Bukan hal yang mudah untuk bertarung dengan diri sendiri di kala itu. Masa pubertas dan segala hal-hal abstrak lainnya sungguh bergejolak dan saling mempengaruhi satu sama lain. Problematika masa remaja dan hormon; emosi dan siklus menstruasi; percayalah semua itu saling berkaitan.
Aku tidak ingat persis masalah apa yang tengah aku hadapi. Yang aku tahu dengan pasti, masa itu bukan masa yang mudah untukku. Entah karena masalahnya memang berat atau aku yang memang masih belum cukup dewasa untuk dihadapkan pada permasalahan.
Perihal menstruasi aku tidak pernah mengalami hal-hal di luar nalar sebelumnya. Paling-paling cuma dilep atau telat datang bulan sehari dua hari. Namun sungguh di luar kendali, kali itu tepatnya diusia 17 tahun, aku mengalami menstruasi selama 20 hari tanpa henti.
Untuk pertama kalinya di masa pubertas itu aku mengalami hal tidak wajar yang berkaitan dengan datang bulan. Hal tersebut sempat membuatku ragu akan kesehatan reproduksiku. Bagaimana kalau ternyata aku mengidap suatu penyakit? Aku mulai berfikir yang tidak-tidak.
Tentu aku tidak diam saja. Berbagai sumber di internet aku telusuri untuk mendapatkan jawaban atas apa yang aku alami tersebut. Pergi ke dokter pun nggak cuma sekali aku lakukan untuk memastikan perihal masalah menstruasiku ini. Ya walaupun dokter hanya memberiku tablet tambah darah dan wejangan yang sama setiap kali aku periksa, namun aku sangat bersyukur akhirnya aku mendapatkan satu jawaban mengenai penyebab masalah menstruasi ini. Â
Keadaan psikisku lah yang menjadi alasan di balik menstruasi yang tidak kunjung berhenti. Ketidakstabilan emosi yang aku alami berpengaruh signifikan terhadap keseimbangan hormon di dalam tubuh. Hal tersebut bisa menyebabkan durasi menstruasi bisa menjadi lebih lama atau siklus datang bulan yang tidak teratur. Kurang lebih seperti itu kesimpulan yang aku tarik dari penjelasan dokter dan bacaan di internet.
Memang benar adanya bahwa waktu itu aku sedang dalam kondisi stres berat secara psikis dan fisik. Kelabilan emosi masa remaja serta kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan mental adalah alasan mengapa stres menjadi hal yang sangat susah untuk aku atasi di masa itu. Jika dideskripsikan, masa remaja adalah masa dimana masalah kecil bisa menjadi masalah yang sangat besar sehingga stres pun menjadi berkepanjangan dan kesehatan mental yang dipertaruhkan.
Sebagai fase peralihan dari masa anak-anak menuju fase dewasa, usia remaja memang sangat rentan mengalami stres. Jika keliru dalam menangani, stres bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik. Maka tak salah jika saat itu kesehatan reproduksilah yang cukup terganggu sebagai respon dari emosi yang tertekan.
Aku menyadari bahwa memang tidak mudah bagi remaja untuk bisa menerima dengan lapang dada setiap permasalahan yang datang, terlebih jika dituntut untuk memecahkannya. Remaja yang masih dianggap ‘ngambang’ secara kedewasaan. Butuh untuk banyak terbuka terkait problematika internal dan eksternal yang mereka alami.
Aku yakin bahwa diluar sana banyak remaja yang pernah atau sedang mengalami mental health struggle dan berdampak pada kesehatan reproduksi seperti apa yang pernah aku alami tersebut. Bisa jadi kamu salah satunya. Satu pesan ini aku dedikasikan untuk siapapun kamu yang tengah dihadapkan pada masalah tersebut yaitu: It’s okay to ask for help. Masalah kesehatan mental sama sekali bukan hal yang memalukan untuk dibicarakan, pun kesehatan reproduksi.
Menjadi terbuka dan berani menyampaikan perihal struggle yang kamu alami adalah keberanian terbesar untuk membantu diri sendiri keluar dari masalah tersebut. Kamu bisa bercerita kepada orang terdekat yang dapat mendengar keluhanmu dan memberikanmu dukungan. Namun jika itu tidak membantu, kamu bisa pergi ke profesional untuk mendapatkan penanaganan yang tepat supaya hal-hal buruk dapat dihindari sejak dini.
Kamu berharga dan pantas untuk sejahtera secara fisik dan mental. Maka dari itu, yuk sama-sama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan reproduksi. Mulailah dari diri sendiri dengan lebih terbuka dan memperbanyak literasi mengenai kesehatan mental dan reproduksi itu sendiri.
Pada dasarnya, mental and reproductive health merupakan dua faktor penting yang sangat menentukan kesejahteraan generasi remaja di masa depan. Maka dari itu, dengan menanamkan awareness perihal kedua hal tersebut, kamu telah membantu untuk memecahkan stigma masyarakat yang masih menganggap bahwa masalah mental dan reproduksi adalah dua hal yang memalukan untuk dibicarakan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”