Terima Kasih Kamu, Karena Pernah Hadir Mengisi Hari-Hariku di 5 Tahun Terakhir

Aku masih ingin bahagia

Hei kamu.. iya kamu.. 

Kamu yang masih saja aku sayang setelah beberapa bulan yang lalu memutus hubungan denganku, 

aku mau jujur nih.

Advertisement

Kamu tau kan aku masih saja mengharapkan dirimu? Di sini aku cuma mau ucapkan terima kasih buat kamu.

Terima kasih masih saja mau terima teleponku, masih mau menampakkan wajah saat aku minta video call. Aku bahagia banget loh meskipun kamu cuma diam atau bahkan kamu tinggal ngobrol dengan teman-temanmu. Kalau itu orang lain, aku yakin pasti ga mau berkomunikasi lagi, atau mungkin jika mereka di posisiku, mereka pasti ga terima kalau dicuekin begitu. Bahkan ada juga yang akan ngomong kasar dan banyak kemungkinan lainnya yang akan terjadi jika dicuekin saat telponan dengan mantan pacar. 

Tapi aku, jujur.. aku senang banget bisa begitu. Dasar BUCIN!! 

Itu kata-kata yang sering ku dengar dari orang di sekeliling ku, bahkan kamu pun bilang begitu, aku ga perduli.. bagiku, apapun yang sudah aku sayang atau siapapun itu.. ga akan mudah aku lupain. Yang pernah menyakitiku secara fisik saja masih aku ingat dan aku masih berbuat baik jika bertemu dengannya, apalagi kamu yang Alhamdulillah ga pernah melukai aku, ga pernah ringan tangan terhadap ku meski kita sering berantem. Kalaupun berantem, hampir ga pernah suara mu di dengar orang lain lagi marahin aku.

Advertisement

Kita sama-sama menahan suara agar pertengkaran kita tidak jadi tontonan orang lain ataupun teman-temanmu, kamu yang bisa menahan ekspresi saat marah di tempat umum membuatku seakan ingin berlama-lama dimarahin kamu.. hehe.. sebenernya aku takut, takut kalau tiba-tiba kamu ga bisa kontrol emosi dan ringan tangan terhadapku. Makasih yah udah baik banget sama aku.

Di awal kita memulai hubungan ini, kamu bilang rencana menikah itu 5 tahun lagi (2020). Jelas aja aku langsung menghitung dan bersedia menunggu meski itu 5 tahun lagi.  Seiring waktu berjalan, suka duka yang kita alami sering dibalut dengan kalimat penyemangat darimu yaitu

Advertisement


"Makasih ya neng kamu udah ada buat aku, jangan berubah ya neng.. walau apapun yang terjadi sama aku." 


Mendengar itu aku merasa akan diperjuangkan dan dijadikan pasangan halalmu. Di saat aku menuntut waktumu yang sering sibuk sendiri gaada kabar sehari – dua hari bahkan kadang sampai seminggu gaada komunikasi, bahasamu yang selalu bilang 


"Neng, please jangan banyak menuntut waktuku, aku kerja keras begini juga buat kamu kelak. Buat anak-anak kita nanti. Kasih aku kebebasan bekerja keras untuk memperjuangkan kamu, percaya sama aku neng.. sedikit pun niatku gaada untuk cari yang lain, kalau pun ada.. pasti kamu langsung tau kan? 

Bahkan kamu tau siapa orang yang jadi teman chatting-ku yang sesekali aku gombalin kamu tau neng, intuisimu itu sangat kuat terhadap aku. Saat aku bohong sama kamu, saat aku mencoba selingkuh, bahkan saat aku sedang sakit tapi ga kabarin kamu, itu pun kamu tau.. jadi please percaya aku ya neng, seminggu ga kasih kabar bukan berarti aku lupa sama kamu, setiap hari ngabarin itu membosankan neng. Aku sayang kamu, aku harap kamu ngerti yah." 


Begitulah kamu kalau aku ngambek minta ketemu. 

Terima kasih banget loh kamu sudah melatih kesabaranku untuk bisa mengerti kamu sedalam itu. Kamu juga tau kan kalau rasa sayangku ini tidak terjadi begitu saja.. kita menjalin hubungan ini dari rasa yang masih kosong, sampai 3 bulan pertama aku masih belum bisa untuk sayang sama kamu. Setelah aku mulai curiga akan adanya orang ketiga, saat itulah aku sadar kalau aku mulai sayang sama kamu, mulai cemburu setiap kali kamu senyum sendiri memandang handphone mu.

