Beberapa dari kita pasti setidaknya pernah mengalami trauma. Menurut kalian apa itu trauma? Jika kita sudah mulai merasakan takut dan cemas mari simak penjelasan dibawah ini!
Trauma merupakan kondisi atau peristiwa mengancam bahkan membahayakan bagi diri kita sendiri, biasanya trauma ini sering dikaitkan dengan tekanan emosinal dan psikologis karena peristiwa masa lalu yang menimpanya dan menimbulkan luka batin yang mendalam.
Nah, kejadian atau pengalaman traumatik yang dialami tentunya akan dihayati secara berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, sehingga dapat dikatakan setiap orang itu akan memiliki reaksi yang berbeda pada saat menghadapi kejadian pasca traumatik. Pengalaman traumatik menurut Lenorgen merupakan suatu kejadian yang mengancam keselamatan dirinya, yang dialami atau disaksikan oleh individu.
Tetapi apa saja gejala yang timbul akibat trauma?Â
Berikut merupakan gejala yang ditimbulkan dari trauma yaitu, seperti adanya ingatan memori yang terus-menerus berkaitan dengan kejadian atau peristiwa yang pernah dialami pada masa lalu, serta mengalami mati rasa atau berkurangnya respon individu terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
Kemudian dalam kajian psikologis sendiri trauma memiliki beberapa jenis, yaitu:
- Trauma Psikologis. Trauma ini muncul akibat peristiwa atau pengalaman yang luar biasa, terjadi secara spontan tanpa adanya kemampuan untuk mengontrolnya, dan dapat merusak ketahanan mental.
- Trauma Neurosis. Trauma ini terjadi pada syaraf pusat (otak) akibat benturan dari benda keras.
- Trauma Psychosis. Trauma ini bersumber dari kondisi fisik, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota tubuh, dan sebagainya yang mengakibatkan shock serta gangguan emosi.
- Trauma Diseases. Trauma yang terjadi secara spontan atau berulang, yang bersumber dari stimulus yang dialami, seperti keracunan.
Selain itu, penderita yang memiliki trauma akan lebih sering mengurung dirinya dan merasa kehilangan akan kepercayaannya terhadap orang lain. Bahkan lebih parahnya lagi, bagi seseorang yang mengalami trauma yang berlebih bisa menimbulkan rasa ingin self-injury atau melukai dirinya sendiri sebagai bentuk penyesalan diri atau sebagai bentuk hukuman kepada dirinya.
Lalu mengapa trauma berkaitan dengan self-injury?
Self-injury sendiri merupakan suatu hal yang digunakan sebagai cara untuk mengatasi suatu masalah yang dialaminya dengan cara melukai dirinya sendiri dan dilakukan dengan sengaja sebagai bentuk penyesalan atau penghukuman kepada dirinya sendiri.
Nah, seseorang yang memiliki trauma tentu merasa kesulitan dalam mengekspresikan perasaan yang kita alami. Mempunyai masa lalu yang kelam dengan berbagai bentuk trauma yang dirasakan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi, kita pasti akan kesulitan untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan merasa cepat lelah jika beraktivitas.
Tidak hanya itu saja, perasaan yang ditimbulkan bagi yang mengalami pasca traumatis ini akan cenderung merasakan perasaan yang sedih, kemudian teringat dengan peristiwa-peristiwa masa lalu yang buruk, cemas berlebihan, kurang percaya diri, serta merasa takut untuk melihat masa depan.
Perasaan trauma seperti itulah yang menimbulkan masalahnya sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan, dan solusi yang dipilihnya hanya menimbulkan persoalan baru.
Kemudian, individu yang mengalami trauma ini lebih memilih untuk melukai fisik di tubuhnya sebagai pereda rasa sakit hati yang dirasakannya, dan menurutnya ini merupakan jalan yang terbaik. Inilah yang kemudian membuatnya melakukan fase terakhir perubahan respon dari proses regulasi emosi yaitu dengan cara melakukan self-injury atau menyakiti diri sendiri, padahal self-injury ini dilakukan tanpa adanya maksud untuk mengakhiri hidup.
Apa saja yang dilakukan bagi indivdu yang mengalami self-injury ?
Biasanya penderita self-injury melakukakan cara-cara yang dapat diyakini memberikan ketenangan sesaat, dan mampu membebaskan diri dari rasa sakit secara psikologis yang di alaminya. Menurut mereka, rasa sakit secara fisik yang didapatkan dari melukai diri tersebut menjadi tidak begitu berarti dan tidak sepadan dengan rasa sakit secara psikologis yang dirasakannya.
Untuk melakukan aksinya saja, penderita terkadang tuh menggunakan benda tajam atau benda tumpul seperti, pisau, cutter, silet, gunting serta benda tajam lainnya.
Tidak hanya itu, penderita yang mengalami self-injury biasanya melakukan hal dengan cara memukulkan kepalanya ketembok, mencakar tangannya, menyayat tangannya menggunakan benda tajam, meninju tangannya ke tembok, dan tindakan lainnya.
Lalu, apakah mereka tidak merasa sakit? Justru tindakan seperti itulah dilakukan untuk mengurangi dampak dari emosionalnya, dengan begitu mereka lebih merasa tenang setelah melukai dirinya sendiri.
Menurut (Lloyd-Richardson, 2007) Self-injury terbagi kedalam dua jenis, yaitu self-injury sedang atau berat, dan self-injury minor.
- Self-Injury Sedang/Berat. Pada self-injury jenis ini termasuk ke dalam tindakan yang sangat parah. Seperti menyayat kulit, membakar kulit, menggigit tangan, dan mengikis kulit.
- Self-Injury Minor. Pada self-injury jenis minor ini tidak termasuk ke dalam tindakan yang sangat parah. Seperti, memuluk pala atau tangan ke tembok, mencungkil luka, dan tidak makan seharian dengan sengaja.
Apakah self-injury ini dapat disembuhkan?
Penyembuhan self-injury itu tidaklah mudah untuk dilakukan, jika sudah terlalu sering melukai diri sendiri maka lebih baik melakukan konsul langsung ke psikolog, atau untuk meredakannya bisa dengan bercerita kepada teman atau orang yang terdekat.
Penanganan lain juga bisa dilakukan yaitu dengan menjauhi benda tajam, karena trauma yang di alami dapat memicu timbulnya rasa ingin melukai diri. Selain itu, jangan selalu berada di tempat sendiri, karena tempat yang sepi dapat membuat pikiran kita jadi kemana-mana, seperti mengingat semua trauma yang pernah dialaminya.
Jadi, self-injury ini dilakukan untuk mendapat ketenangan dengan latar belakang seperti trauma. Karena trauma yang di alaminya tidak lah hilang begitu saja, maka ia lebih memilih untuk menyakiti dirinya sendiri sebagai bentuk penghukuman. Self-Injury ini bukanlah penyakit melainkan sebuah pelampiasan untuk menenangkan perasaan yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Verenisa, A., Suryani, & Sriati, A. (2021). Gambaran Sel-Injury Mahasiswa. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(1). https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.800
Tarmizi (2012). Pemanfaatan Hypnoterapi dalam Mengatasi Trauma. Prosiding International Seminar & Workshop Post Traumatic Counseling, 1(1). https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/proceedings/article/view/709
Margaretha, A.A. (2019). Gambaran Proses Regulasi Emosi Pada Pelaku Self Injury. Jurnal Psikologi Indonesia, 7(2). https://doi.org/10.33508/exp.v7i2.2725
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”