Sebuah Perjalanan yang Menyenangkan Tentang Memaafkan dan Merelakan

perjalanan memaafkan dan merelakan

Dalam perjalanan kehidupan, banyak sekali cerita atau kisah yang sudah saya lalui. Baik itu getir atau tawa yang terlewati. Banyak sebenarnya kisah yang sudah dilalui, hingga membuat saya berada di titik atau keadaan seperti ini. Ada pepatah bilang,

Advertisement


“Kamu yang sekarang adalah hasil refleksi masa lalu yang terjadi dalam kehidupanmu.“ 


Ya, apapun itu, semua akan selalu ada dalam bayang kehidupan masa lalu.

Saya sendiri pun bingung, tentang semua cerita yang sudah terjadi dan yang terlewati dalam kehidupan saya ini. Seakan rasanya baru kemarin, padahal kejadiannya sudah lama sekali. Hal yang saya simpan secara rapi akhirnya runtuh seketika jika diingat kembali. Bukannya tidak mau. Terkadang ada cerita yang sebaiknya disudahi saja, bukan?

Advertisement

Aku tahu sejauh apapun kita pergi, kita akan dipertemukan kembali dengan hal-hal yang sudah terjadi. Ada pertemuan dengan sebuah tempat, yang mengingatkan pada sebuah kejadian. Ada pertemuan dengan seseorang, yang sudah kamu relakan pergi. Ada pula yang berharap pada pertemuan yang terasa mustahil, suatu saat bisa saja terjadi. Percaya saja, dunia pasti punya rahasia yang bikin kita kagum dengan kehidupan ini.

Suatu hari nanti, saya ataupun kamu pasti punya pengalaman yang akan sangat menyenangkan jika bisa diceritakan kembali. Baik sedih, tawa, bahkan tragedi sekalipun. Saya punya sebuah cerita tragedi. Buruk sekali rasanya, tapi setelah melewati itu semua, tragedi itu membuat saya tumbuh.

Advertisement

Saya pernah ada di masa yang sangat sulit pada saat itu. Bahkan, bisa jadi itulah titik terendah saya sebagai manusia. Di mana sebuah pertemanan yang sudah terjalin baik, harus musnah karena satu-dua hal yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan kompromi.

Tidak hanya pertemanan, saya pun harus merelakan seseorang yang sudah lekat di kehidupan saya. Seseorang yang bisa membuat saya merasakan seutuhnya menjadi manusia. Seseorang yang bisa membuat saya kagum dengan kebaikan-kebaikan yang sudah diajarkan kepada saya. Seseorang yang bisa membuat saya tersenyum dengan kata-kata bijaknya yang menenangkan. Seseorang yang memilih bertahan di antara perpisahan yang dapat terjadi.

Pada masa itu, saya benar-benar merasakan betapa sulitnya ditinggalkan sesuatu yang sudah membuat nyaman. Saya harus berpisah dengan sebuah pertemanan. Keadaan yang sudah saya coba sekuat hati agar tidak terjadi, namun sayang kehendak berkata lain.

Seiring berjalannya waktu, semua pertanyaan yang tidak bisa terjawab saat itu, akan terjawab sendiri pada waktunya. Sampai akhirnya, perjalanan di kehidupan yang telah saya lalui, memberikan jawaban atas semua pertanyaan. Cerita tragedi yang membuat saya mencapai titik terendah dalam hidup saya sebagai manusia, malah menjadikan itu sebagai bagian dari proses bertumbuhnya saya sebagai manusia.

Semuanya sulit, bahkan dengan akal sehat pun terasa tidak mungkin untuk diterima. Tapi, kenyataannya malah itu yang terjadi. Seiring berjalannya waktu, kamu pun pasti akan mengerti, akan ada hal yang sebaiknya dilewati tanpa perlu kejelasan. Kamu pasti akan ada di tahap mengerti tanpa perlu menghakimi apapun yang sudah terjadi.

Saya tahu, pasti susah sekali rasanya untuk memaafkan sebuah tragedi atau kekecewaan yang sudah kamu lalui. Tapi yang saya tahu, kamu juga manusia. Kamu pasti pernah dimaafkan atas kesalahanmu. Ini tahapan paling sulit sekaligus menyenangkan, ikhlas atau merelakan.

Sebagai manusia sudah sewajarnya kita diperlakuan dengan setimpal atau diberi apresiasi atas apa yang sudah kita lakukan. Kalo kamu sudah merelakan apa yang sudah terjadi, itu akan menjadi cerita yang menyenangkan di masa depan. Oh, ya ada satu hal lagi. Jika sebuah tragedi bisa kamu bungkus dalam sebuah cerita yang membuat sekelilingmu tertawa, tidak akan satupun yang bisa menghentikan kamu di kemudian hari. Toh tragedi bisa ditertawakan.

Kenapa merelekan yang sudah terjadi akan menjadi baik buat kamu di kemudian hari? Saya merelakan pertemanan yang sudah saya simpan selama 5 tahun. Jangankan bisa bertemu, bisa ngobrol lagi saja sudah bagus. Tapi, nyatanya? Saya dipertemukan kembali tanpa sebab dan tanpa batasan layaknya sebuah luka. Malah, yang tadinya itu buruk diceritakan, membuat saya tertawa bila diingat-ingat.

Intinya seperti ini; kalau kamu sudah memaafkan, pasti kamu bisa merelakan. Kamu belajar tidak mengharapkan apa-apa dari hal tersebut. Kalau kita bisa ikhlas, bukan lagi perkara dapat ganti yang lebih, tapi energi yang sudah kita ikhlaskan itu malah akan sampai ke orang tersebut dan bisa membuat mereka bergerak untuk jadi lebih baik lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemain bola yang selalu mulai dari posisi bangku cadangan. hobi menggerutu jika melihat peluang bagus terlewatkan dan berkata " kalo gua pasti masuk tuh "

Editor

Not that millennial in digital era.