Komitmen yang kita buat sangatlah mendamaikan hatiku meski saat itu kamu mengaku telah selingkuh. Perjalanan hubungan kita tidak mulus, banyak permasalahan yang silih berganti datang, tapi kita bertahan sampai 4 tahun lamanya, putus – nyambung hal biasa bagi kita. Berbagai macam alasanmu agar aku tegar atas berakhirnya kisah kita. Mulai dari terhalang restu orangtuamu padahal sekalipun belum pernah kau meminta restunya, perbedaan adat dan budaya kita, sampai kisah latar belakang keluargaku pun ikut jadi alasanmu memutus hubungan. 

Jelas aku merasa sakit hati dan ga terima dengan alasanmu itu. Mengakhiri hidup, nyaris ku lakukan karena aku ga kuasa menahan perih di dada. Alhamdulillah Allah masih sayang sama aku, masih mengizinkan aku untuk hidup. Segala niat buruk itu ku tepis dari pikiranku. Aku sadar masih banyak yang sayang samaku, terlebih orangtuaku.


Aku masih pantas untuk bahagia walau tak bersamamu.


Perlahan aku menghibur diriku yang larut dalam kesedihan. Dalam penghibura ku, kamu datang lagi dengan berbagai ceritamu tentang bisnismu, kamu berencana mengembangkan bisnismu dengan menggandeng juniormu di kampusmu dulu, yang mana itu adalah amanat dari dosenmu. Bagus pikirku, semoga berhasil ucapku menyemangati wacanamu.

Setengah sadar aku bertanya tentang sosok junior itu, dengan kebiasaanku yang heboh saat bertanya kadang membuat aku kurang fokus mendengar jawabannya, tapi yang jelas ku dengar adalah bahwa kalian sudah pernah bertemu, dan sering chatting bahkan beradu gombalan. Sontak itu membuat aku sedih lagi.

Semakin hari rencana pembukaan cabang baru bisnismu dengannya semakin serius. Chattingan dengan juniormu itu pun semakin lancar dan asik. Sampai akhirnya aku sadar tentang kamu yang patuh terhadap amanah, join bisnis dengan junior kampusmu itu adalah amanah dosenmu dulu, pantas kamu begitu antusias dengan itu. Di sinilah aku menaruh curiga, selama hampir 5 tahun menjalin hubungan. 

Hanya beberapa orang saja dari antara teman-temanmu yang tau tentang aku. Selama ini kamu selalu bilang kamu jomblo. Curigaku terhadap amanah dosenmu itu adalah untuk mendekatkan kamu dengan juniormu itu. Biarpun aku curiga, aku selalu berharap dugaanku itu salah. Aku berharap itu hanyalah prasangka buruk karena aku cemburu. Tapi pantaskah aku masih saja cemburu saat kamu asik dengan yang lain? Itu selalu ku pertanyakan meski tiada jawabnya. 

Sekarang 2020 telah tiba, tahun dimana tadinya akan menjadi tahun yang sangat membahagiakan bagiku, tapi karena beberapa bulan sebelum penghujung tahun 2019 kamu sudah memutuskan hubungan kita, tinggal aku dalam hayalan. Setiap hari sikapmu memaksaku untuk paham bahwa kamu tidak ingin diganggu lagi dengan ocehanku yang bilang rindu dan ingin bermanja-manja dengamu.

Maaf aku masih belum bisa melupakan kebiasaan yang hampir 5 tahun kulakukan. Tapi mulai saat ini aku akan coba perlahan untuk ihklas dan merelakanmu. Terima kasih atas semua kebaikanmu, kesabaranmu untuk tidak berlaku kasar terhadapku. Aku sudah memaafkanmu atas ingkar janjimu untuk melamar aku di tahun 2020 ini. Doa ku semoga kelak aku mendapat kan jodoh yang terbaik dari Allah, begitu pun kamu, semoga kelak lebih baik lagi dan tidak ingkar janji terhadap siapapun perempuan yang memegang janji mu. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini