[CERPEN] Teruntuk Kamu, Jawaban dari Doaku. Aku Masih Menantimu di Sini

Kamu jawaban terindah dari setiap doaku. Terimakasih telah singgah, walau kau sudah pergi lagi.

Setiap insan manusia di ciptakan berpasang-pasangan. Begitupun aku dan kamu. 

Advertisement

Entah ini kebetulan atau bukan, kamu datang disaat aku sedang merasa kesepian dan tak tentu arah, disaat aku berharap ada seseorang yang dapat menyemangati hari-hariku dan mengucapkan selamat malam sebelum aku tidur. 

Kegagalan hubungan di masa lalu tak membuatku menyerah dan putus asa. Aku yakin diluar sana, kamu, jodohku, sedang berkelana mencari diriku atau mungkin saat ini kamu sedang berdoa dan berharap yang sama denganku. 

“Kehadiranmu adalah takdir yang tak bisa aku hindari.”

Advertisement

Manusia boleh berencana, namun Tuhan yang menentukan. Aku hanya mampu memantapkan setiap harapanku dalam doa yang kupanjatkan setiap malam. Memohon akan hadirnya sosok yang terbaik dan terakhir untuk hidupku.

Awal Jumpa

Advertisement

23 Agustus 2018, awal perkenalan kita di sosial media, membawa perubahan dalam hidupku. Kamu memberiku sepercik kebahagiaan dan perhatian yang mungkin takkan pernah kurasakan lagi. 

Hatiku hanya bisa bertanya-tanya 

"apakah kamu nyata atau sekedar mimpi belaka?" 

Aku tak pernah berpikir ada orang yang sempurna di dunia ini, namun ketika ku mengenalmu, seketika ku mengubah pikiranku, bahwasanya yang sempurna itu ada dan aku yakin kamulah salah satunya. 

Kriteria pria yang selalu kuharapkan untuk menjadi yang terakhir ada pada dirimu. Kamu adalah pria yang baik, perhatian, setia, bertanggung jawab dan takut akan Tuhan. Seakan-akan Tuhan tahu betul bagaimana tipe pria yang terbaik buatku. 

24 Agustus 2018, menjadi awal pertemuan pertama kita. Kamu menjemputku di kantorku sepulang kerja.

Saat itu kita hanya menghabiskan waktu dengan makan malam sambil bercerita singkat mengenai diri kita masing-masing.

Sedikit perkenalan lebih dalam, membuatku takjub akan dirimu. Kamu ternyata adalah pria yang cerdas dan sangat membanggakan. Kurasa disaat itu juga aku sudah tertarik untuk mengenalmu lebih jauh. 

Malam semakin larut, karena keesokan harinya aku harus kembali bekerja, kami memutuskan untuk bertemu lagi besok. 

Mungkin perasaan itu tumbuh terlalu cepat. 

Hari Sabtu pun tiba. Kali ini aku merasa sangat berdebar-debar bertemu dengannya. Tidak biasanya aku seperti ini. 

Malam itu kita habiskan dengan berkeliling kota, disinari keindahan cahaya rembulan dan bintang-bintang. Jujur saja aku tak pernah merasa sebahagia itu. 

Di saat itu aku bercerita padanya, mengenai doa-doaku setiap malam, dimana saat aku berdoa untuk mendapatkan yang terbaik, ia pun datang. 

"Aku berdoa yang sama kemudian dipertemukan denganmu." ia menjawab. 

Jawabannya membuatku bingung. Ia pun tampak bingung, sama seperti aku. Seakan-akan kita sama-sama tahu, mungkin saja kita adalah jawaban dari masing-masing doa kita.

Pertanyaan ini terngiang-ngiang dalam pikiranku "Tuhan, apa benar dialah jawaban dari doaku? Apakah kita diciptakan untuk saling melengkapi?" Jika ya, kumohon satukanlah. 

Pertemuan Terakhir 

Hari Minggu itu kita bertemu lagi, ia mengajakku jalan-jalan berkeliling kota dan makan es krim di sebuah cafe.

Kita berbagi cerita dari perihal pekerjaan kita hingga masalah cinta. Ia pun mengakui bahwa ia belum pernah berpacaran. Aku sedikit terkejut dengan perkataannya. Aku pun bertanya padanya, mengapa ia memutuskan hal seperti itu? 

Ia mengakui bahwa hal yang dilakukannya ini memang aneh, ia pernah 3 kali jatuh cinta dengan wanita yang berbeda keyakinan dan orang tuanya selalu menentang. Maka, ia lebih memutuskan untuk sendiri. Tetapi ia sangat berkomitmen kepada dirinya sendiri, jika memang ada seseorang yang tepat untuknya, ia takkan ragu untuk mengajaknya berhubungan serius. 

