Umurmu bertambah. Kamu berubah. Teman-temanmu berubah. Mereka datang dan juga pergi di waktu yang bersamaan. Kamu pun begitu. Datang dan pergi untuk orang lain. Kamu sudah tidak lagi bermain dengan teman-temanmu yang dulu. Kamu merasa ada yang berubah dari dirimu. Begitu juga kamu merasa ada yang berubah dari teman-temanmu. Kamu merasa kosong. Baik ketika kamu sedang sendiri atau ketika berada di kerumunan.
Waktu. Ya, hanya itu yang bisa kamu anggap sebagai sumber masalahnya. Sayangnya kamu tak bisa mengutuk waktu. Itu sama saja kamu mengutuk dirimu sendiri. Pada akhirnya kamu tidak hidup untuk orang lain. Begitu juga orang lain tidak hidup untuk dirimu. Mereka yang datang tidak akan selamanya hadir bersamamu. Mereka yang pergi bisa entah kembali atau benar-benar tak pernah kamu temui lagi. Begitulah kehidupan. Kamu memiliki urusanmu sendiri. Begitu juga dengan mereka memiliki urusannya sendiri. Tidak ada yang abadi. Apabila ada yang abadi, hanyalah ketidakpastian itu  sendiri.
Ada cinta  yang hilang. Ada rasa yang pernah membekas. Ada sosok yang begitu dekat. Namun kini sudah jauh bahkan tak tahu ada dimana. Ada rindu yang tak berbilang. Ada dendam yang tak terbalas. Namun semuanya bisa saja pergi ketika musim berganti. Kamu lantas menemui dirimu yang baru.
Luka yang kamu anggap sebagai sesuatu hal yang begitu mengerikan. Kini sudah kamu anggap sebagai kawan perjalanan. Kamu terbiasa terluka tanpa sempat mengobati. Kamu harus terus berjalan menghiraukan semua luka yang hadir di raga dan hati. Biarlah, selama nafas masih menghembus, kamu merasa harus terus melaju meski melawan arus. Inilah kamu dengan duniamu.
Kamu tidak perlu meminta maaf untuk kawan yang tidak pernah kamu kabari. Pada akhirnya kamu memang benar-benar hidup sendiri. Kamu memtusukan apa yang baik bagimu. Mereka pun demikian. Jangan memaksakan apabila sudah tak sefrekuensi lagi. Manusia bisa berubah dengan cepat atau lambat. Meski berat, begitulah kehidupan.
Kamu bukanlah psikopat atua penjahat berat. Memaksakan kehendak tidak ada dalam kamus perilakumu. Kamu adalah kamu. Kamu pergi atau kembali itu tetap kamu. Keputusan menghilang atau tak sengaja menghilang bukanlah sebuah keputusan yang buruk.
Ada banyak kawan baru yang kamu temui membuatmu berjarak dengan kawan lamamu. Kamu bukanlah majikan yang perlu mengurusi semua kawananmu. Kamu adalah makhluk bebas begitu juga dengan mereka. Dekat-jauh itu begitu relatif. Tergantung darimana kamu memandangnya.
Keputusanmu hingga hari inilah yang membuatmu ada di tempat ini. Apakah kamu sedang terpuruk jatuh di jurang terdalam atau sedang berada di puncak surgawi. Itu semua buah keputusanmu yang tak putus-putus. Kehilangan, pengorbanan, serta penderitaan adalah pupuk yang membuatmu tumbuh menjadi dirimu yang sekuat ini.
Jangan pernah merasa bersalah akan sebuah kehilangan. Kamu tidak bertanggungjawab dengan perasaan mereka. Jika memang sudah waktunya untuk menghilang, menghilanglah. Jika memang ingin kembali, kembalilah.
Bertanggungjawab terhadap dirimu sendiri bukanlah sebuah sikap egois. Melainkan kamu hanya mencoba untuk bertahan. Di realita kejam yang tanpa akhir ini.
Semangatlah. Meski kamu mengucapkannya dengan lirih dan begitu perih.
Hidupmu berarti. Dengan semua kehilangan yang telah kamu lalui.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”