Dear Kamu yang Hampir Bersanding Denganku, Dengarlah Suara Hati Mengapa Saya Mundur darimu

Tentang kamu, ini suara hatiku yang tak pernah kau dengar

Berbicara tentang hati, ini suara hatiku untuk kamu yang telah mendapatkan perjalanan hati yang baru di sana. Ketika kala itu, aku pernah memperjuangkan hubunganku dengan keyakinan yang besar. Dengan kehadiranmu, duniaku yang sebelumnya penuh dengan awan kelabu, kembali berwarna layaknya pelangi. Pada awalnya kupikir kamulah yang terakhir, kamulah yang akan menjadi pendampingku selamanya. Dari dirimu, aku belajar, untuk percaya bahwa masih ada orang yang mencintai kita bukan karena kelebihan kita, namun oleh karena kekurangan yang ada. Terlepas dari mereka yang pernah mencaci dan mencemooh, kamu menerimaku dengan cintamu yang pada akhirnya lupa, kelemahan terbesarku adalah hatiku.

Advertisement

Pertemuan denganmu terasa manis, ribuan kata cinta dan janji terucap membuat hatiku semakin yakin, kamulah orang yang akan kunikahi. Ada satu hal kecil yang membuatku bangga adalah saat kau mengenalkanku pada keluargamu, pada teman-temanmu. Ah, aku berpikir 'aku ini penting' bagimu. Aku bahagia saat itu. Kau tahu? Aku selalu menceritakan tentangmu dengan hebatnya kepada keluargaku, kepada teman-temanku, sampai mungkin mereka bosan mendengarnya, tapi aku tak peduli. Masih teringat jelas, saat aku menerima kado valentine darimu, sebuah kalung hati yang membuatku meneteskan air mata.

Itu adalah kado termanis yang pernah kudapatkan dan mungkin aku lupa berterimakasih akan hal itu, maaf, aku terlalu bahagia. Namun, ada hal yang selalu membuatku tak dapat meluapkan emosiku. Kau pada akhirnya menjauhiku dan tak mendengarku lagi. Ribuan pertanyaan membanjiri kepalaku, aku tak bisa tertidur tenang, air mata menjadi teman tidurku. 

Kau berubah drastis saat hubungan kita kembali pada masa-masa LDR. Aku tahu, aku adalah seorang yang sedikit posesif, tapi semua itu kembali kutekan dalam diriku, karena aku belajar mempercayaimu. Ya, aku mempercayaimu. Hingga akhirnya aku tahu, aku bukan satu-satunya lagi untukmu. Saat tak ada lagi pesan yang kuterima, panggilan yang harus kujawab, semuanya itu membuat hatiku sesak. Ternyata, kau lebih memilih tetap membuka hatimu seluas-luasnya kepada para wanita yang mendekatimu. Lalu, untuk apa kita memulai hubungan ini, jika pada akhirnya pesan yang selalu kau kirimkan padaku, juga diterima oleh para wanita itu? Aku tahu mereka adalah teman terdekatmu, tapi apa kau tahu betapa sakitnya perasaanku? Apa kau tahu rasanya saat aku ingin berbicara padamu, seratus panggilan pun dariku kau abaikan.

Advertisement

Pesan dariku hanya kau baca tanpa membalasnya. Dan ketika aku ingin mengakhiri hubungan ini, kau tak ingin mengakhirinya, "Ada apa?" Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang dikepalaku. Bahkan sampai hari di mana kau yang memutuskan hubungan ini tanpa berpikir lebih banyak tentang perasaaanku, tentang keluargaku yang sudah pernah kau datangi dan sampaikan maksud kedatanganmu untuk hubungan yang lebih serius. Berbagai alasan tak masuk akal kau lontarkan, aku hanya bisa terdiam, menangis dan berdoa untuk hati yang kembali terluka begitu dalam. Panah yang kau arahkan padaku begitu sempurna menghujam tepat pada jantungku. 


Kamu yang awalnya memberikan warna, pada akhirnya kamulah yang memberiku luka, dan aku melihatmu tertawa bahagia tanpa rasa bersalah sedikitpun.


Advertisement

Terasa sulit bagiku, depresi pun datang menghampiri. Aku bingung dan kehilangan arah, hatiku hancur tak beraturan, namun lagi-lagi kau tak peduli. Dalam setiap doaku, aku berlutut membawa pergumulan hatiku. Malam-malamku hanya penuh dengan ratapan pilu, saat tersadar pada waktu dini hari karena mengingatmu. Aku berteriak, marah dalam doaku, menyalahkan diriku dengan begitu hebatnya yang membuat jiwaku semakin terluka.  Lalu pada akhirnya, aku mengerti, ini adalah cara Tuhan menegurku, karena Ia tak ingin aku menikah dengan orang yang salah. Bukan berarti kau tak baik bagiku, hanya saja, kau mungkin bukanlah tulang rusukku. Yang jika dipaksakan, aku yang terluka, akulah yang akan menderita. Ini adalah suara hatiku yang tak pernah kau dengar,

"Aku tetap bersyukur, pernah mengenalmu, dan belajar banyak hal darimu. Kamu adalah yang terbaik dihari kemarin untukku. Mungkin, aku tak sesempurna dengan dia yang kau idamkan saat ini, namun, akulah orang yang berada pada masa sulitmu hingga suksesmu dihari kemarin."

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I'm a Music Teacher in a Senior High school. I love to write since I was in a Senior High School. I like to sing, dance and play some instrument (Guitar, Violin and Keyboard) also ;)

Editor

Not that millennial in digital era.