Thrifting dan Dampaknya bagi Lingkungan

Dampak thrifting bagi lingkungan yang ternyata menimbulkan banyak pendapat pro dan kontra dari masyarakat

Pada hari Rabu 15 Maret 2023, Presiden Joko Widodo menyatakan untuk menyetop impor pakaian bekas karena mengganggu industri dalam negeri. Thrifting berasal dari bahasa Inggris yang artinya mengacu pada perilaku penghematan uang yang dikeluarkan. Pengertian thrifting juga dapat mengarah pada kegiatan membeli produk bekas, baik lokal maupun impor. Thrifting juga menjadi tren di kalangan masyarakat, baik secara online ataupun offline. Harga murah, kualitas yang masih baik, dan juga bermerek. Beberapa hal tersebut yang menjadi daya tarik masyarakat berburu baju thrifting terutama yang berasal dari luar negeri.

Advertisement

Pro dan kontra muncul ketika muncul larangan mengimpor pakaian dari luar negeri. Namun, pembahasan mengenai dampak thrifting bagi lingkungan juga ternyata menimbulkan banyak pendapat, baik pro maupun kontra.

Informasi mengenai manfaat thrifting bagi lingkungan, salah satunya diungkapkan oleh program 1st Session Closing Channel pada hari Kamis 9 Juni 2022. Disampaikan bahwa membeli barang di thrift shop dapat mengurangi limbah pakaian. Ditambah adanya pakaian yang berbahan sintetis yang jika dibuang dengan sembarangan dapat mengakibatkan emisi gas rumah kaca.

Membeli barang di thrift shop juga dianggap dapat mengurangi polusi kimia yang disebabkan dari pembuatan dan pembelian pakaian baru. Aktivitas industri fashion dapat menyebabkan pengasaman tanah dan pencemaran air. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) industri tekstil bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global tahunan. Hal ini disebabkan penggunaan 93 miliar meter kubik air oleh industri tekstil, dan menghasilkan kurang lebih 20% air limbah industri tekstil dunia berasal dari pengolahan dan pencelupan kain

Advertisement

Kemudian manfaat yang terakhir tentunya adalah menghemat biaya. Dengan harga murah dapat menghemat biaya pengeluaran dan dapat menguntungkan pembeli jika menemukan barang yang masih berkualitas baik. Namun, tidak sedikit orang yang berpendapat mengenai dampak negatif pakaian bekas bagi lingkungan. Limbah kain di Indonesia tidak hanya mencemari tanah, tapi juga lautan. Berdasarkan hasil temuan Komunitas Pandu Laut pada tahun 2020, sebanyak 6,1 ton limbah kain ditemukan di Pantai Timur Ancol yang mendominasi sampah di kawasan tersebut.

Penelitian Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB mengungkapkan sebanyak 7,9 kilogram sampah kain per tahun yang dihasilkan rata-rata penduduk Kota Bandung. Atau jika dikalikan dengan total penduduk kota akan mencapai hampir 20.000 ton per tahunnya. Dr. Emenda Sembiring, seorang Pemerhati Pengelolaan dan Teknologi Persampahan mengungkapkan hasil penelitiannya, bahwa hanya 21,7% dari 600 responden yang membuang sampah tekstil ke tempat sampah terpilah.

Advertisement

Menurut Dr. Emenda, pakaian bekas impor seharusnya dapat menjadi perhatian juga sebagai dampak dari thrifting. Menurutnya tren thrifting dapat berdampak baik terhadap lingkungan jika berasal dari pakaian bekas dalam negeri, bukan hasil impor dari luar negeri. Jika berasal dari dalam negeri dapat mengurangi sampah tekstil karena pakaian bekas dapat terus berputar dan memberikan manfaat.

Harga pakaian thifting yang murah cenderung mendorong masyarakat melakukan pembelian secara kompulsif, yang menurut Emenda harus dihindari. Tetapi jika pakaian masih dapat memberikan manfaat maka tidak perlu dikhawatirkan. Karena jika masih bisa dipakai oleh orang tersebut, maka belum menjadi sampah.

Kita sebagai konsumen diharapkan dapat bijak dalam membeli pakaian thrifting agar dapat berdampak positif bagi lingkungan. Jika hanya membeli karena harganya yang murah namun akhirnya tidak terpakai, sama saja akan menambah limbah pakaian, bukan menguranginya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini