghadapi dunia. Tujuh belas agustus tahun empat puluh Lima menjadi saksi abadi bahwa negeri ini tercipta dari ribuan raga yang berbeda, namun berdarah yang sama, Indonesia. Merdeka telah menegaskan bahwa kita memang berbeda, namun darah yang mengalir adalah sama, sehingga kita adalah saudara. 

Advertisement

Indahnya negeri tercinta, di saat gereja dan masjid saling berdampingan satu sama lain. Saling menyediakan lahan parkir di saat umat lain sedang beribadah. Begitu mesranya ketika melihat umat Hindu Bali menjadi penjaga gereja umat katolik di saat mereka sedang khusyuk menjalankan ibadah misa. 

Begitu juga dengan eloknya pengeras suara masjid yang sudah tak ada lagi teriakan kafir dan kufur terhadap sesama saudara sendiri. Semua agama memang benar tanpa bantahan, namun kebenaran itu cukup di pendam dalam diri sendiri dan kepada sesama kepercayaan, bukan memaksa yang berbeda jalur untuk mengikuti kebenaran yang kita akui. Membiarkan orang lain percaya dengan apa yang mereka yakini itu indah. 


"Percayalah bahwa berbeda itu indah. Mencium sajadah masing-masing dalam bersujud, memeluk salib masing-masing sang meminta rangkulan yesus, serta menunduk memohon anugerah dan pertolongan sang budha itu adalah indah. Mari bangkit bersama, jangan biarkan mereka merusak apa yang sudah ada. Negeri ini tak boleh binasa hanya lantaran ego semata." 


Advertisement

Semangat merah putih harus tetap berkibar. Perbedaan kepercayaan jangan sampai membuat kita terus-menerus merasa terbakar. Jika tak mampu untuk meredam emosi, negeri kita sendirilah yang akan terbakar seperti semak belukar. Ayolah, negeri ini adalah milik kita bersama. Bukan milik mereka yang mayoritas dalam agama. 

Jangan biarkan tangisan pembantaian karena agama merajalela di tanah pusaka tercinta. Benci dan dengki tak boleh merasuki hati karena cara ibadah yang berbeda. Beribadah dan berdoa kepada tuhan masing-masing agar kita bisa sama-sama kuat adalah hal yang jauh lebih baik daripada terus-menerus berdebat mengenai siapa yang paling benar dan tepat. 

Advertisement

Lenyapkan nafsu untuk selalu merasa menjadi orang yang paling benar. Agama seharusnya membuat kita menjadi lebih sabar dan pintar dalam menghargai berbagai macam perbedaan. Bukan malah menjadikan agama sebagai tameng untuk menyingkirkan orang lain yang dianggap tak sejalan. Indonesia bukan negara satu agama, namun kita adalah negara yang masyarakatnya taat beragama. 

Sudah saatnya kembali berpelukan dan saling merangkul pundak sesama. Biarkan ego yang pernah menerpa menjadi dingin di dalam dada. Biarkan Soekarno dan Hatta terbaring tenang di surga sana, melihat kita yang saat ini kembali akrab dan bahagia. 


"Mentari pun sudah hampir tenggelam di ufuk timur, akankah kita terus-menerus menjulurkan pedang kepada saudara sesama? Tidakkah ada rasa iba untuk saling mencintai satu sama lain saat negeri ini sedang tergolek lemah tak berdaya? Waktu masih tersisa, saatnya membakar setan yang telah lama mendekam di dada."


Kasihanilah ibu pertiwi yang sedang tergolek lemah tertusuk infus di atas ranjang yang reyot dan lapuk. Walau raganya tengah rapuh, bibirnya tak pernah henti mentasbihkan ucapan persatuan untuk bangsa. Kita tak boleh seperti ini, negeri ini harus tetap berdiri hingga tuhan mengambilnya kembali. 

Kita memang berbeda pedoman dalam kitab suci, namun kita memiliki pedoman yang sama dalam kehidupan bernegara. Langkah dan rengekan kaki kita berpacu atas jalannya pancasila. Jangan biarkan burung garuda tertembak lemas lagi oleh penjajah. Karena kita sudah terlalu lelah untuk kembali tergolek lemah karena penjajah. Bersabarlah, tahan amarah di saat hati sedang ingin memukul sesama. 


"Hati kita mungkin tak selembut hati Rasulullah, iman kita pun tak seteguh pendirian Kristus, bahkan bathin kita pun tak setangguh milik sang budha, namun negeri ini bisa damai asal kita berusaha menurunkan ego masing-masing. Percayalah bahwa kita akan baik-baik saja. Cinta sesama tanpa harus mengangkat senjata, rangkul saudara tanpa memukul, serta saling menyayang tanpa harus menendang." 


Percayalah bahwa Kristus, Budha, dan Muhammad akan tersenyum manis di surga sana ketika melihat kita saling merangkul dan bergandengan tangan terhadap bersama. Mereka justru akan terluka jika melihat kita terus menerus memantikkan senjata. Nusantara adalah kita, bukan hanya milik dia yang sedang berkuasa. 

Pahlawan masa lalu tentunya akan merasa mati sia-sia apabila melihat masa depan yang saat ini sedang kita tapaki harus tercerai berai karena emosi melawan saudara sendiri. Apa pun agama dan etnis yang melekat dari darah kita masing-masing, kita adalah nusantara yang memiliki pahlawan yang sama. 

Satu nusa satu bangsa, dan satu bahasa kita. Ideologi khilafah yang berusaha menjajah semoga lekas enyah dan menyerah. Tekad bangsa telah bulat, bahwa meski kita berbeda-beda, kita tetaplah satu jua, Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati. Indonesia akan tetap menetap di hati, hingga raga ini menjadi mati ke dalam alam yang abadi.


"Tuhan tak perlu dibela, tuhan hanya ingin kita tetap bersama di saat ada banyak beda yang menerpa. Jangan jadikan bumi semakin sempit karena dusta dan amarah sesaat. Agama adalah pedoman, bukan senjata untuk saling melawan. Jadikan bumi semakin lapang, agar sesama tetap kuat saling menopang."


Mari menjahit tali jahitan merah putih yang sudah tercabik-cabik karena intoleransi dan adu domba agama. Kukuhkan niat untuk tetap menjaga bhineka tunggal ika, agar Indonesia tercinta tak lepas menjadi milik satu agama. Kita satu, dan akan tetap bersatu bersama tekad yang menyatu. 

Mari merawat Indonesia dengan tangan masing-masing. Berdoa kepada Tuhan yang ada di hati sendiri. Serta berkontribusi sesuai kemampuan masing-masing. Berhenti untuk saling menuduh dan menyalahkan satu sama lain. Negeri ini sudah semakin panas, sudah tak ada lagi waktu untuk berdekat dan berargumentasi pedas. Kita harus segera bersatu, untuk Indonesia yang maju. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Financial Analyst and Novelist