Tidak Apa-Apa Berpisah Meskipun Menyakitkan. Toh, pada Akhirnya Semua Orang Akan Pergi Cepat atau Lambat

tak apa berpisah meski menyakitkan

Aku senang bisa berkenalan denganmu. Kamu yang memiliki wawasan luas sehingga  terasa nyambung ketika kita ngobrolin apa aja. Kamu juga sangat pengertian sehingga ketika aku menceritakan keluh kesah, seakan-akan kamu yang paling paham tentang perasaanku.  Dan begitu juga dengan aku ke kamu. Seketika kita berasa seperti dua hamba Tuhan yang saling mencari  yang akhirnya dipertemukan. 

Advertisement

Mulai saling mengisi waktu satu sama lain, menguatkan satu sama lain, hingga saling memberikan harapan satusama lain. Sampai pada akhirnya, perlahan tapi pasti aku dan kamu merasa seperti akan kembali asing.

Saling menuduh dalam diam tentang siapa yang salah, siapa yang mulai berubah, dan siapa yang berhenti untuk mencintai. Mulai saling melemparkan kesalahan untuk membuat masing-masing  hati sedikit tenang karena bahwa sebenarnya sejak dari awal kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama dan mungkin ini adalah cara bagaimana sesmesta memberikan kabar menyedihkan itu.

Antara gengsi untuk mengakui atau terlalu sakit untuk menerima kenyataan bahwa kita tidak ditakdirkan untuk bersama.

Advertisement

Hey… kamu tau tidak? Kalau sebenarnya kita tidak perlu saling menyalahkan atas perpisahan ini. Aku tidak perlu menyalahkan mu kalau kamu itu orangnya gampang bosan, terlalu ambisius, sampai menyalahkan mu atas perbedaan prinsip dengan yang aku punya. Kamu juga tidak perlu menyalahkan ku karena aku orangnya serius, sangat teratur, atau…. membosankan.

Dan yang lebih parahnya adalah aku sempat menyalahkan diri ku atas perpisahan ini. Berandai-andai kalau saja aku tidak serius, sangat teratur, atau membosankan, pasti kita sekarang masih saling mengisi satu sama lain.

Advertisement

Beruntungnya, itu hanya andai-andai. Aku belum sempat merubah diri menjadi orang lain untuk bisa dicintai.

Yang aku pahami adalah, kita terlalu cepat menyimpulkan perasaan. Terlalu menggebu-gebu untuk tetap terus ngobrol, hang out bareng, saling sharing, sampai kita lupa kalau sebenarnya untuk melakukan itu semua tidak harus dengan menjalin hubungan yang spesial kan?

Kadang Tuhan hanya mempertemukan, bukan menyatukan.

Bukan salahmu kalau kamu memilki perbedaan prinsip dengan yang aku punya, ya aku tinggal cari orang satu prinsip saja. Bukan salahmu juga kalau kamu terlalu ambisius, aku bisa tinggal mencari orang yang satu visi dan misi kan? Dan sebaliknya, kamu juga tidak perlu menyalahkan ku atas apa yang udah terbentuk dalam diriku. Kita pada dasarnya memang dua orang yang berbeda.

Kalau kita dikasih kesempatan untuk dipertemukan kembali, maukah kamu berbincang seperti yang kita lakukan di awal pertemuan tanpa terganggu adanya perasaan yang pernah hadir?

Kita tidak bisa bersama dan itu bukan salah kita. Tidak perlu bertanya-tanya mengapa Tuhan mempertemukan kalau pada akhirnya kita juga akan berpisah. Ibaratkan dua bus yang berbeda yang kebetulan bersampingan ketika lampu merah dan kembali ke tujuan masing-masing ketika lampu hijau. Hidup memang selucu itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

cuma mahasiswa gabut penyembah nasi padang yang berusaha untuk lebih produktif melaui tulisan

Editor

une femme libre