Jerawat memang selalu sukses membuat kepercayaan diri turun drastis. Masalah jerawat kerap kali menghantui para wanita. Tidak hanya memberi rasa sakit, tapi juga memunculkan krisis percaya diri. Sebab jerawat dianggap membuat wanita menjadi tidak cantik lagi. Banyak dari kita yang merasa insecure dan merasa tidak nyaman ketika wajah kita jerawatan. Komentar miring dan nyinyir pun seringkali terdengar, membuat kita semakin gelisah dan gundah karena jerawat yang melanda.
Mendambakan wajah yang mulus dan tak bernoda, seakan hanya khayalan belaka. Nyatanya, ketika bercermin harus menerima kenyataan bahwa banyak sekali titik hitam bekas jerawat maupun kondisi wajah yang meradang dibuatnya. Sudah jatuh bak tertimpa tangga, orang yang jerawatan malah dianggap tak merawat dirinya. Komentar miring terus menerus terdengar ditelinga, yang terkadang ingin sekali menjelaskan kepada mereka bahwa hal ini juga terjadi di luar kendali kita.
Tepat 9 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya jerawat melanda wajahku yang kala itu aku masih menginjak usia awal remaja. Pertama kali kemunculannya, aku tak merasa heran karena aku sudah tahu siapa identitasnya dan kukira dia hanya bertahan sementara. Tapi ternyata lain, dia semakin mengganas dan nyatanya dia sangat jatuh cinta pada kulit wajahku sehingga dia terus menempel dan mengikutiku hingga aku tumbuh dewasa.
Hilang satu tumbuh seribu, mungkin kalimat itu pantas disematkan ketika aku mengalami jerawatan. Ibarat orang yang cinta mati, mungkin begitu juga jerawat yang ada di wajahku, dia selalu hadir dan menemani. Berbagai macam cara kucoba agar dia tak simpati lagi dan segera hengkang dari wajahku. Namun, nyatanya semua sia-sia, dia tetap ada disana, setia dan aku harus menikmati hariku bersamanya.
Sepertinya ia tak peka jika aku tak nyaman dengan keberadaannya. Dia begitu sukses mencuri perhatianku, ibarat tak sedetikpun waktu aku tak memikirkannya. Bukan karena aku begitu jatuh cinta, tapi ingin sekali kumenyingkirkannya. Kutelan komentar orang yang terkadang membuatku ingin meringis, menangis, dan seribu satu saran dari orang-orang agar ia cepat hengkang, tapi nyatanya ia selalu datang seakan menerima semua tantangan yang kuberikan.
Dia sukses mencuri perhatian, pikiran, tenaga, bahkan financial. Untuk membuatnya hengkang itu tak murah tapi disisi lain untuk membuatnya hidup begitu mudah. Terkadang ada rasa malu dan tak bisa menerima, ketika orang lain berkomentar seenaknya sedangkan kita sudah berusaha dengan keras untuk menyingkirkannya.
Perlahan kucoba untuk menerima dan berhenti untuk menantangnya dan aku memutuskan untuk bersahabat dengannya serta mulai menerima kehadirannya. Bukan dengan waktu yang sebentar tapi dengan waktu yang lama bahkan mungkin selamanya, hingga aku bisa menerima keberadaannya. Dia seakan melunak dan tak seganas dulu. Cermin dan pantulan wajah yang dulu pernah menjadi musuhku, kini tak lagi menjadi perhatian utama dalam diriku. Rasa gelisah dan gundah ketika aku melihat pantulan wajah, tak lagi kurasa merana dan menyerah dengan kondisi yang ada.
Aku mulai menata kembali rasa percaya diri yang dulu sempat tersingkir karena banyak orang yang nyinyir. Ingin sekali kuberkata pada mereka bahwa segala komentar-komentarnya itu begitu sumbang dan teramat menyakitkan. Tanpa memberitahu diwajahku ada goresan indah, sebelumnya pun aku sudah mengetahuinya. Mungkin mereka berniat ingin menolong, tapi terkadang kalimat yang mereka ucapkan tak seindah dan serapih yang ada pada niatan.
Niat hati hanya ingin memberi saran, tapi karena hatiku sudah terlanjur tak simpati membuat kalimat itu ibarat sembilu yang begitu menyayat hati. Tapi itu tak pernah terlontar dari mulutku menjadi kalimat yang terdengar orang, kalimat itu hanya bergema dalam hatiku atau mungkin tidak cuma aku, tapi puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan wanita yang mengalami hal yang sama tapi mereka hanya pasrah dan memilih diam.
Mungkin itu memang menjadi satu-satunya pilihan, ketika kita terlalu malas untuk menjelaskan dan melakukan berbagai macam pembelaan. Kondisi ini pun tak perlu didramatisir, hanya saja kami hanya ingin dimengerti dan tak perlulah untuk sibuk mengomentari. Jika ingin memberikan pertolongan, cukup berikan dukungan dan tanyakan apa bantuan yang sedang diperlukan.
Tampil percaya diri itu muncul dari hati. Nyatanya kalimat itu benar-benar aku sadari dan pahami setelah aku berproses sejauh ini. Dengan kehadirannya yang tak pernah kunanti, aku semakin bisa menghargai diri. Mentalku pun sungguh teruji ketika mungkin ada komentar yang bernada bully menggelitik telinga kanan dan kiri.
Teruntuk kamu yang sedang tak percaya diri karena wajahmu yang dinilai tidak berseri karena adanya lukisan indah diwajah. Sadarilah kamu begitu cantik dan berharga, kamu mungkin tak berwajah putih merona dan mulus, tetapi kamu punya hati yang tulus. Ketika kamu tampil percaya diri dan ingin menunjukkan prestasi, bukan berarti kamu tak tahu diri karena dianggap tak cantik lagi, melainkan karena kamu punya kesempatan yang sama seperti orang-orang yang lainnya.
Menjadi acne fighter memang tak mudah karena kita tidak harus melawannya tapi kita harus mulai menerima dan bersahabat dengannya. Memikirkannya sebagai beban pikiran membuat diri kita semakin tertekan dan membuatnya enggan untuk hengkang. Maka dari itu, mulailah untuk menjalin keakraban. Cobalah untuk tenang, disini kamu tak sendirian, ada aku dan banyak perempuan lainnya yang juga ikut merasakan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”