Dalam kehidupan masyarakat, salah satu pemutus silaturahmi paling ‘ampuh’ di dunia ini adalah utang. Sebuah kata yang begitu mudah dilontarkan ketika sedang butuh sekaligus begitu mudah dilupakan ketika sudah terpenuhi. Utang sudah menjadi bagian dari kehidupan ekonomi masyarakat. Namun problematika utang piutang seringkali menjadi pemicu terkikisnya rasa empati bagi yang berutang.
Bagaimana tidak? Ketika seseorang yang berutang ini membutuhkan uang, dia akan mengorbankan rasa malunya demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun ketika si peminjam hendak menagih utang yang merupakan haknya, alih-alih mengembalikan justru yang berutang kadang tidak merasa bahwa si peminjam juga sedang membutuhkan.
Dan cara yang paling sering dilakukan oleh yang berutang adalah berkelit dan mencari berbagai alasan. Dan tidak jarang si peminjam menerima perlakuan yang tidak mengenakkan dari yang berutang. Mulai dari memaki-maki bahkan sampai melakukan kekerasan fisik kepada si peminjam sampai menyebabkan hilangnya nyawa si peminjam.
Kita tentu banyak bertanya, kenapa hal ini sering terjadi? Kenapa justru yang berutang terlihat semena-mena terhadap orang yang sudah berlaku baik meminjamkan uangnya? Bukankah si peminjam hanya ingin haknya dikembalikan? Â
Karena hal seperti ini sudah sering terjadi pada masyarakat kita, tidak jarang membuat si peminjam kini agak sungkan untuk menagih utang. Â Padahal mungkin pada kenyataannya, si peminjam juga amat membutuhkan uang.
Lantas bagaimana cara yang ampuh untuk menagih utang? Dengan berat hati harus saya katakan bahwa, di zaman sekarang ini jika hati kita memang tergerak ingin meminjamkan uang kepada yang membutuhkan, maka niatkan itu untuk membantu dan tidak terlalu berharap uangnya akan dikembalikan.
Karena jika kita menempatkan harapan itu kepada yang berutang, maka kita harus siap-siap untuk merasa kecewa. Sudah banyak kisah betapa sulitnya kita menuntut hak kepada orang yang memang tidak ada niat untuk mengembalikan pinjaman yang berujung pada pertikaian yang tiada henti.
Jika tidak ingin merasakan kecewa dan ingin bermain aman saja, maka janganlah sekali-kali meminjamkan uang. Apa lagi jika orang yang berniat meminjam itu memiliki track record yang buruk dalam hal utang piutang.
Resiko tetap ada jika kita memilih jalan ini, salah satunya adalah harus siap-siap dimusuhi atau paling sedikit dikatakan pelit. Tapi menurut saya, ini masih lebih baik dari pada nantinya kita harus berkali-kali merasakan kecewa karena hak kita yang tidak kunjung dibayar.
Pinjamkanlah jika memang kita yakin orang itu memiliki itikad yang baik untuk mengembalikan. Namun jangan mengambil resiko jika kita tidak yakin akan track record orang yang berutang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”