Aku termenung berulang kali memahami situasi tempat aku berada sekarang ini. Jika diibaratkan kepada orang lain ternyata tak banyak yang sanggup bertahan.
Apa ini kategori kebodohan ataukah kecerdasan? Tak bisa aku lihat dengan jelas.
Berulang kali pula aku berikan tekanan keras kepada logika agar terjadinya sinkronisasi yang menyenangkan antara hati dan keadaan agar dapat memahami kehendak yang ditetapkannya. Namun kata sering itu lebih banyak terucap pada jatuh dan jatuh lagi. Berulang kali pula aku bangkit dari kejatuhan yang selalu setia menemani usaha perjuanganku menggapai sebuah harap janji dariNya.
Namun belumlah sampai pada tahap sabar dalam taqwa kepadaNya. Aku lemah dan semakin lemah dalam melangkah.
Kapankah waktu ketetapanNya tiba? Yang dapat membuat aku yakin jika jatuh ini tak akan menjadi satu hal yang sia-sia.
Sujud kedinginan malam membuat aku memikirkannya dengan seksama. Mencoba berkompromi dalam logika dan hati.
"Apa yang aku cari? Apa yang aku inginkan? Apa yang aku butuhkan? Atau apa yang membuat aku butuh dan ingin mencari?"
Jika rupamu membuatku terpesona aku yakin tak mampu menerima kenyataan saat kamu mencapai usia tua renta. Jika hartamu membuatku terpedaya aku yakin aku akan selalu jadi seorang penyombong dengan wadah peminta.
Jika pangkatmu membuatku terkesima aku yakin hati ini hanya menjadi pelayan setia dengan perintah semata dunia. Apa arti semua ini? Apa ini yang aku butuhkan? Apa ini yang aku cari? Apa ini yang aku inginkan?
Aku belum paham sepenuhnya kenapa masih berusaha cinta.
Aku belum menemukan alasan kenapa jatuh dan bangkit kembali
Hatiku bergemuruh, memberontak, ada kesenjangan dan kebingungan yang aku rasa. Ia mulai melakukan perlawanan pada pemikiran logika yang setia dengan yang fana. Pikirkanlah apa ini harapan ladang dunia yang aku harapkan nantinya? Jika aku mencari, membutuhkan, menginginkan yang seperti ini apa yang dapat aku bawa? Apa yang dapat membantuku disana?
Rupamu habis ditelan masa, kamu tak lagi bagaikan tentara tegap dalam melangkah, tak lagi seorang yang selalu dipuja , tak lagi seorang yang menyenangkan pandangan mata dunia. Hartamu bertebaran tanpa makna. Jabatanmu hilang tanpa pandangan mulia dariNya. Jika hanya berharap dan mengambil dasar itu semua untuk bersama, apa yang aku dapatkan?
"Adalah waktu yang sia-sia penuh tekanan dosa"
Asalamualaikum Hati...2014/04/26
Satu kata memulai keberanian yang aku paksakan. Sebuah hati tempat aku terpaut tanpa alasan berdiri. Sebuah kata sapa yang aku titipkan dalam sebuah goresan pada bersihnya kertas pengantar. Ketika aku katakan aku lelah, aku tahu hati ini belum mau menyerah sepenuhnya.
Ketika aku katakan aku bersabar dengan aksi diam emasmu. Aku sadar aku tak inginkan diam emasmu tanpa arti tanpa menyedekahkannya disetiap pagi. Hingga kamu tau tak selamanya diam adalah emas yang bermanfaat jika kamu kumpulkan jadi tabungan kebisuan tanpa alasan.
Bolehkan aku Meminta?
Sesekali sapalah aku dalam doamu.
Lihatlah aku dengan pandangan hatimu.
Rasakan keberadaanku dalam sujudmu. Aku tak ingin meminta lebih dari yang diperbolehkanNya, temani aku dengan keimananmu yang setia padaNya
Apakah akan berdosa jika aku memintanya? Berdosakah jika aku mengungkapkannya? Ataukah harus ada kata maaf karena sebuah rasa? Ataukah ikhlas karena sebuah perjuangan?
Dan aku masih belum paham akan semua skenario indahnya yang harus aku mengerti dan pahami adalah menjalaninya dengan cara santai dalam koridor perjalanan yang telah ditetapkanNya.
Maafkan aku hati. Aku harus mengumpulkan keberanian menggenggam dan melepaskan meskipun pada bayangmu. Tak tinggi harapku, tak luas jangkauanku, tak panjang anganku. Hanya bisakah kau menerima permintaanku??
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.