Teruntuk Masa Lalu, Terima Kasih. Karenamu Aku Bisa Mencintai Diriku Sendiri

Bertahun-tahun yang lalu aku adalah seorang manusia yang menjadikanmu sebagai alarm pagi hari. Dibandingkan matahari, aku lebih membutuhkanmu untuk membuatku lebih terang. Daripada air, aku lebih membutuhkan kamu untuk membuatku lebih hidup. Dunia di sekelilingku saat itu sangat berisik tetapi tidak ada satupun kebisingan yang masuk ke dalam telingaku sebab satu-satunya yang bisa kudengar adalah kamu. Waktu itu, aku menemukan kamu lebih sering dibandingkan diriku sendiri. Waktu itu, aku lebih mengenali kamu dibandingkan aku sendiri. Hingga akhirnya aku menyusun huruf-huruf yang kupelajari dari dulu: Selesai.

Advertisement

Namun dugaanku benar, banyak lubang yang muncul dalam diriku. Pertama hanya satu, kemudian menjadi dua, selanjutnya tiga, hingga akhirnya tidak bisa kuhitung lagi. Lubang-lubang itu mengeluarkan kesakitan dan memasukkan yang lebih sakit lagi. Teman-temanku bilang semuanya akan membaik, lubang di tubuhku akan menutup sendiri. Tetapi lubang itu justru semakin menganga, membuatku tidak dapat tidur setiap malam, membuatku menjadi mayat hidup setiap hari.

Aku memberanikan diri mencari penggantimu yang bisa menutup lubang-lubang itu. Satu orang, dua orang, tiga orang. Aku rasa tidak ada satupun yang benar-benar bisa menutupnya. Tetapi kalau harus kamu yang melakukannya, aku sudah tidak mau. Tetapi lubang itu harus ditutup segera, sebelum diriku sendiri benar-benar keluar dari badanku.

Aku menjadi sering melihat ke luar, tentu masih dengan lubang yang terbuka lebar. Senyumanku juga masih aku pasang di sana, walau sangat dipaksa. Orang-orang melihatku dengan tatapan aneh setiap harinya, seolah aku adalah sosok mengerikan yang baru bangun dari kuburan tua. Aku duduk di tengah-tengah mereka, berpura-pura menjadi manusia tanpa lubang dimana-mana.

Advertisement

Tahun-tahun itu sangat melelahkan dan kamu harus tahu. Aku berusaha sendiri menutup semua lubang yang sudah kamu buat di tubuhku. Lama-lama aku mempunyai aktivitas baru, berbicara lebih sering dengan diriku. Jika dulu semua yang masuk ke dalam aku adalah kamu. Sekarang, semua yang bisa kudengar adalah aku. Kamu tidak lagi ada di sana. Aku sudah berhasil menutup semua lubangnya dan kukeluarkan kamu dari dalamnya.

Hidupku tanpa kamu ternyata masih baik-baik saja. Bahkan aku melihatmu bukan lagi sebagai manusia. Kamu hanyalah sisa-sisa. Aku sudah tidak mengenalmu lagi, untuk saat ini dan nanti. Aku menjadi lebih membutuhkan matahari dan air dibandingkan kamu. Aku menjadi lebih menyukai kebisingan dibandingkan dirimu. Aku menjadi mencintai diriku sendiri dan bukan kamu lagi. Kamu sudah bukan apa-apa lagi. Kamu sudah mati. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hidup tanpa kata-kata adalah kemustahilan. Kata-kata tak hidup adalah kehampaan.