Toxic Parenting, Lingkaran Hitam Perusak Karakter Anak

Tak ada orang tua yang tak memiliki rasa sayang sedikitpun kepada anaknya

Saya percaya, tidak ada orang tua yang tidak memiliki rasa sayang sedikitpun kepada anaknya. Saya percaya pula bahwa tidak mudah menjadi orang tua, apalagi dengan pola asuh yang ideal atau bahkan tepat. Selanjutnya muncul pertanyaan apakah ada pola asuh yang salah bahkan cenderung berbahaya bagi perkembangan anak? Jawabannya iya, tentu ada, hal tersebut dikenal dengan toxic parenting. Toxic parenting, dua kata yang berasal dari bahasa Inggris, yang bisa dipahami sebagai ‘cara pengasuhan yang beracun’.

Advertisement

Dilansir dari Psychology Today, toxic parenting dapat muncul karena pola asuh yang mereka terima dahulu, trauma masa kecil yang belum sembuh hingga saat ini, sehingga pola atau lingkaran tersebut dapat berdampak pada keturunan-keturunan berikutnya.

Toxic parenting tidak selalu tentang kekerasan, ancaman, dan perlakuan kasar lainnya, tetapi bisa terdeteksi pula apabila orang tua tidak menghormati anaknya sebagai individu, tidak berkompromi maupun bertanggungjawab apalagi meminta maaf terkait kesalahan mereka, secara tidak masuk akal memaksakan kehendak mereka demi kepuasan mereka, tidak memberi kesempatan anak untuk mengambil keputusan, bereaksi secara berlebihan atas kesalahan kecil anak, tidak menghargai pencapaian anak, mengkritik dan menyalahkan tanpa mendidik, membandingkan anak, manipulatif, berpura-pura sebagai korban atas kesalahan anak, pengabaian atas perasaan seperti tidak mendengarkan dan acuh, melabeli anak hingga membuat mereka merasa rendah diri.

Sikap lain yang mampu memengaruhi kepribadian anak adalah tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi diri mereka sendiri, membiarkan anak menyelesaikan kesulitannya ketika sang anak membutuhkan dukungan, larangan kepada anak untuk tidak menunjukkan emosi negatif seperti marah, kecewa, sedih sehingga anak tidak mampu mengolah emosinya ketika ia dewasa, dan yang kerap terjadi yakni mengungkit pengorbanan orang tua terhadap anak yang dapat menyebabkan anak merasa bersalah. Padahal sebenarnya tidak ada anak yang berharap dilahirkan untuk menanggung balas budi terhadap orang tuanya. Jika hal-hal diatas terus berlanjut, maka tidak mungkin pula akan terjadi komunikasi yang buruk dan hubungan antara anak dengan orang tua hanya seperti orang asing.

Advertisement

Setelah mengetahui hal tersebut, maka perlulah mengambil langkah agar pola didikan tersebut tidak berlanjut. Hal yang dapat dilakukan untuk menyikapi toxic parents sebagai anak adalah tidak menganggap semua hinaan dan celaan orang tua adalah benar, karena sesungguhnya setiap anak dilahirkan unik dan sempurna sesuai kemampuannya, mengomunikasikan permasalahan tersebut kepada orang tua, atau bahkan jika perlu anak dapat mengurangi intensitas bertemu.

Beberapa anak bahkan menjauhi orang tua mereka demi merasa tenang dan bersyukur atas segala pencapaian mereka yang tidak dihargai atau karena sakit hati dan kebencian yang disimpan sejak kecil. Hal ini bukan serta merta merupakan sikap durhaka anak terhadap orang tua, tetapi bagaimana anak mendapat kenyamanan atas diri mereka sendiri, mengelola emosi, dan menjauhi hal yang membuat perasaan anak semakin buruk.

Advertisement

Banyak terapis yang menyarankan hal ini kemudian kembali lagi kepada orang tua mereka. Beberapa diantaranya menikmati untuk tinggal bersama orang tua mereka, tetapi banyak pula yang memilih cukup sebagai formalitas saja dan lebih sering menghabiskan waktu sendiri dengan alasan pengembangan diri. Bagi saya, karena ini opini saya, hal tersebut sah-sah saja karena kesehatan mental dan support adalah hal penting pada proses pengembangan diri. Ketika tidak mendapatkan apresiasi atau terlalu banyak dikekang oleh orang tua, maka timbul gejolak didalam diri, perasaan rendah diri dan tidak pernah merasa pantas dibanggakan oleh orang tua.

Semua rasa benci, takut, atau pola didik salah yang tidak disadari dapat memengaruhi kepribadian dan cara anak menerima diri sendiri. Menuntut penyembuhan dan menyalahkan atas pola didikan yang keliru kepada orang tua bukanlah solusi. Hal yang perlu diketahui adalah anak bukanlah hal-hal kasar yang diucapkan oleh orang tua mereka, anak adalah anugerah yang akan bersinar sesuai bidang dan minatnya apabila didukung dengan baik. Anak tidak harus menyukai orang tua, anak hanya harus menghormati dan apabila memiliki orang tua seperti itu, mereka harus mampu menyembuhkan serta mendukung diri sendiri. Ketidakpedulian orang tua bukanlah cinta dan kasih sayang. Meskipun solusinya adalah komunikasi, apabila selalu gagal, anak tidak harus menuntut dirinya dicintai dan disayangi. Anak juga tidak harus membenci orang tua, kebencian mempersulit untuk mencintai diri sendiri.

Kepada orang tua dengan pola asuh yang keliru, penting bagi mereka untuk segera memperbaiki pola tersebut. Mulai dari hal kecil seperti memanggil anak dengan sebutan yang penuh kasih sayang, mengapresiasi pencapaian kecil, memeluk, menghargai keinginan dan minat anak, menjelaskan hal benar dan buruk tanpa melabeli dan menyalahkan anak, tidak mempermalukan anak didepan umum, tidak menggunakan kekerasan dengan mengatasnamakan demi kebaikan, memedulikan pola pikir dan perasaan anak dengan menanyakan kabar mereka hari ini, tidak mengungkit kesalahan masa lalu, memberikan kepercayaan kepada anak sehingga anakpun tidak akan membohongi orang tua. Apabila pola didikan yang salah ini berakhir, bukan tidak mungkin anak akan memberikan pola asuh yang baik dan supportif pula terhadap keturunan-keturunan mereka nantinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

reach me through email: fianniafs98@gmail.com