Sebagai perempuan, apalah daya diri ini selain menunggu. Menunggu dipertemukan, menunggu dilamar, menunggu dinikahi. Apakah ini sudah menjadi kodratnya perempuan? Aku pun tak tahu. Walaupun begitu, aku akan memperbaiki diri menjadi perempuan yang sebaik-baiknya untuk dirimu, wahai yang kuingini menjadi imamku.
Kita memang tidak berkomitmen untuk pacaran, karena kita tahu pacaran tidak diperbolehkan dalam agama yang kita anut. Kita hanya saling menasehati dan mengingatkan dalam kebaikan untuk di dunia maupun akhirat. Tetapi berjalannya waktu, rasa sayang ini semakin kuat dan malah melalaikan kita terhadap kewajiban kita. Daripada rasa sayang itu membawa kita kepada maksiat maka kita putuskan untuk berhenti.
Rasa sayang diberi Tuhan merupakan anugerah yang indah. Jika rasa itu disalahgunakan bisa mengakibatkan rasa sakit yang sungguh luar biasa. Dan memang ternyata rasanya sungguh menyayat hati. Oleh karena itu, seharusnya rasa sayang ini hanya diberikan dan dirasakan secukupnya saja. Sayangnya aku terlalu berlebihan dalam menunjukkan rasa ini kepadamu, begitu pula dirimu kepadaku. Aku pun heran, mengapa kita bisa seperti ini.
Aku akan mencoba merelakan dirimu demi kebaikan kita berdua. Walaupun awalnya terasa sangat sakit dan menguras air mata. Karena aku percaya meninggalkan sesuatu karena Tuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, insyaAllah ada timbal balik yang baik pula. Diikuti doa dan harap-harap cemas agar kita bisa disatukan dalam ikatan yang halal tanpa harus merasa takut akan maksiat.
Sebenarnya sedih rasanya berkecamuk di dalam hati ini karena memikirkan rasa sayang ini akan berujung kemana dan bagaimana. Sedih campur takut akan kehilangan seseorang yang aku inginkan, namun salahlah diriku memikirkan hal tersebut. Seakan-akan aku mementingkan rasa sayang kepada manusia dibanding Tuhan. Aku tidak mau melalaikan perintah Tuhan lagi dengan terus memikirkan seseorang yang belum tentu menjadi yang halal untuk diri ini.
Seperti yang pernah kamu utarakan kepadaku …
Semoga Tuhan mengijabahi harapan dan do'a kita. Sayangku ini dari hatiku. Semoga sampai di hatimu.
Kata-kata tersebut membuatku semakin meyakini akan adanya harapan dan kekuatan doa. Jikalau aku merindukanmu akan ku curahkan rindu ini dalam doa di setiap sujudku. Cukuplah Tuhan yang mengetahui sebesar apa rasa yang ku simpan ini. Aku pasrahkan rasa ini kepada Tuhan. Biarlah Dia yang mengatur segalanya. Apabila dikemudian hari rasa ini tidak sampai kepadamu, aku percaya rasa ini akan sampai pada si penerima yang tepat yang telah dipilihkan Tuhan.
Bersabarlah hatiku. Jika memang dia jodohmu, sejauh apapun pasti akan disatukan.
Wahai yang kuingini menjadi imamku, kerjakanlah dengan sebaik-baiknya apa yang sedang kamu kerjakan. Beribadahlah setaat-taatnya kepada-Nya. Tuhan yang Maha Pemberi Hati, aku percaya akan mempertemukan kita kembali jika kamu memang ditakdirkan untukku. Rencana Tuhan pasti sungguhlah indah pada waktunya melebihi apa yang kita impikan.
Namun jika ternyata kita tidak ditakdirkan untuk bersama, maka jadilah pria terbaik untuk jodohmu kelak. Bermuhasabah diri menjadi hamba yang selalu taat kepada Sang Pencipta tanpa mengugurkan kewajiban-kewajiban yang harus kamu lakukan. Karena di sini aku pun berusaha memperbaiki diri untuk Tuhan, diriku, dan calon imamku kelak.
Semoga doa dan harapan kita terkabulkan, wahai yang kuingini menjadi imamku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Amin…dengan doa & harapan yang besar semoga semu terjwab..sekalipun kita jauh & berbeda Negara…