Serba-serbi kiriman kata-pe- kata romantis sudah mengenyangkanku. Kau tahu kan, kalau terlalu kenyang bisa menyebabkan mengantuk dan kantukku sudah menganga untuk terus mendengar serangan kata per-kata-romantis darimu.
Katamu, kau bukan orang romantis tapi kau menyematkan kata aku sebagai putri di istanamu, mahkota yang akan kau kenakan di kepalaku, ciuman yang terus terasa di keningku, bahkan usapan tanganmu selalu melembutkan rambutku. Aku sudah kenyang dengan seluruh sikap seperti itu, hingga aku terasa seperti menggelikan bagiku.
Baiklah, kau tahu bahwa aku alergi kata-kata bahkan perlakuan seperti itu. Bagiku, defenisi romantis hanya berputar pada sikap saling menghormati dan terus berdiri di sisiku ketika aku lelah dan goyah. Aku tahu bahwa pemikiranku sangat sempit hingga menciptakan defenisi berbeda dari semua perempuan di dunia, kau berkata seperti itu.
Kau juga selalu memintaku mengecup mesra pipimu sebagai ucapan perpisahan ketika kita mengakhiri pertemuan kita, walau kau tahu seberapa keras kau berusaha merayuku aku akan semakin keras menolak permintaanmu itu.
Ya aku setuju, soal sempitnya pemikiranku soal defenisi romantis versiku itu. Namun aku suka untuk melestarikannya, dan aku merasa sangat beruntung bahwa kau juga menyetujuinya dan menurutinya. Hingga kau akan mengambil langkah aman, untuk mengucapkan hal seperti itu hanya pada obrolan di pesan singkat kita.
Aku bukan gadis yang mengagung-agungkan sikap romantis untuk melayakan hubungan kita, sayang. Aku hanya menginginkannya lebih natural tanpa terlalu dipaksakan. Kita memang telah saling memiliki, namun dengan berlaku seperti itu tak menjamin kenyamananku.
Kau tahu kan, bahwa aku tak suka banyak orang mengetahui hubungan kita karna aku tak suka hubungan pribadiku diperbincangkan oleh kawanku. Aku lebih suka menikmatinya sendiri, lalu menciptakan jutaan puisi yang sudah pasti tentangmu walau takkan pernah terbaca olehmu. Kau tahu, mengapa aku demikian?
Sebab hubungan kita adalah kenyamanan yang kita ciptakan. Aku paham bahwa kau akan merasa menghargaiku dengan perlakuan romantis yang harus menyentuh fisikku, namun aku tak mau, sayang. Aku lebih suka kau duduk beriringan denganku, mendengarkan seluruh kesahku lalu membantuku menemukan solusi.
Itu sudah terlalu romantis bagiku sayang. Membayangkan wajahmu mendengarkan kata demi kata di setiap narasiku lalu tersenyum bahkan marah dan menegur. Itulah yang aku sebut romantis, karna aku merasa telah berbagi beban denganmu.
Bagiku, tanpa kau menggenggam jemariku, tanpa kau memeluk tubuhku, tanpa kau mengecup lembut kening bahkan rambutku, tanpa kau mengusap kepalaku kau sudah sangat romantis. Ketika dulu kau meyakinkanku untuk bersamamu, disitulah aku menilai kesungguhanmu yang mengorbankan egomu untuk mengejar gadis berhati batu sepertiku.
Aku tak butuh perlakuan romantis yang terinspirasi dari drama Korea yang romantis, yang aku butuh hanyalah kau terus bertahan di sisiku dan menerima seluruh keadaanku yang saat ini sedang tak berdaya menghadapi kenyataan.
Yang aku butuh hanyalah kau menenangkanku dengan meyakinkanku bahwa kesalahan-kesalahanku masih bisa diampuni oleh Tuhan, seperti yang terus kau katakan padaku.
Maafkan aku atas sempitnya pemikiranku, kau juga mengerti hingga kau selalu meminta persetujuanku ketika kau ingin menggenggam jemariku bahkan mengecup keningku. Kau boleh melakukannya, asalkan jangan berlebihan sebab kau tahu kan, berapa pasang mata yang menatap kita?
Kita hidup di dunia nyata bukan drama yang di-setting, karnanya jika jutaan pasang mata menyaksikan kita berlaku demikian kau pasti tahu ada banyak tawa yang menggelegar di awan-awan. Karnanya, bolehkah kita hilangkan tradisi itu dalam hubungan kita?
Tak perlu langsung memusnahkannya, aku hanya mengajukan permintaan untuk melakukannya pada saat-saat yang diperlukan. Syukurlah, kau megerti dan hanya mengecupku ketika ada kabar gembira dariku. Itu pun karna seringkali kau lupa dan aku sedang dalam kondisi baik sehingga aku juga akan tersenyum.
Maafkan aku yang membuatmu sempat merasa tak nyaman, perihal banyak hal yang aku tolak darimu. Aku tak sempat menjelaskan mengapa aku demikian, namun kau dengan kebijaksanaanmu mengerti dan mampu mengendalikan dirimu ketika bersamaku.
Terima kasih, karna kau mencintaiku dengan hatimu yang begitu lapang menerima diriku yang anti banyak hal. Terima kasih, karna kau hidup dan berkembang melalui sikap romantis versiku namun tak mematikan versimu di kisah kita.
Terima kasih karna tak pernah memaksaku ketika aku menolak, namun dengan kasih memintaku untuk terus berpihak dan berdiri di sisimu. Aku tak bisa seromantis dirimu sayang, namun aku pastikan untuk terus menemanimu hingga kau menemukan arahmu yang sebenarnya.
Jangan berpikir soal yang lebih sayang, jika kau adalah duniaku maka kau akan larut dalam duniaku. Tugas kita hanyalah untuk saling mencintai.
Teruntuk yang tercinta, kekasihku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”