Apakah anda pernah mendengar wisata bernama Kota Tua? Pastinya iya. Kota Tua memang adalah salah satu wisata yang paling terkenal di Jakarta yang pasti banyak sekali orang pernah mengunjunginya. Tetapi, belum tentu semua orang pernah mengunjunginya. Nah, pas banget nih! Saya ingin bercerita pengalaman saya ke Kota Tua untuk memberi tau apa sih rasanya berkunjung ke Kota Tua untuk orang-orang yang belum tau.
Kota Tua sebenarnya adalah tempat yang memiliki banyak sekali sejarah mengenai ibu kota Republik Indonesia. Mereka sudah berdiri dan aktif dari zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Jadi, bisa dibilang sekitar ratusan tahun yang lalu. Gedung Kota Tua tersebut sebenarnya sudah digunakan dari zaman dahulu. Dulu gedung tersebut merupakan simbol dan digunakan sebagai tanda kekuasaan dan kejayaan yang selalu diperebutkan oleh berbagai pemimpin-pemimpin besar yang dulu memimpin di Indonesia, tepatnya di Jakarta.
Dulu, siapa saja pemimpin besar yang dapat dan berhasil menguasai gedung/wilayah tersebut, dapat dikenal sebagai pemimpin sejati. Maka dari itu, karena gedung ini memiliki banyak sekali sejarah dan peninggalan-peninggalan yang ada dari zaman dulu, gedung tersebut pun dirawat dan dijaga serta dilestarikan hingga sekarang. Gedung tersebut sekarang sudah penjadi museum yang dapat dikunjungi oleh siapa pun yang ingin melihat dan mempelajari sejarah-sejarah dan peninggalan yang ada di gedung tersebut dari jama dahulu.
Dari zaman dahulu, Kota Tua sebenarnya sudah aktif seperti sekarang, bahkan bisa dibilang dahulu, aktifitas-aktifitas dan tempat bersosialisasi masyarakat Jakarta adalah di Kota Tua. Bahkan, pada zaman Indonesia masih dijajah, semua aktifitas kebanyakan dilakukan di tempat tersebut, seperti Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan Banten, VOC, hingga Jepang. Sebenarnya kenapa tempat ini selalu ramai dan banyak yang mengunjunginya dari dulu adalah karena lokasi strategisnya. Karena, letak Kota Tua tersebut jika kita ke sebelah Utara, kita berbatasan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Laut Jawa.
Ke sebelah Timur, kita berbatasan dengan Kali Ciliwung. Ke sebalah Barat, berbatasan dengan Kali Krukut. Lalu, ke sebelah Selatan, kita berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu. Jadi wajar sekali mengapa banyak sekali zaman dahulu yang ingin memperebutkan tempat ini, karena memang tempatnya sangat strategis dan memang benar-benar lokasinya tepat di pusat. Tetapi mungkin sekarang tidak lagi menjadi tempat pusat masyarakat Jakarta, karena sekarang kebanyakan masyarakat Jakarta berpenduduk di Jakarta Selatan, maka ramainya hanya di daerah Jakarta Selatan saja.
Sebenarnya, hanya dengan melihat Kota Tua saja, kita dapat mengenal dan mengetahui sejarahnya. Lihat saja dari bentuk gedung-gedung yang ada di sekitarnya. Jika kita lihat, gedung-gedung tersebut semua bentuknya beda dengan gedung-gedung di Jakarta Selatan yang tinggi dan modern. Tetapi, gedung-gedung di Kota Tua bentuk arsitekturnya bisa dibilang tua dan seperti gedung-gedung di Eropa. Itu dikarenakan orang-orang Belanda yang dulu tinggal di daerah tersebut.
Dan sepertinya sampai sekarang gedung-gedung tersebut tetap dibiarkan dan dilestarikan untuk meilhatkan dan menunjukkan peninggalan zaman dahulu. Kita bisa mendeskripsikan gedung-gedung tersebut besar, tua, berwarna warna polos seperti putih, dan desainnya masih sangat tua dan tidak modern seperti gedung-gedung tinggi yang ada seperti di wilayah perkantoran di SCBD.
Tentu jika ke Kota Tua pasti kita ke museumnya yang terkenal itu, yaitu Museum Fatahaillah. Dulu, museum tersebut sebenarnya adalah Balaikota atau pada jama dahulu disebutnya Stadhius. Tempat tersebut adalah pusat pemerintahan VOC di Jakarta atau Batavia, panggilan Jakarta pada zaman dahulu. Di dalam museum tersebut, ada banyak peninggalan kertas-kertas seperti dokumen dari zaman Belanda menjajah kita dan juga penjara bawah tanah. Sebenarnya tempat ini tidak jauh seperti zaman dahulu, karena dari zaman dahulu pun, dari tempat ini masih disebut Stadhuisplein (lapangan Fatahillah) dan Stadthuys (Balai Kota Batavia), sudah menjadi tempat alun-alun dimana orang-orang melakukan berbagai aktivitas seperti tempat bersosialisasi, tempat perdagangan warga jual beli, dan pengambilan air bersih. Jadi memang tempat ini adalah tempat yang sangat tua masih dan harus selalu kita lestarikan agar tempat ini tetap bisa digunakan selamanya sama seperti zaman dahulu.
Cukup dengan sejarahnya, sekarang waktunya penulis menceritakan pengalamannya mengunjungi Kota Tua. Jujur saja, sebenarnya ini pertama kali penulis mengunjungi Kota Tua, dan sebelumnya tidak pernah, hanya sering mendengarnya bahwa itu adalah salah satu wisata di Jakarta yang harus dikunjungi, atau hanya lihat foto-foto di sosial media seperti di Instagram. Sebenarnya pengalaman penulis ke Kota Tua bisa disimpulkan dalam satu kata, wow! Tidak nyangka ya bahwa Jakarta tuh sebenarnya memiliki tempat sekeren dan seindah ini.
Bahkan banyak sekali turis-turis dari luar negri yang mengunjungi Kota Tua juga saat penulis mengunjunginya juga. Jadi orang-orang asing pun sebenarnya juga tertarik dengan betapa kerennya Kota Tua ini, karena penulis saja yang orang lokal pun juga tertarik dan tidak nyangka betapa kerennya Kota Tua ini.
Jadi Kota Tua ini memang adalah tempat yang sangat harus dikunjungi. Karena orang-orang pun juga tidak akan tau betapa kerennya Kota Tua jika hanya lihat foto-fotonya saja atau hanya dengan dengar dari teman atau keluarga, tetapi harus langsung kita lihat sendiri dan nikmati sendiri betapa kerennya dan uniknya Kota Tua dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, museum-museumnya, gedung-gedung tuanya, dan berbagai hal lainnya yang tidak biasa kita lihat di Jakarta Selatan. Karena Kota Tua memang jauh sangat beda dengan suasana perkotaan seperti di Jakarta Selatan, kata “Kota Tua” sendiri pun sudah mendepskripsikannya sendiri, memang benar-benar seperti kota Jakarta pada tahun 1940an. Jadi, untuk anak-anak muda yang ingin merasakan suasana dan apasih rasanya menjadi tua, kunjungilah Kota Tua!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”