Hai, apa kabar mimpi?Â
Masih sanggup dipejuangkan atau sudah mulai lelah dengan kenyataan?
Sejak kita kecil orang banyak berlomba-lomba meminta kita untuk menyebut mimpi. Akhirnya dengan kepolosan daya imajinasi tinggi, kita memiliki keinginan untuk menjadi orang hebat. Menjadi dokter, guru, astronot, dokter, guru, polisi, tentara, dan profesi lainnya. Bahkan ingin menjadi seorang presiden. Keinginan yang muncul begitu saja setelah melihat betapa kerenya mereka.Â
Hidup bersama mimpi akan memberi harapan. Setiap pagi kita bangun untuk menyongsong mimpi. Saat orang-orang bertanya apa mimpimu? Jawaban sudah ada di luar kepala. Perjuangan menggapai mimpi tentu penuh drama. Banyak episode yang berakhir dengan mengenaskan. Lalu dimulai dengan episode baur yang tak kalah menegangkan. Tapi ada juga yang berakhir dengan manis.
Siang dan malam kita membuat proyek pencapaian. Membuat rencana dan persiapan untuk mewujudkan impian. Sampai waktu yang ditentukan. Lalu beberapa keadaan membuat kita seperti terpaksa, dipaksa sadar, mengerti dan paham, bagaimana dunia ini bekerja. Saat itu kita berharap orang-orang yang mencekoki kita dengan mimpi yang dulu muncul dan mengatakan "mimpimu pasti tercapai".Â
Tapi bukan itu yang kamu dapatkan. Malah mereka menyuruhmu untuk menerima keadaan. "Mulai sekarang berpikirlah yang realistis". Bukankah cita-cita yg kita miliki cukup realistis? Mereka juga sebagai hidup sesuai dengan cita-cita itu? Lantas mengapa sebagian dari kami tak bisa menggapainya? Apakah harus kami merelakan untuk menjadi mimpi saja tanpa mampu mewujudkan?Â
Waktu, lagi dan sekali lagi menyadarkan kita. setelah banyak menyaksikan pertunjukan panggung sandiwara dunia. Kita mengerti, memang ada hal-hal di dunia ini tidak harus berjalan sesuai apa yang kita rencana, apa yang kita cita-citakan. Planning hanya sebuah rencana bukan?Â
Hidup tidak sesuai dengan apa yang diharapkan memang sulit. Merelakan apa yg telah kita perjuangkan dan harus berhenti di satu titik. It's not a simple. Saat itu seolah-oleh dunia sedang menertawakan kita. Mimpi yang kita ikat di layangan untuk terbang setinggi langit harus putus karena kerasnya angin. Yah begitulah hidup. Ada saat kita melepaskan itu semua.
Menebarkan senyum meski kenyataan baru saja mengoyak hati. Katakan "itu semua baik-baik saja tanpa kita hidup dengan mimpi itu ". Tapi bukan menyerah. Kita hanya perlu hidup dengan baik dan bermakna, bukan hidup sesuai dengan mimpi atau cita-cita masa kanak-kanak. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk hidup. Jangan terpaku pada apa yang mungkin tidak ditakdirkan untuk kita. meratap tidak akan membuat kita bisa baik-baik saja untuk kehidupan selanjutnya.
Jadikan itu sebagai pengalaman berharga, bahwa kita pernah mempunyai apa yang kita sungguh-sunguhkan. Namun kemudian dilepaskan dengan ikhlas. Sebab…
"Bisa jadi kamu membenci sesuatu tapi amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tapi amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."Â (Al-Baqarah 216)
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”