Dalam bahasa Indonesia sindiran memang telah dijelaskan secara menyeluruh. Dan kalimat yang mengandung sindiran ini cenderung berkonotasi negatif. Bila bukan lawan bicara yang terkena sindiran, bisa jadi orang lain yang tak sengaja mendengar pembicaraan adalah sasarannya.
Dalam hal ini banyak sekali motif dan dasar mengapa seseorang menyindir orang lain. Tapi di sisi lain tak jarang pula kalimat sindiran itu hanyalah ketidaksengajaan dari pembicara yang mengenai pendengarnya. Penyebabnya bisa karena kesalahpahaman atau sifat si pendengar yang terlalu sensitif sehingga ia merasa tersinggung.
Dari sudut pandang tujuannya, sindiran ini bisa bertujuan positif dan negatif lho. Jika seseorang dengan sengaja menyinggung dan membuat sindiran melalui perkataannya untuk ditujukan kepada orang lain yang dimaksud, agar orang tersebut merasa sakit hati maka ini jelas tujuan negatif ya. Entah siapa yang salah pada mulanya, tapi tetap saja tindakan ini kurang terpuji.
Namun jika seseorang mengucapkan kalimat yang bertujuan untuk menggetarkan hati pendengar, atau agar pendengar yang dituju dapat menjadi lebih baik maka ini tergolong tujuan positif. Karena terkadang seseorang harus tersindir untuk berubah lebih baik. Hal ini nggak terkesan jahat kan?
Meski secara analisis tidak ada keterangan siapa saja orang yang bertransformasi menjadi baik setelah merasa tersindir, namun hal ini sudah banyak terjadi. Secara emosional, sindiran akan menyerang hati dan pikiran seseorang jika memang sesuai dengan pernyataan yang dilontarkan. Maka secara sadar maupun tidak, banyak orang yang mulai merubah raut wajah dan sikapnya. Mungkin untuk pribadi yang temperamental akan menentang dan membantah kalimat sindiran. Akan tetapi sesungguhnya setiap orang dapat memilih untuk menjadi lebih baik.
Jika kita mau menelaah, kita pasti akan berusaha mencari kekurangan dalam diri sendiri. Karena kita tidak akan merasa tersindir jika bukan kita pelaku yang dimaksud. Mungkin seseorang telah memakan banyak petuah, telah membaca segudang ilmu namun belum mampu untuk merubah dirinya sendiri.
Lalu siapa yang sangka jika sebuah sindiran mampu menguatkan tekadnya untuk benar-benar berubah menjadi baik?
Mungkin melalui sindiran itulah Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa tidak seharusnya kita menjadi seperti sekarang. Bahwa diri yang sekarang ini bukan sejatinya manusia. Mungkin beginilah cara Tuhan menyayangi kita. Dengan menjadikan telinga kita mendengar sesuatu yang sedikit memukul hati namun demi perubahan yang berarti.
Jangan serta merta memaki sindiran sebagai olok-olok yang ditimpakan pada kita. Mungkin memang itulah gertakan untuk kita agar tak setengah-setengah untuk menjadi baik. Agar lebih berupaya untuk menjadi yang terbaik.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”