Kemudian ia berkata padaku "Aku nyaman sama kamu, aku mau serius. Maukah kita coba untuk jalani?" Ia menatapku. 

Pikiranku tiba-tiba kacau saat itu. Aku tak tahu harus menjawab apa. 

Hatiku berkata bahwa "aku mau" namun disisi lain aku tahu iman kita berbeda dan itu akan jadi rintangan terberatnya. 

Kemudian, ia bertanya soal kemungkinan untuk aku ikut agamanya, apabila sudah menikah dengannya nanti. 

Aku tak dapat berkata-kata. Aku pun meminta waktu untuk berpikir.

Di saat itu juga aku berpikir bahwa sepertinya aku harus menyerah, aku tak ingin kedekatan kita ini semakin jauh karena semakin lama aku mencintainya, aku akan semakin menderita dan menanggung sakitnya.

Sore itu langit semakin mendung, semendung hatiku saat itu. Aku berpikir tuk katakan pisah, walaupun sebenarnya hatiku tak mau. 

Hujan rintik-rintik disaat itu semakin menandai bahwa rasanya memang sesedih ini perasaanku. Sungguh saat itu aku ingin sekali mendekapnya untuk yang terakhir kali. Tapi aku takut, akan semakin tumbuh perasaan cinta padanya. 

Aku berusaha menahan tangis dan sesampainya dirumah kuluapkan semua kesedihanku. Aku hanya butuh waktu sendiri. Seketika rasa hampa melingkupi diriku lagi. 

Ia berusaha meninggalkan beberapa pesan di whatsapp ku, namun aku tak menggubrisnya. Aku kecewa. 

Aku tak pernah menyalahkan Tuhan, aku hanya mampu menyalahkan keadaan.

"Mengapa cobaan ini harus ada? Mengapa kita dipertemukan tapi tak dapat bersatu?"

Aku tak menyangka, hari itu akan menjadi hari terakhirku melihat wajahnya. Ia pergi dan  meninggalkan pesan di whatsapp ku untuk yang terakhir kalinya

"Aku menyayangimu. Aku tak ingin membuatmu sedih, kuyakin suatu saat kamu pasti bisa mendapatkan yang sesuai dengan harapanmu dan bikin kamu bahagia."

"Maaf kalau aku membuat kekecewaan, aku gak mau bikin kamu sakit hati, maka dari sekarang aku akan pergi. Ini yang terbaik untuk kita."

Air mataku menetes.

"Aku pun berharap yang sama. Semoga kamu bahagia" kataku membalas. 

Aku ingat akan satu ucapannya

"Cinta bukan segalanya di dunia, yang penting bagaimana kita bisa bahagia menjalani hidup. Kurangi beban yang ada, hidup yang ikhlas dan benar."

Aku pernah juga bertanya padanya "lalu, bagaimana jika suatu saat kita berpisah dan aku tidak bisa melupakanmu?" 

Kala itu dia menjawab, "tak perlu menjauh, kamu jalani hari-harimu seperti biasa, bertemu orang-orang baru dan aku yakin semuanya akan normal lagi."

Semenjak perkataanmu ini, aku berusaha untuk menjalani hari-hariku seperti biasa.

Awalnya memang berat dan sulit. Tak semudah yang kau pikirkan. Pikiranku tentangmu perlahan hilang, namun perasaanku padamu tetaplah sama. 

Dan kini setahun telah berlalu, aku sangat bersyukur semesta mempertemukan walau tak bisa mempersatukan kita. 

Aku rindu denganmu. 

Dimanakah kamu kini?

Aku rindu perhatianmu, kata-kata manis darimu, aku rindu segalanya darimu. 

Aku sadar bahwa semua usaha yang telah kamu lakukan untuk membuatku jauh darimu telah gagal. 

Rasa ini akan tetap tinggal.

Maka, apabila waktu bisa diputar, akankah aku berdosa jika aku merelakan Tuhanku demi dapat bersanding dengan dirimu? 

Salahkah aku jika aku masih menunggumu sampai detik ini? Menunggumu untuk kembali padaku dan mencintaiku lagi. Kamu tetap yang terbaik untukku, kamu yang memberiku kasih sayang yang sampai saat ini tidak pernah aku rasakan dari pria manapun. 

Jangan pernah menyuruhku untuk menghapus perasaan ini, karna pada awalnya kamu yang membuat perasaan itu ada.

Kepergianmu membuatku amat tersiksa, tapi jikalau memang kita ditakdirkan untuk bersatu, kuyakin pasti ada jalan terbaik. 

Aku masih menantimu, maka kembalilah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini