Seharusnya Aku Tidak Berharap Lebih pada Cinta. Karena Kenyataannya Itu yang Membuatku Buta dengan Segalanya

tidak berharap lebih pada cinta

Masih kuingat saat itu, Juni 2012 saat kita bertemu kembali setelah 5 tahun berpisah. Saat itu kau datang bersama temanmu, temanmu mengatakan bahwa kau menyukaiku, tidak sepenuhnya aku percaya. Namun, keesokan harinya kembali temanmu berkata demikian, ketika aku berjalan di hadapanmu. Aku tidak menggubris perkataannya karena saat itu aku berjanji pada orang tuaku untuk tidak menjalin hubungan pada lawan jenis.

Advertisement

Tiga tahun berlalu, setelah saat itu setiap kali kita bertemu kau tidak mengatakan sepatah kata apapun padaku sampai pada akhirnya perpisahan sekolah aku hanya bisa menatapmu. Dan setelah itu kita tidak pernah bertemu.

Hampir 5 tahun aku mencari kabar tentangmu, bertanya “Apa kau masih hidup dan mengingatku? Apakah kau bertemu dengan orang lain dan melupakanku sepenuhnya?”. Setiap kali aku melewati sekolah kita dulu, semua memori itu kembali berputar dalam ingatanku. Meskipun tempat itu sudah banyak berubah tapi sosokmu, tentangmu masih kuingat sampai saat ini. Aku berdoa pada Tuhan agar Dia mempertemukan aku denganmu, dan jika Tuhan menjawab doaku aku akan mengatakan tentang perasaanku yang sebenarnya padamu. Sungguh tiada lain yang aku cintai selain dirimu.

Hari itu, tanggal 12 Desember 2019 Tuhan menjawab doaku, akhirnya aku mendapat kabar tentang dirimu. Aku meminta nomer telponmu dari salah seorang temanku. Lantas, aku beranikan diri untuk menyapamu berharap kau masih mengingatku. Kejadian 7 tahun yang lalu kembali kubahas hanya untuk mengetahui kebenaran perasaanmu yang sesungguhnya. Namun, alangkah terkejutnya aku ketika mendengar jawabanmu bahwa yang dikatakan temanmu itu hanya sekedar gurauan, yang dikatakan temanmu bahwa kau menyukaiku itu tidak benar. Hancur seketika harapanku.

Advertisement

Namun, keesokan harinya kau mengirimku sebuah pesan di WA "Aku menyukaimu, kau mau tidak menjadi pacarku?". Entah aku harus percaya atau tidak tapi ada perasaan senang dalam hati bahwa akhirnya kau menyukaiku walaupun ada sedikit keraguan mengingat jawabanmu saat itu padaku. Lagipula, bagaimana mungkin secara tiba-tiba kau menyukaiku? Akhirnya, aku menerima cintamu, aku senang perasaanku bisa terbalas. Kita hanya bisa berkomunikasi lewat media karena aku tidak mungkin bertemu denganmu secara langsung. Kau juga mengatakan akan melamarku dan kita akan bertunangan tapi bagiku itu tidak mungkin karena mengingat orang tuaku yang tidak akan mungkin menyetujui hubungan kita.

Selama menjalani hubungan denganmu, aku merasa ada yang berbeda dari sikapmu. Aku merasa kau bukan lagi yang dulu kukenal, kau sudah banyak berubah. Bahkan tidak jarang kau sering mengupload foto wanita lain. Bagaimana aku tidak merasa cemburu? Aku sayang padamu dan seharusnya kamu mengerti bagaimana perasaanku bukan malah menyakiti hatiku. Beberapa kali aku menasehatimu untuk jangan menyakiti hatiku, menegur sikapmu tapi kau tidak pernah bisa mau mengerti. Yah, aku tau ini kekuranganku karena aku tidak bisa berada dismpingmu, tidak pernah mau kau ajak bertemu. Tapi sekalipun demikian aku tetap mencintaimu.

Advertisement

Hubunganku denganmu hanya berlangsung beberapa hari saja setelah itu aku meminta putus dan mengakhirinya bukan karena aku tidak mencintaimu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu tapi aku juga punya perasaan dan hati nurani. Sekalipun aku mencintaimu jika kau tidak bisa menghargai perasaanku untuk apa hubungan ini masih dipertahankan?

Aku menyadari bahwa cintamu bukan sepenuhnya untukku tapi hatimu untuk orang lain. Kenapa aku katakan demikian? Karena seharusnya jika benar kau mencintaiku, kau akan menjaga hatimu untukku, kau akan menjaga perasaanku. Tapi yang kau lakukan adalah sebaliknya.

Dengan berat hati aku melepasmu pergi, setelah hubungan kita berakhir dengan terang-terangan kau menunjukkan perasaan sukamu pada wanita lain. Jujur hatiku sakit, begitu hancur. Orang yang selama ini aku perjuangkan, orang yang selama ini aku cintai, aku kunci hatiku untuknya. Dia juga yang mematahkan hatiku. Bodohkah aku, yang telah menunggumu beberapa tahun? Berharap kau memiliki perasaan yang sama denganku?

Tapi aku bisa apa? Jika kau bahagia maka aku rela melepasmu. Seharusnya aku tidak berharap lebih pada cinta. Karena akhirnya cinta yang membutakanku, melupakanku pada kebenaran bahwa ada cinta di atas segala cinta. Melupakanmu untuk lebih mencintai pada Yang Maha Kuasa.

Sekarang, aku sudah melepaskan semuanya. Semua yang pernah ada sudah aku anggap mati, perasaanku, dia, hanyalah masa lalu. Aku percaya setelah ini, Tuhan akan memberikan yang terbaik. 

Aku berterima kasih Tuhan karena ia telah menjawab doaku, mempertemukan aku pada orang yang pernah aku cintai, menunjukkanku bahwa dia yang aku cintai bukanlah yang terbaik untukku karena itulah Tuhan memisahkan kami.

#Kisah ini diambil berdasarkan kisah nyata, kisah seorang gadis yang mencintai dan tidak mudah melupakan orang yang dicintainya walaupun telah beberapa tahun berpisah. Berharap orang tersebut memiliki perasaan yang sama. Namun, takdir berkata lain. Kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis

Editor

une femme libre