Tentang Perempuan dan Pembatasan Pilihan Hidupnya. Padahal Melakukan Semua Hal Sah-sah Saja

pembatasan pilihan perempuan


“Kenapa sih perempuan harus disuruh memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya? Pertanyaan itu sejak awal sudah menempatkan posisi perempuan seolah-olah tak berdaya.”


Advertisement

Jawaban itu spontan keluar dari mulut seorang Najwa Shihab, yang biasanya akrab dipanggil Mbak Nana, saat Deny Cagur bertanya akan pilihan Mbak Nana, menjadi jurnalis atau ibu rumah tangga?

Beginilah, hal-hal seperti ini hanya akan ditanyakan kepada perempuan, bukan laki-laki. Mana ada laki-laki yang akan ditanyakan, mau memilih menjadi pekerja atau bapak rumah tangga? Seolah menyatakan jika mengatur dan mengelola rumah tangga hanyalah tugas perempuan, walau sejatinya yang namanya rumah tangga seharusnya diatur berdua. Keduanya berperan dengan perannya masing-masing istri sebagai ibu rumah tangga dan bapak sebagai kepala rumah tangga.

Sebelum mengerti benar soal emansipasi perempuan di zaman modern dan mneyetujui perkataan mbak Nana, ada riset yang mengatakan bahwa memang benar pasangan suami istri akan lebih bahagia dan rumah tangga akan lebih tertata jika lelaki bekerja dan perempuan di rumah, bukan kebalikannya, dan memang umumnya hal itu yang lumrah terjadi di Indonesia. Laki-laki memang secara fitrah lebih senang menjadi dominan dan ingin lebih tinggi secara penghasilan atau pekerjaan dibandingkan perempuannya. Ego dan harga diri mereka memang lebih tinggi, walau tidak semua laki-laki seperti itu.

Advertisement

Perempuan yang biasanya harus memilih menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir, karena memang sejatinya manusia memang diciptakan untuk singletasking. Bukan berarti tidak bisa multitasking, tapi tidak akan pernah ada yang diunggulkan jika semuanya dikerjakan secara bersamaan. Hasil tidak akan maksimal, bila semua dikerjakan secara bersamaan. Kadang badan akhirnya tumbang karena tidak bisa coping up dengan semua tugas yang harus dikerjakan secara bersamaan.

Kadang tidak terelakkan jika perempuan memang harus memilih, karena memang ada yang perlu dikorbankan saat memilih untuk berumah tangga dan memiliki anak. Ada yang namanya prioritas, dan setiap pilihan kita akan didasarkan pada prioritas tersebut. Walaupun mbak Nana bilang kita bisa mendapatkan keduanya, ada saatnya kita harus memilih.

Advertisement

Di saat anak atau suami sakit, sedangkan pekerjaan sedang banyak-banyaknya atau sedang ada deadline suatu pekerjaan yang harus diserahkan besoknya kepada atasan, mau tidak mau kita harus memilih. Memilih apakah izin tidak masuk kantor dan dimarahi atasan untuk merawat anak atau suami yang sakit, atau meminta tolong orang lain merawat mereka dan mengerjakan tugas kerjaan. Selalu ada yang memang harus dipilih, dan itu semua akan memperlihatkan prioritas kita. Keluarga atau pekerjaan?Rumah atau kantor?

Bukannya mau mengecilkan kaum perempuan, karena sejatinya semua perempuan itu luar biasa dan hebat. Menjadi apapun itu, wanita karir ataupun ibu rumah tangga. Ibu bekerja atau ibu di rumah, semuanya sama-sama hebat karena multitasking tidak mudah. Menjadi ibu rumah tangga pun perlu melakukan pekerjaan secara multitasking, dan kata siapa sih perempuan tidak bisa produktif dari rumah?

Banyak cara juga untuk bisa bekerja dari rumah. Menjadi ibu bekerja apalagi, multitasking nya lebih tinggi levelnya. Tetapi setinggi apapun penghasilan dan jabatan si ibu di kantor, di rumah mereka tetaplah istri dan ibu yang mengurus keluarganya. Istri yang tetap tunduk pada suaminya sebagai kepala keluarga yang utama. Menjadi apapun itu, pilihan apapun itu, semua perempuan adalah hebat dan bisa berkiprah dengan luar biasa di bidangnya masing-masing.

Tapi pada akhirnya kita harus tetap memilih yang mana yang menjadi prioritas kita. Pada akhirnya kita tidak akan bisa melakukan semuanya secara perfecto, maksimal, bila kita memutuskan untuk tidak memilih apapun, serakah, ingin keduanya menjadi miliknya. Akan ada banyak masalah jika kekeuh ingin keduanya berjalan bersamaan, bakal pontang-panting dan sangat mungkin lead to depresi. Nah disinilah peran suami atau laki-laki yang bisa mendukung dan mengarahkan amatlah penting. Laki-laki ini nantinya bisa mengingatkan jika sang perempuan sudah terlalu keluar jalur dari fitrahnya, karena bagaimanapun prioritas seorang perempuan adalah rumah dan keluarganya.

Seorang wanita yang memang cerdas tidak akan pernah merasa terkukung dengan pilihannya jika menjadi ibu rumah tangga. Mereka pasti akan tetap menemukan cara untuk mengembangkan pontensi mereka. Pun menjadi wanita karir, wanita cerdas tidak akan serta merta mengabaikan tugas mereka di rumah, mereka akan tetap menjadi wanita hebat di dalam dan di luar rumah, karena mereka mengerti benar bagaimana menempatkan diri mereka dan mengatur porsi mereka masing-masing sebagai istri, ibu dan pekerja. Menjadi apapun itu, wanita memang harus cerdas, terutama dalam memilih. Karena semua tidak bisa dikerjakan bersamaan, akan selalu ada yang di prioritaskan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Everyone is fighting their own battle so be nice

Editor

Not that millennial in digital era.