Mandiri merupakan suatu kemampuan dari seseorang yang mampu mengurus dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Kemampuan ini akan terus terlatih seiring dengan bertambahnya usia. Namun, tidak sedikit pula remaja-remaja yang usianya masih belia sudah memiliki keahlian ini. Aku salah satunya.Â
Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Mungkin kebanyakan anak bungsu itu dimanja, paling dekat dengan orang tua, dan susah untuk dilepas. Apalagi jika anak bungsu itu berjenis kelamin perempuan, orang tua pasti susah untuk melepaskan anaknya, bahkan untuk keluar bersantai dengan temannya saja sangat sulit untuk mendapatkan izin. Namun hal itu tidak berlaku kepadaku dan mungkin sebagian anak bungsu lainnya.Â
Sejak aku SD, aku sudah terlatih untuk menjadi mandiri. Ibuku adalah seorang bidan sekaligus perawat yang bekerja di suatu pustu di pedesaan, aku tinggal dengannya ketika SD. Jika sewaktu-waktu ada panggilan dari masyarakat untuk memberikan pelayanan, tentu saja ibuku sigap untuk menanganinya. Aku? Tentu saja tinggal di rumah, tapi tak jarang pula aku ikut. Sedangkan ayahku merupakan seorang pekerja kantoran yang bekerja di kabupaten. Beliau akan pergi di pagi hari dari rumah dan akan pulang sore harinya, bisa juga malam atau bisa juga tidak pulang jika saat itu hujan. Aku memiliki kakak perempuan dan laki-laki yang perbedaan umurnya cukup jauh denganku, sekitar 7-8 tahunan. Saudaraku dulunya sekolah di kabupaten tempat ayahku bekerja, tapi sepanjang yang aku ingat, mereka lebih jarang pulang. Mungkin karena tugas-tugas yang diberikan oleh guru-gurunya. Entahlah, memori itu sudah tidak ada di ingatanku.Â
Dengan perbedaan umur yang cukup jauh dari saudaraku, aku juga awalnya kurang dekat dengan mereka. Sampai tiba masanya aku memasuki bangku SMP, aku meminta untuk sekolah di ibukota provinsi. Saat itu, kakak perempuanku sedang berkuliah di sana. Selama kurang lebih 2 tahun lebih, aku tinggal dan berbagi cerita dengannya. Sangat seru dan nyaman dibandingkan denganku yang tinggal dengan ibuku dulu, maaf ibu tidak bermaksud untuk membandingkan. Pada masa yang sama pula, kakak laki-laki ku sedang berkuliah di pulau jawa.
Memasuki kelas 3 di bangku SMP, kakakku sudah harus bekerja dan beliau bekerja di daerah yang sama tempat orang tuaku kerja. Aku tinggal sendiri. Sebenarnya tidak juga, di sebelah rumahku ada rumah bude ku. Namun, tetap saja aku yang harus membersihkan rumah itu sendirian, aku juga harus masak sendiri, mengurus diriku sendiri, intinya semuanya sendiri. Awalnya aku beberapa kali keletihan, tapi setelah beberapa bulan, hal itu sudah menjadi biasa untukku. Keluargaku, kecuali saudara laki-laki ku, biasanya mengunjungi ku bergantian. Tidak sesering itu, tapi setidaknya mereka sudah mengunjungiku.
Selama kurang lebih hampir 4 tahun aku tinggal sendiri, aku terbiasa dengan suasana yang tenang dan sepi. Jadi terkadang, jika ada kumpul keluarga atau ada acara tertentu, aku cenderung sering mencari tempat sepi atau hanya duduk saja jika sudah letih bersosialisasi. Kemandirian ku ini membuat diriku awalnya sungkan untuk meminta bantuan atau terlebih dahulu membuka pembicaraan, tapi setelah aku pikir-pikir, mandiri bukanlah suatu sikap yang membuat kita bisa melakukan semuanya sendiri. Tetap ada hal-hal yang suka tidak suka kita harus meminta bantuan orang lain karena mandiri bukan berarti bisa segalanya.Â
Malu bertanya sesat di jalan, kata orang. Daripada harus merepotkan diri atau membuat diri lebih lelah karena menganggap diri kita bisa mengatasi dan menyelesaikan semuanya sendiri, kita bisa minta tolong ke orang lain. Bukan berarti kita manja, tapi memang kita butuh akan hal itu. Semenjak aku memasuki bangku kuliah tahun 2022 lalu, aku semakin tidak sungkan untuk bertanya dan meminta tolong jika memang diperlukan. Aku biasanya minta tolong teman atau petugas yang sedang bekerja tergantung kebutuhan.
Namun, tidak jarang pula aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri, apakah aku terlalu banyak meminta tolong? Apa yang harus aku berikan agar bantuan yang mereka berikan aku bayar setimpal? Entah mengapa aku merasa aku harus membayar setiap bantuan mereka, aku selalu merasa berhutang budi. Tetapi aku juga terkadang menepis pertanyaan-pertanyaan yang ada di otakku, mungkin aku hanya berpikir terlalu banyak, atau mungkin saja tidak.Â
Pada akhirnya, seberapa terlatih pun kita dengan kemandirian ini, pasti kita tetap butuh orang lain. Jangan terlalu percaya diri kita bisa melakukan semuanya sendiri bahkan jika sampai dinilai anti sosial karena tidak mau meminta bantuan. Di samping itu, menjadi mandiri itu juga butuh waktu, tidak harus sejak kecil menjadi mandiri. Tergantung zona nyaman masing-masing orang pula. Kita juga tidak perlu menilai orang terlalu manja, cukup biarkan saja karena semua orang akan mandiri pada waktunya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”