Riuh suasana pagi itu, menyeruak bagai menyatu pada gesekan roda kereta. 8 jam yang melelahkan menyatukan raga yang tak lagi terasa. Dinding kereta mengembun mendinginkan setiap raga yang bersandar padanya.
Jogjakarta, kota sejuta teka-teki, tempat meleburkan segala lelah dan rindu. Mencairkan segala lapar dan temu, tempat menyandarkan segala beban-beban rasa dalam dada para pencari temu di kota ini yang masih belum tahu apakah rindunya akan berakhir temu?
Seperti aku yang berjalan sendiri menyusuri sepi di antara ramai nya kota. Mencari rindu pada temu, temu pada laki-laki yang aku temui di bawah hangat dan dingin bumi perkemahan Wonogondang. Mencari temu pada dirinya yang tak kunjung bertemu. Terdiam menunggu waktu yang entah sampai kapan kau datang temui aku.
Sejak 3 bulan lalu aku mulai jatuh cinta padamu hai lelaki berparas manis nan menggemaskan. Jatuh cinta pada setiap tatapmu, suaramu, senyummu. Entah semenjak kapan aku mulai jatuh cinta padamu tatapmu membuai segala duniaku dan aku juga tak tahu sejak kapan aku mulai merindukanmu, mulai mencarimu dalam tiap malam hariku. Tapi dari semua ini aku memilih jatuh cinta diam-diam.
Apa yang salah dari jatuh cinta diam-diam? Sepertinya tidak ada yang salah dari jatuh cinta diam-diam, tidak perlu juga menyalahkan diri mengapa memilih jatuh cinta diam-diam. Kau tahu mengapa aku memilih seperti ini?
Aku terlalu takut, takut pada perasaan ku sendiri, takut apabila aku mengakui itu si hadapanmu aku akan kehilanganmu. Segala ketakutan yang mengitari segala pikiranku, membuat hening dalam keramaian, memecah sepi diantara rinai hujan senja.
Aku lemah pada tatapmu, sehingga tak sampai hati mengungkapkan apapun yang aku rasakan. Aku memilih diam walau dengan sejuta pertanyaan yang mengitari otakku tentang dirimu.
Melihatmu tersenyum adalah pemandangan terindah yang membuat hati ini semakin merindukanmu. Mendengar suaramu adalah merdu yang membias cuaca semakin sendu.
Tahukah kamu?
Jarak kita bukanlah jauh bukan juga dekat, kita hanya memisahkan diri dari jeratan kenangan masa lalu. Di tempat ini di Jogjakarta kita pernah bertemu, saling tatap dalam hangat namun seketika semua itu terhempas waktu, jarak, dan kenangan.
Tuhan, bila mendambanya adalah sebuah sakit, maka jangan beri aku sembuh. Bila menyayanginya adalah sebuah kesalahan, maka jangan pernah tunjukan aku kebenaran. Bila mencintainya adalah sebuah dosa maka berikan aku tempat terindah bagiku di neraka.
Sampai jumpa kembali hai lelaki berparas manis dan menggemaskan, yang namanya selalu aku pinjam dalam sepertiga malamku. Semoga kau disana baik-baik saja dengan segala rinduku yang menyertaimu, aku akan menanti segala pertemuan entah yang di sengaja atau tidak.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
ga bosen nge game ga dapat apa apa , mendingan ikut aku yuk , dapatkan hadiah menarik sampai puluh jutaan rupiah hanya di
dewa168.com