Iya, kamu. Aku berbicara dengan kamu yang egois. Ia yang merasa bahwa dirinya adalah pusat tata surya. Bagaimana kabarnya hari ini? Merasa bahwa dirimu yang masalahnya yang paling besar? Merasa kalau semua yang kamu punyai perlu diinformasikan kepada orang lain? Merasa paling hebat? Baiklah. Ini tulisan khusus kamu bagi yang tingkat empatinya sepertinya di bawah rata-rata.
Mengasyikkan ya semua atensi tertuju kepadamu. Kamu adalah bintang di mata mereka atau paling tidak itu cara pandangmu terhadap mereka yang sepertinya mendengar tetapi di dalam hatinya ingin mengumpat.
Lelah dengan cuapan kosongmu yang seperti tidak ada isinya. Kamu merasa sebagai orang yang paling memiliki. Baik secara materi maupun pengalaman. Apakah kamu butuh validasi? Tidak perlu karena rasa egois itu telah mengalahkan segalanya. Nikmatilah hingga kau sadar kalau dirimu ialah orang paling merugi di dunia.
Pelan tapi pasti kamu akan merasa bahwa mereka hanya melihat dirimu sebagai seseorang yang tak lebih dari si tukang pamer atau si gudang masalah. Tak henti-hentinya lelah untuk memamerkan segala bentuk hal dalam hidupnya demi menunjukkan kalau dirinya pemilik materi terbanyak.
Belum lagi masalah yang sepertinya tidak pernah jauh darimu yang justru menjadi sebuah kebanggaan! Apakah penting untuk didengar dan dibagi? Tentu tidak. Tak apa-apa, kami dengan rasa empati ini akan tertawa nantinya bahwa kau tak lebih dari individu yang tak henti-hentinnya mengejar hal yang tak pantas untuk dimiliki yaitu haus akan hormat.
Demi untuk memenuhi egoismu dan menunjukkan kalau kamulah pemilik kemampuan materi yang mampu mengguncang kepercayaan semua di sekitarmu, kamu tidak lelahnya untuk menyiarkan pada dunia kalau materi merupakan teman terbaik.
Hal apa lagi yang bisa dipamerkan selain itu? Pengalaman hidup yang cetek? Cerita bermakna yang menyejukkan kalbu? Atau, hal-hal inspiratif yang membuatmu akan sadar bahwa hidup itu hanya sementara? Tentunya jawaban dari semua itu: tidak ada.
Sayangnya kamu tidak punya apa-apa selain materi dan hal-hal remeh tadi. Membeli barang terkini atau sibuk memamerkan cerita pengalaman liburan selanjutnya. Kami dengan empati sadar bahwa betapa cetek hidupmu wahai kamu si egois. Tak apa, kami memang terlalu sibuk untuk mengejar mimpi-mimpi yang lebih memiliki arti mendalam dalam hidup. Hidupmu tak lebih dari adalah museum materi.
Puas sepertinya tidak ada dalam kamusmu, kami tidak menyalahkan itu. Namanya juga manusia. Penuh dengan hasrat dan nafsu. Kami pun juga memiliki itu. Sama tapi berbeda.
Jangan sekali-kalinya menyamakan kami dengan dirimu! Apakah perlu untuk menggunakan berbagai topeng demi mendapat pujaan dari orang lain? Apakah kamu tidak capek? Sepertinya tidak. Justru ini menjadi amunisi untuk bertahan hidup.
Satu topeng tidaklah cukup untuk menutupi betapa rendahnya nilai dirimu dalam hidup karena topengmu memiliki berbagai bentuk. Kau mainkan satu topeng ke topeng lainnya demi menunjukkan betapa hebat dirimu.
Kami tahu bahwa semua itu tak lebih dari hiperbola. Tidak apa, mainkanlah hingga dirimu lelah. Kami akan di sini. Siap untuk melihat pertunjukan manis selanjutnya yang akan kau berikan.
Wahai engkau si egois, aku berharap hidayah akan datang kepadamu dan sadar bahwa hidupmu ini lebih dari ajang pamer materi, bersilat lidah, dan merasa kalau dirimu yang paling berarti. Coba buka mata, hati, dan telinga ke sekitarmu.
Apakah kau tidak ingin untuk mulai merefleksi diri? Hingga saat itu datang, kami doakan agar dirimu selalu berada lindungan semesta. Kata-kata yang keluar dari mulutmu mungkin terdengar manis oleh kupingmu tapi sadarlah bahwa senyuman itu tidak lebih dari harapan akan waktu itu datang secepatnya.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”