Kita-selesai.
Hujan datang lagi sore ini, saya duduk di sini, menyesap wangi aroma kopi, membawa angan menyusur kenangan tentangmu kembali. Mestinya hari ini pun kamu ada di sini, di samping saya, duduk menemani. Dulu, saya pernah percaya kamu akan selamanya di sisi, menggandeng tangan saya dan berjalan meraih mimpi. Tidak apa, karena kini memang tak ada lagi kita, kamu dan saya ternyata tak diamini semesta. Saya percaya, semua perjalanan tidak ada yang sia-sia, selalu ada pelajaran yang didapat setelahnya. Karenamu, saya mengenal diri saya sebenar-benarnya. Saya tidak akan lagi menawarkan cinta, kamu dan saya jelas tak bisa ditampung dalam wadah yang sama.
Sekarang saya jelas berbeda, tidak akan ada yang tetap menjadi orang yang sama setelah kehilangan bagian terpenting dalam hidupnya. Ikatan denganmu membuat saya membuka mata, bahwa saya mampu menempuh jalan terjal melebihi yang saya kira sebelumnya. Kamu pernah datang dan membuat saya jatuh cinta, sekaligus menyiksa saya dengan datang dan pergi seenaknya.
Terimakasih, karenamu saya belajar memupuk sabar yang tidak ada batasnya.
Meski tak lama, saya pernah memilikimu sepenuhnya, terimakasih untuk rasa cukup dicinta, terimakasih untuk rindumu yang selalu untuk saya, terimakasih pernah menjadikan saya yang paling istimewa.
Karenamu, saya pernah merasa menggenggam dunia.
Kamu selalu banyak pemuja di luar sana, ada banyak yang lebih segalanya dari saya, katamu memilih adalah hak istimewa setiap pria. Terimakasih saya pernah menjadi yang kau pilih, meski akhirnya ke lain hati kamu beralih, menyisakan luka menganga yang begitu perih. Darimu saya mengerti, betapa pun hebatnya saya sebagai manusia, saya tetap bisa tersisih.
Melihatmu berlalu dan melangkah lebih dulu jelas pernah membuat saya tergugu, ada masa dimana saya memeluk diri sendiri, merasa dunia ini kejam sekali. Tapi nyatanya rasa sakit itu berhasil saya obati, sejak itu saya tahu bahwa saya mampu menghadapi nyeri dan menyembuhkan luka sendiri.
Mencintaimu memberi saya energi luar biasa, membuat saya berani menjajal petualangan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Siapa yang menyangka, saya yang dulu hanya menghabiskan waktu untuk belajar dan bekerja sekarang tidak pernah takut untuk menjelajah belahan bumi mana saja. Darimu saya belajar bahwa hidup ini harus kaya, saya harus punya daya untuk menghadapi dunia.
Berpisah darimu jelas membuat hidup saya jatuh, mimpi-mimpi yang kita bangun semuanya runtuh, dan semua perjuangan saya seakan hanya menyisakan peluh. Tidak apa, dari kegagalan itu saya belajar berdiri lagi di atas kaki sendiri tanpa mengeluh, dari situ saya tahu bahwa ternyata saya bisa menjadi sangat tangguh.
Kamu mengajarkan saya bahwa tidak semua yang saya inginkan harus saya dapatkan, darimu saya belajar melepaskan. Hubungan kita sudah lama mencipta payah, lelah hati sering menghampiri saat saya merasa sedang berjuang sendiri. Kemudian di titik ini saya menyadari bahwa saya harus berhenti. Bukan berarti saya menyerah, apalagi merasa kalah, ini hanya upaya untuk menghormati diri.
Terimakasih, dari perjalanan panjang yang saya tempuh setelah mengenalmu, saya telah mencicipi banyak ragam rasa tentang mencintai manusia. Denganmu, saya mengenal hubungan yang lebih tinggi levelnya, yang memberi bahagia dan luka yang lebih dalam juga rasanya. Rengkuh, kecup, dan tawa tidak lagi menyisakan canggung di dada. Saya mengerti bahwa sebuah ikatan tidak akan berhasil jika kita tidak dapat mengalahkan ego sendiri. Setelah berpisah denganmu saya mengerti bagian mana dari diri saya yang harus diperbaiki. Saya mengerti bahwa cinta yang dicuri dan komitmen yang dikhianati itu rasanya pahit sekali. Terimakasih, karenanya saya berjanji, pada ikatan selanjutnya nanti saya tidak akan pernah melakukan ini.
Saya juga mengerti bahwa dalam setiap ikatan, cinta yang dipunya tidak akan pernah sama besar takarannya, dulu saya yang mencintaimu lebih dalam, terimakasih telah membuat saya mampu mencintai dengan begitu hebatnya.
Saat ini, kamu jelas tidak lagi signifikan. Tetapi saya tetap berharap hidupmu selalu dilimpahi kebaikan. Semoga tidak ada lagi selain saya yang merasa sakit karena ditinggalkan. Terimakasih untuk sepenggal cerita yang pernah kau tuliskan.
Hujan di luar hanya tinggal menyisakan gerimis, kopi di cangkir saya kali ini terasa manis, mungkin karena mengenangmu sudah tak lagi mengundang tangis.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
welok tenan bahasane,, joss,,pingin iso ngomong langsung ngene iki..#salut
Nice.
keren banget
suka sama tulisan ini.. (y)
dan baru saja dialami 🙂
Puk puk…badai pasti berlalu… *ketjup* 😀
Buat yang terakhir pernah bersamaku
Terima kasih untuk semua yang pernah kamu berikan.
good… like me…
Great…
Terimakasih untuk tulisannya…:-)
terimakasih karena tlah banyak memberiku pelajaran tentang apa,siapa dan mengapa cinta itu jatuh ..
karena jika dirimu tidak pergi saat itu, aku tak akan pernah menemukan sosok diriku yang sesungguhnya, tak akan pula bertemu dengannya yang kini di sampingku ..
walaupun aku tau, masing-masing dari kami masih memiliki banyak kekurangan..
tapi aku belajar darimu saat (dulu), bahwa tidak ada yang bisa memperjuangkan cinta kecuali pelaku dari cinta tersebut …
Terima kasih, membaca ini layaknya aku sedang membaca sesuatu yang seharusnya sudah aku tulis sejak dulu. Salute!