Hidup Ini Sebenarnya Sederhana. Jika Bahagia Tersenyumlah dan Jika Mendung Menyelimutimu Menangislah

hidup sederhana bahagia menangis

Pada saat beranjak pergi dari rumah untuk menimba ilmu silam, saya menemui pemandangan yang menyejukkan hati yang gersang ini. Rem motor saya cengkram di pertigaan. Selain untuk kesalamatan, saat itu seorang lelaki paruh baya berjalan santai di pinggiran jalan. Bajunya sederhana dengan ikon partai, celana seperempat, dan begitu santai. Rambutnya gondrong dan satu yang tak pernah saya lupakan adalah senyumnya.

Advertisement

Senyum yang saya lihat dari wajahnya itu begitu halus dan tulus. Bagaikan sebuah pancaran ketenangan surgawi yang membuat iri dunia yang fana ini. Saya terkagum, takzim dalam memandang dan berpikir begitu bahagianya hidupnya. Setelah beberapa lama dengan kekaguman saya itu, saya baru sadar bahwa ia memiliki gangguan mental.

Ini bukan cerita yang mengada-ada atau humor saja. Ya, mungkin bisa dibilang saya begitu bodoh tertipu kala itu. Tetapi inti dari cerita di atas bukan cuma kebodohan saya-yang saya akui memang dapat dibanggakan-melainkan bagaimana sebuah pelajaran dari sang smileman tadi. Pepatah bijak pernah berujar bahwa setiap yang ada di dunia ini ada manfaatnya, kalimat ini juga seringkali dipakai oleh para motivator. Smileman yang saya temui di jalan pertigaan dengan cengkraman rem tadi sebenarnya mengajarkan hal yang terlupakan, khususnya bagi saya saat itu.

Segala bentuk penindasan pada kebahagiaan yang tak melahirkan senyuman pernah saya rasakan dan juga anda rasakan. Hal tersebut merenggut hal paling indah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, yaitu senyuman. Senyuman kadang hilang kadang datang tak karuan. Bahkan senyum pun sekarang bisa dipalsukan. Sebenarnya dengan senyuman semua akan terlihat lebih indah, tapi belum tentu lebih mudah. Saya tentu tak akan memotivasi anda, anda berhak ikut terpuruk bersama saya dan yang lainnya. Kita bersedih bersama.

Advertisement

Paling sering ketika kita sudah mulai mengalami yang namanya fase kemunduran rohani karena ketidakselarasan harapan dengan kenyataan, maka perlahan senyuman juga mulai meninggalkan. Lantas banyak cara untuk mengembalikan senyum itu pada singgasananya dalam ketenangan rohani ini.

Berbagai cara seperti bertamasya, naik gunung yang tinggi sekali atau bersama-sama piknik ke luar negeri, itu dilakukan semata-mata untuk mengembalikan senyuman. Cara yang terkadang mahal, namun apalah arti uang jika dibandingkan kebahagiaan. Tentu lebih baik banyak juga uang kemudian bahagia juga datang. Tapi tak semuanya seperti itu. Parahnya lagi atau mungkin tak ada cara lagi, dengan berpura-pura tersenyum. Di hadapan dunia, di hadapan manusia, di hadapan semesta. Bohongi mereka bahwa kau masih bisa senyum dan bahagia, meskipun di dalam sakitnya luar biasa.

Advertisement

Jadi wahai mahaguru, bagaimanakah caranya untuk kembali tersenyum dengan tulus tanpa ada paksaan, dengan tulus seperti orang yang anda lihat dipertigaan dengan rem tercengkram? Jawabanya mudah, anakku. Jika dirimu tak bisa tersenyum, awan mendung masih menyelimuti hati dan kadang marah-marah sendiri, tak usahlah senyum.

Kamu itu memang sulit untuk tersenyum. Kamu memang terpuruk, lalu kesakitan, lalu kesedihan, lalu kekecewaan, lalu mana mungkin tiba-tiba mau senyum seindah bidadari dan malaikat. Dirimu mengatakan demikian. Tak ada cara untuk tersenyum jika kamu memang tak bisa. Sudah saya bilang dari awal bahwa saya tak akan memotivasi anda untuk kembali bisa tersenyum dengan tips-tips dan poin yang banyak. Buang waktu saja. Kamunya saja memang tak mau senyum, buat apa dipaksakan.

Begini Sarimin, ada banyak cara kehidupan ini untuk mematikan dirimu. Salah satunya dengan mengambil senyummu dan lalu bahagiamu. Dunia memang tidak adil dan kamu memang rapuh. Serapuh-rapuhnya tisu yang basah, masih rapuh dirimu itu. Kamu itu memang ingin bersedih lalu menyeka sela-sela bulu mata dengan tisu agar basah.

Ya sudahlah, tak usah dipaksakan untuk kembali terseyum dengan cepat. Saya tahu dibalik senyum dirimu yang seolah menguatkan di siang hari, ada sendu sepi yang selalu mengalir di malam hari. Mau selebar apapun kamu memasang senyum di muka yang manis itu, tak akan mengubah kenyataan bahwa kamu tidaklah bahagia. Menderitalah. Bersedihlah. Kamu layak terpuruk.

Cukuplah dengan segala apa yang sedang kamu alami sekarang. Kalau memang bisa tersenyum dengan bahagia, maka kamu tak perlu susah-susah, ia datang dengan sendirinya. Kalau memang tak bisa senyum sekarang, ya mau bagaimana lagi, kamu juga bukan robot bukan? Ketulusan yang hakiki tak datang dari sana, dari yang membangkang dengan dirinya sendiri.

Seorang lelaki yang senyum di pertigaan ketika rem tercengkram memang tak punya masalah untuk melahirkan lukisan indah pada wajahnya. Makanya, jiwa yang terluka seperti kamu dan saya, lalu kita dan kami mudah merasa empati. Karena itulah makanan yang favorit bagi jiwa yang rapuh. Lalui sajalah, kamu belum mampu tersenyum hari ini maka memang begitulah adanya dirimu. Hidup ini tak melulu soal senyam-senyum sana-sini saja, hidupmu tentang dirimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu