Tidak Mudah, Tapi Aku Berusaha Untuk Ikhlas Melupakanmu

Aku pun tak lagi menunggu pesanmu

Terima kasih untukmu yang pernah menemani hari-hariku, menuntunku untuk menjadi lebih baik. Darimu aku belajar banyak hal. Tidak semua yang datang akan singgah. Sepertimu yang datang lalu hilang. Beberapa bulan mengenalmu butuh berkali-kali lipat waktu untuk ikhlas melupakanmu. Dari satu tahun yang lalu kita memang sudah saling kenal, tak pernah bersapa meski saling punya kontak. Hanya sekedar tahu.

Advertisement

Sampai akhirnya kau tiba-tiba datang mengirim pesan meski awalnya itu bukan kamu karna saat itu ponselmu dibajak. Aku pun mengiyakannya. Ku kira hanya sampai di situ. Ternyata esoknya kau mengirim pesan lagi, ku kira itu dibajak lagi, ternyata katamu itu benar-benar kamu. Awalnya aku bingung ada apa denganmu? Namun entah kenapa aku mengikuti saja. Terus membalas pesanmu bahkan aku jadi menunggu jika kai tak kunjung mengirim pesan. 

Saat awal bersamamu aku sangat yakin, aku sangat percaya padamu. Meski aku belum mengenalmu jauh dan pasti. Kau mengajakku dalam hal-hal baik melalui pesan whatsappmu. Mengajakku untuk istiqomah, dan hal-hal baik lain. Bahkan kau temani aku untuk menjadi aku yang lebih baik. 

Aku sangat bahagia, bahkan mungkin wanita paling bahagia saat itu. Semua berjalan dengan indah beberapa bulan itu. Dapat ku rasakan kau pun mulai bercerita tentang hal-hal kecil yang mungkin menurut orang lain "apasih". Kau pun mulai menelfonku, mencariku saat aku tertidur dan tak membalas pesanmu.

Advertisement

Sampai pada akhirnya kau menanykan sesuatu padaku, bukan tentang rasa. Namun, tentang sebuah barang yang pernah ku posting untuk dijual. Ku kira itu hal biasa, ternyata setelah itu kabarmu tak lagi ada. Jangan kan telfon pesanmu untuk sekedar memanggil namaku saja sudah tak ada. 

Saat itu seketika aku berpikir bahwa selama ini kau mempunyai tujuan lain. Kenapa sejahat itu? Kenapa setega itu? Entah lah aku benar-benar hancur saat itu. Jika hanya untuk hal itu kenapa harus beri kenyamanan dan perhatian? Mulutku membencimu sangat membenci, namun tidak hatiku sedikitpun.

Advertisement

Aku pun tak lagi menunggu pesanmu. Namun tak semudah itu, bahkan aku memaku pesanmu agar tak tenggelam. Namun aku tak pernah berani untuk memulai menyapamu. Biasanya kau selalu mengirim pesan saat aku tak membalas, namun saat itu kau yang tak membalas balas pesanku. Waktu terus berjalan hingga akhirnya kita menjadi orang asing, penonton story. Beberapa kali kau hadir dalam story-ku jika aku membutuhkan sesuatu dan kau tau kau langsung menolongku. Namun hanya sekedar untuk itu. 

Terima kasih sudah hadir meski hanya untuk meninggalkan luka. Setidaknya karna mu aku menjadi aku yang lebih baik. Aku tak lagi menyebut namamu dalam doaku. Kini benar-benar ku pasrahkan semua. Perihal rasa, aku terus belajar untuk benar benar mengikhlaskan kepergianmu. Bertemu denganmu entah pantasannya ku sebut anugrah atau bencana. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini