Tak Mengapa Kalau Kamu Punya Jerawat. Kamu Tetap Cantik sebagai Dirimu Sendiri

kamu tetap cantik dengan jerawat

Pada pagi itu, kamu terbangun karena suara alarm. Dengan mata yang masih mengantuk, kamu mematikan suara alarm dan mengumpulkan niat untuk meninggalkan tempat tidurmu. Sebelum menuju ke kamar mandi, dirimu menatap cermin untuk sesaat. “Pendatang baru” kau temukan muncul pada wajahmu, yang hari-hari sebelumnya sudah memiliki “penghuni”. Yah, untuk kesekian kalinya, sekali lagi, sosok di cermin itu memandang rendah dirinya karena jerawat.

Advertisement

Jerawat menjadi lambang keburukan dalam dunia kecantikan. Sebagian mengartikan jerawat sebagai hal yang menurunkan value seseorang, dan sebagian lagi melihat jerawat sebagai cacat, layaknya seseorang yang tidak memenuhi standar normal sebagai manusia. Pola pikir akan standar kecantikan yang mulus, putih dan “bersih” menciptakan banyak korban. Ya, kamu, dia dan kita adalah korban dari pola pikir ini.

Percaya atau tidak, pola pikir terbentuk karena adanya persuasi yang terus menerus disampaikan kepada seseorang. Standar kecantikan terbentuk karena kata cantik yang terus dilontarkan orang-orang pada mereka yang secara relatif nampak indah dan menawan, membentuk suatu kepercayaan bahwa cantik itu haruslah demikian. Kepercayaan tersebut kemudian menciptakan pola pikir bahwa diluar dari standar kecantikan tidak berhak menerima kata “cantik” atauindah”.

Perlahan-lahan, sadar atau tidak, kamu berbalik arah dan menjadi pendukung mereka. Mereka yang sangat mengagungkan standar kecantikan yang ada saat ini. Kamu berubah menjadi seorang pem-bully terhadap sosok yang kamu lihat di cermin pagi itu. Awalnya, kamu menolak pelecehan verbal mengenai tampilanmu, jerawatmu. Namun, kamu mulai merasa lelah kemudian menyerah dan malah terbawa arus.

Advertisement

“Mudah mengatakan demikian karena belum pernah merasakannya,” ucapmu entah dalam hati atau bersuara, sembari membaca pernyataan di atas. Kamu tidak salah karena memiliki jerawat. Kamu juga tidak benar karena memperlakukan dirimu demikian. Lalu bagaimana? Jawabannya, berhenti mengambil peran sebagai korban atau pembully. Mulai mainkan peran baru yang lebih mencerminkan dirimu, kelebihanmu dan yang membuatmu bahagia. Tentunya yang bersifat positif.

Mengubah peran tidak semudah membalikkan telapak tangan. Memperoleh kepercayaan diri, motivasi dan keberanian untuk melawan arus tentu melewati proses. Proses untuk beradaptasi dengan “diri” yang baru, proses untuk memilah hal yang perlu didengar dan tidak, proses untuk ikhlas dan sabar, serta proses untuk mencintai diri dengan segala kekurangan menjadi batu pada arus ini. Namun, membiasakan diri dengan peran baru yang lebih positif memberikan kita banyak hal untuk dibanggakan pada akhirnya. Ibaratnya, sebagai aktris atau aktor telah berhasil memainkan peran baru.

Advertisement

Keberhasilan memainkan peran baru berarti berhasil merubah total pola berpikir, sikap dan tingkah laku aktor atau aktris. Ketika memainkan peran baru, pola berpikir yang bisa dikembangkan selama berperan adalah jerawat memberikan petualangan menarik. Faktanya, orang-orang dengan kulit rentan jerawat mengenal perawatan kulit lebih baik dari orang dengan kulit normal. Mereka menjadi lebih paham kebutuhan masing-masing jenis kulit dan bahan-bahan pada produk kecantikan. Sederhananya, pengetahuan seputar kulit jauh lebih dalam dan luas.

Tidak hanya pengetahuan bersifat duniawi yang berkembang, tetapi juga sikap dan tingkah laku kita. Orang-orang yang pernah dan sedang mengalami fase berjerawat cenderung menjadi lebih sabar, lebih banyak bersyukur, pola hidup lebih diperhatikan dan yang paling penting menjadi lebih kuat secara mental. Selain itu, jerawat juga memperlihatkan sifat dan cara orang-orang memperlakukan orang lain yang memiliki kekurangan walau sekecil biji sesawi. Kita menjadi lebih sadar dan tahu orang yang memang baik dan orang yang “jahat”.

Proses dan perubahan yang kamu, dia dan kita lewati menjadikan sosok pada cermin pagi itu tidak lagi berbeda dengan orang-orang berkulit normal, tetapi menjadikan sosok tersebut sama berharganya, sama indahnya dengan mereka bahkan mungkin lebih. Kita tidak perlu menuntut orang lain untuk mengatakan kita berharga, kita cantik, kita indah. Baiklah, manusia egois. Maka orang pertama yang harus kamu tuntut atas kata cantik, indah dan berharga adalah dirimu sendiri.

Namun jika dirimu sendiri masih terbawa arus, bagaimanakah yang lain mampu menilai? Berhenti mengejar pengakuan atas nilai berharga. Kamu, dia dan kitalah yang menentukan cara seseorang menilai dan memandang diri ini. Jangan terpuruk sebagai seorang korban karena jerawat. Buktikan bahwa fisik tidak menentukan berharga tidaknya kamu. Cantik tak selamanya bertahan, demikian juga dengan jerawat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.