Berani Mencintai Berarti Harus Berani Merelakan. Inilah Kisah Saya Bangkit Setelah Ditinggalkan

Terima kasih untuk hari-hari baik yang kamu lewatkan dengan mengajakku untuk ada di dalamnya.

Terima kasih untuk senyum yang pernah kamu bagi denganku di masa itu, aku belajar untuk selalu bersyukur karena semesta pernah mengijinkanku untuk menikmati senyumanmu itu. 

Advertisement

Terima kasih untuk tangisan lara yang juga pernah kamu tunjukkan di depanku, aku belajar untuk bisa selalu jadi tempat pulang dan bersandar terbaik, walau pada akhirnya aku bukan lagi jadi tempat yang kamu inginkan untuk bersandar. 

Terima kasih untuk hari-hari baik yang kamu lewatkan dengan mengajakku untuk ada di dalamnya, aku belajar bahwa hari-hari yang baik tidak selamanya akan jadi milikku, ada kalanya hari yang kurang baik datang seperti saat kamu memutuskan untuk melepaskan genggaman tanganku hari itu. 

Terima kasih untuk cinta yang begitu besar yang pernah kamu ijinkan untuk aku rasakan, dari situ aku belajar bahwa suatu saat pun mungkin saja cinta bisa pudar, tidak peduli seberapa besar rasa yang dipunya. 

Advertisement

Terima kasih untuk semua yang pernah kamu lewatkan bersama denganku, aku akan selalu menyimpannya dalam sebuah ruang di dalam hati dan juga pikiranku, bahwa pernah ada orang yang begitu mencintaiku, namun mungkin waktu yang berganti menggerus semua rasa yang ada, menjadikan aku dan kamu jadi dua orang asing yang sama sekali tidak lagi punya keberanian untuk bertegur sapa apalagi harus saling peduli. Mungkin jika kamu mau kamu bisa menyimpanku dalam sedikit ruang ingatan di hatimu, ingatlah aku sebagai wanita yang terlalu mudah jatuh mencintaimu dengan sungguh-sungguh, hingga tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan, selain menangis sejadi-jadinya saat kamu memutuskan untuk beranjak pergi dari cerita ini tanpa sedikit pun menoleh ke belakang bahkan hingga detik ini.

Sekarang aku sungguh baik-baik saja, aku sudah terlalu terbiasa tanpa semua kebiasaan konyol yang kita biasanya selalu lakukan, tanpa ucapan selamat tidur darimu, tanpa genggaman tanganmu yang hangat, sungguh aku baik-baik saja tanpa itu semua. Aku menjalani hari-hariku dengan baik, walau mungkin aku pernah seputus asa itu karena sebuah momen perpisahan, tapi aku tahu bahwa aku akan selalu bangkit lagi, walau mungkin suatu hari bisa saja aku tersungkur lagi. Bukankah hidup itu memang tentang untuk terus bangkit lagi berapa kali pun kita pernah jatuh tersungkur? Pergimu membuat aku terus belajar untuk memantaskan diri, untuk jadi rumah yang hangat dan jadi tempat bersandar yang paling akan dirindukan, kelak bagi siapapun yang semesta pertemukan denganku. 


Karena hidup juga adalah tentang berani mencintai tapi juga berani merelakan, berani mencintai berarti berani untuk ditinggalkan karena mungkin bahagianya tidak ditemukan dari dirimu. 


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka rintik hujan juga aroma hijau pegunungan sambil menantikan dia yang digariskan semesta untuk menua bersama dalam tiap kesederhanaan perhatian & hangatnya sebuah pelukan.

Editor

Not that millennial in digital era.