Terima Kasih dan Maafku Untukmu, Ayah

Ayah, semoga kita masih bisa melalui waktu yang tak selalu bahagia ini bersama.


Ibu memang istimewa, namun ayah juga takkan pernah terganti


Advertisement

Hi ayah, apa kabar? Semoga ayah selalu sehat.

Ayah, kata orang hari ini hari ayah. Tapi aku rasa sama saja dengan hari lain. Aku tetap saja belum bisa bertemu ayah, bercanda dan tertawa bersama ayah. Ah jarak ini kadang bisa sangat kejam menyiksa kita. Ayah, apakah ayah ingat dulu ayah tidak pernah mau datang ke sekolahku saat pengambilan raport? 

Bukan, bukan karena aku bodoh dan raportku jelek. Ibu bilang ayah malu jika orang tau ayah adalah ayahku. Ayah malu mendampingiku menerima piala itu karna ayah tak seperti orang tua teman-temanku yang datang dengan setelan mahal dan wibawa yang luar biasa karena jabatan dan pendidikan mereka yang tingggi. Andai saja ayah tau bahwa semua itu tak masalah bagiku. Aku cuma ingin ayah melihatku.

Advertisement

Ayah, apakah ayah ingat dulu saat ibu bercerita bahwa nilaiku bagus ayah hanya merespon dengan "ya, aku tahu", sembari tersenyum. Dulu aku pikir ayah tidak asik, ayah bahkan tak bangga dengan prestasiku. Ah andai saja lebih cepat aku sadar. Bukan ayah tidak bangga dengan prestasiku, hanya saja tanpa semua itupun ayah adalah orang yang pertama kali percaya akan kemampuanku.

Ayah, apakah ayah ingat bagaimana dulu saat ayah harus pergi jauh untuk bekerja? Aku sampai deman tinggi padahal belum sehari ayah meninggalkanku. Ibu bilang saat ayah tiba aku langsung sembuh. Bagaimana tidak, tiap pagi aku akan sarapan dan meminum apapun hanya dari cangkir ayah, sore hari ayah akan mengajakku jalan dan malamnya aku akan tidur di pangkuan ayah. Bagaimana bisa semua itu aku lewati? Ah sepertinya kecemburuan ibu beralasan.

Advertisement

Ayah, apakah ayah ingat dulu ayah pernah sekali menamparku hingga aku pergi dari rumah. Tidak, aku tidak benar-benar pergi aku hanya menyendiri sebentar. Saat kembali aku lihat ayah, tapi aku tak ingin menegur ayah, rasanya hatiku masih sakit. Hingga akhirnya ayah meminta maaf dan bertanya apakah bekas tamparannya sakit. Ibu bilang saat aku pergi ayah menangis.

Ayah, apakah ayah ingat saat akhirnya aku dewasa dan memilih untuk merantau ayah mengantarku dengan penuh ketegaran. Tak sedikitpun rasa sedih terpancar dari wajah ayah, hanya terlihat sorot kekhawatiran. Aku pikir ayah sudah tak sayang aku. Tapi ibu bilang ayah yang paling khawatir. Ayah sampai tak tidur sebelum menerima kabarku.

Ayah, apakah ayah ingat bahwa ayah tak pernah sekalipun menghubungi dan bertanya kabarku. Selalu saja ibu. Tapi ternyata kata ibu ayah selalu bertanya kabarku pada ibu, bertanya apakah aku sehat, apakah aku ada menghubungi, tapi ayah tak pernah mau bertanya langsung padaku. Sampai pernah akhirnya ayah menghubungiku karena aku tak kunjung menelpon. Saat itu aku dengar suara ayah bergetar. Apakah ayah menangis? Mungkin karena ini ayah tak mau menghubungiku, ayah takut menangis. Ayah takut aku tau bahwa ayah juga punya sisi rapuh kan?

Ayah, apakah ayah ingat bahwa ayah pernah berkata ingin selamanya denganku. Bahkan jika nanti aku telah menikah dan ayah sudah tua, ayah hanya ingin tinggal bersamaku. Ibu sampai marah saat itu. Kata ibu anak perempuan harus ikut suaminya setelah menikah nanti. Saat itulah aku lihat ayah sedih.

Ayah, ada banyak hal yang tak bisa ku ungkapkan pada ayah. Banyak derita yang tak ingin ku bagi pada ayah. Bukan aku tak percaya ayah. Aku hanya tak ingin melihat ayah sedih. Aku ingin ayah selalu melihatku sebagai anak yang kuat dan dapat ayah percayai.

Ayah, hari ini izinkan aku mengucap terima kasih dan maaf yang belum mampu aku ucapkan secara langsung pada ayah.

Terima kasih atas semua yang ayah lakukan untukku. Terima kasih atas semua tetes keringat untuk mencukupi kebutuhanku. Terima kasih telah menjadi orang yang pertama kali mempercayaiku. Terima kasih telah menjadi pelindungku dan sangat mencintaiku. Terima kasih untuk segalanya ayah.

Dan maaf atas semua salah dan khilafku. Maaf untuk semua air matamu karena ku. Maaf untuk semua lelah yang masih belum bisa tergantikan olehku. Maaf untuk semua ucap dan lakuku.

Ayah, semoga kita masih bisa melalui waktu yang tak selalu bahagia ini bersama.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pencinta ungu yang menulis untuk sekedar menyalurkan hobby...