Mengungkapkan atau bercerita atas perasaan yang sedang dirasa itu kadang tidak mudah untuk sebagian orang. Termasuk aku. Menurutku sih, bukan susah atau gampang. Tapi kebutuhan atau prinsip masing-masing. Aku orangnya ramai, suka ngobrol, dan hobi debat untuk hal umum saja.
 Aku nggak ahli kalau cerita-cerita perihal pribadiku. Bukannya nggak percaya sama teman atau sahabat. Kurang nyaman saja. Meskipun kadang kita butuh tempat bersandar atau bercurah, kupastikan Allah lah tempat sebaik-baiknya kita mencurahkan segala perasaan dan apapun yang terjadi pada hidup kita.
Sekalipun itu perasaan yang menghimpit dan menyesakkan. Dari sekian banyak teman atau sahabat, nggak ada yang kujadikan tempat favorit untuk curhat. Bukan berarti aku nggak menghargai pertemanan, ya. Tapi karena aku nggak hobi curhat, aku lebih bisa mengungkapkan lewat menulis.
Dulu aku rajin nulis diary. Jadi tidak banyak yang tau tentang perjuanganku, kegagalanku, bahkan cara bangkitku. Semua tahu kalau hidupku hanya flat, hambar, dan  tak bergelombang. Apalagi tentang rasa suka dan cintaku pada seseorang, nggak ada yang pernah tahu kapan aku suka, dan kapan aku berhenti suka. Kapan aku sakit hati, dan kapan aku move on. Tidak semua yang aku katakan itu bisa menggambarkan keseluruhan yang kurasa.
Eittss, meskipun aku nggak suka curhat, aku akan lebih memilih jadi pendengar teman-temanku saat datang padaku hanya untuk sekadar meluapkan apa yang dirasa. Sedikit cerita, ya. Pernah dulu itu aku selalu jadi tempat menangis bagi beberapa teman cewekku. Masalah cowok pastinya. Tiap datang pasti menangis.
Aku sih, nggak pandai kasih komentar atau tanggapan. Karena aku tahu pasti, pekerjaan paling sia-sia di dunia itu menasihati orang yang sedang jatuh cinta. Jadi, aku cuma diam dan berusaha jadi tempat ternyaman buat mereka.
Aku nggak bisa kalau harus menangis dan datang pada seseorang. Kalau aku, paling langsung memperbanyak olah raga dan doa. Nangis sih iya, tapi sebentar saja dan jangan sampai bapak ibu mengetahuinya.
Mereka tahunya aku ini flat. Justru itu, di saat semua tahu aku orangnya begitu-begitu saja, ini malah bagus menurutku. Terlebih untuk pria yang akan mendampingi hidupku. Dari situ aku akan mengetahui mana yang menerima aku apa adanya. Mana yang mampu mengenaliku lebih dalam tanpa perlu aku cerita banyak hal. Karena aku sadar, di kemudian hari, ketika aku berkeluarga, jika aku mempunyai sifat atau kebiasaan terbuka dan mudah bercerita hal-hal pribadi, itu tidak akan baik untuk keluargaku. Semua ada batasannya agar tetap berjalan semestinya.
Sebelum jauh ke arah itu, aku akan terus mempelajari, mencari, dan melihat mana yang benar-benar mampu menjadi tempat ternyamanku, memberi tempat bersandar terkuat, menembus bentengku dan membuat aku percaya akhirnya hanya dia tempat favoritku untuk debat, diskusi, bercurah, dan mencari solusi. Semoga dia pria pilihan Allah untuk menjadi jodohku. Karna aku hanya ingin punya satu tempat favorit untuk mencurahkan segala apa pun yang terjadi dihidupku.
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”