Tentang Gagal dan Harapan: Sudah Bukan Lagi Saatnya Menyalahkan Diri Sendiri

gagal dan harapan

Pernahkah kamu menyesali apa yang sudah terjadi? Lalu, kalau terjadi hal yang buruk, apa yang kamu lakukan? Menyalahkan keadaan? Atau dirimu sendiri? Well, manusia tidak akan luput dari gagal dan kesalahan, dan begitulah seni kehidupan. Namun, apa saja yang dapat dilakukan? Dan adakah penjelasan ilmiahnya? Simak artikel berikut ya!

Advertisement

Kabar baik bagi kamu yang terlahir dari orang tua yang menyediakan lingkungan yang aman, suportif, cenderung memberlakukan gaya optimisme, dan mengajarkan alasan adaptif kepada anak. Orang tua yang demikian, dapat dijadikan model dalam kehidupan. Namun, tidak semua orang mendapat privilege seperti ini. Beberapa orang bersikap pesimis dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Menjadi pribadi yang pesimis dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya trauma masa lalu, terlalu sering mengalami kegagalan, dan masih banyak lagi. Tapi tenang, masih ada kabar baik lainnya. Optimisme salah satunya terwujud dari hasil pembelajaran.

Kita bahas dulu yuk, apa itu optimisme? Optimisme adalah keyakinan individu bahwa mereka akan mendapatkan hasil yang baik. Ketika dihadapkan pada peristiwa negatif, individu dengan optimisme tinggi, melihat kejadian tersebut sebagai hal yang bersifat sementara (temporer) dan spesifik (tidak berlaku di situasi lainnya). Seligman mengatakan optimisme dapat menjadi prediktor kuat dari kesuksesan. Namun, menjadi optimis bukan berarti  mengabaikan potensi masalah dan konsekuensi yang akan terjadi, tetap harus disesuaikan dan dipersiapkan. Jadi, terkadang penting untuk tetap menjadi realistis.


“Hope for the best, but prepare for the worst.” –Benjamin Disraeli


Advertisement

Ternyata menjadi pribadi optimis itu banyak untungnya, lho! Kamu akan lebih produktif, kepuasan dalam hubungan interpersonal akan lebih besar, prestasi akademis lebih baik, lebih efektif mengatasi stresor dalam kehidupan, mengurangi kerentanan terhadap depresi, kesehatan fisik lebih unggul, dan memiliki life satisfaction atau kepuasan hidup yang lebih besar. Menurut Segerstrom (2010), optimisme juga terkait dengan  sistem kekebalan tubuh. Kalau mau tau lebih dalam, buku Seligman dengan judul Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life bisa jadi bacaan yang tepat!

Sebuah stresor dapat diinterpretasi dengan berbeda, tergantung pada tingkat harapan dan cara pandang secara keseluruhan pada tiap orang. Bagi si pemilik harapan rendah,  ketika dihadapkan masalah, akan kesulitan menemukan alternatif jalan keluar dan semakin pesimis. Sedangkan high-hoper, ketika hambatan dan tantangan menghadang, mereka akan mengeksplorasi alternatif  untuk mencari jalan keluar dan menerapkan motivasi yang sedang diperlukan. Ini didefinisikan sebagai pathways thought (kapasitas  untuk menemukan jalan ke tujuan yang diinginkan) dan agency thought (motivasi yang diperlukan untuk menggunakan jalan tersebut). Biasanya, ketika sukses dalam menangani masalah, para high-hoper semakin terdorong maju dengan emosi positif.

Advertisement

Kalau kamu ingin menumbuhkan optimisme, salah satuya kamu bisa melakukan positive self-talk. Menurut Jannah (2016), self-talk positif berisi pernyataan positif yang ditujukan pada diri sendiri, yang dapat digunakan untuk memotivasi dalam meningkatkan kemampuan. Self-talk positif adalah teknik psikologis yang digunakan untuk menghentikan pikiran negatif yang menyebabkan kecemasan, perasaan pesimis, dan hal yang dapat mengganggu fungsi dan kinerja. Mau tau manfaatnya? Yaitu dapat mengurangi potensi stress, membantu menekan rasa kesepian, meningkatkan kepercayaan diri, membantu dalam pemecahan masalah, dan membuatmu menemukan jalan pada tujuan yang diinginkan.

Lalu, gimana caranya? Caranya adalah dengan mendengarkan pikiran dan perasaanmu, tanyakan pada dirimu apa yang sedang kamu butuhkan. Lalu, beri afirmasi positif dan hindari self-talk negatif. Juga, cobalah mengelilingi diri dengan orang yang membawa pengaruh positif padamu. Tapi, kalau ada hal yang belum dapat kamu tangani sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan tenaga profesional, ya.

Manusia memang hanya bisa berencana dan berharap mendapat hasil yang memuaskan. Tapi, nggak jarang realita berjalan melenceng dari yang diinginkan. Wajar kok, kalau kecewa datang, just take your time. Ambil jeda dan tenangkan dirimu dulu. Tapi jangan berlarut, ya. Kamu perlu untuk kembali bangkit. Kamu bisa mencoba evaluasi diri untuk acuan kedepannya. Karena yang sudah berlalu bukan untuk disesali, tapi bisa untuk dipelajari. Tugas manusia bukan untuk menjadi pemenang, yang terpenting adalah terus berjuang. Cobalah untuk memfokuskan pada hal yang bisa kamu kendalikan, ya.

Ketika kamu baru memulai, mungkin rasa takut menghampiri, tapi ingat kalau selalu ada yang pertama di segala sesuatu. Dan kamu belum akan tahu hasilnya, kalau belum mencoba. Maka, lakukan saja, ya. Jangan lupa persiapkan dirimu. Kalau masalahmu terlihat besar dan tumpang tindih, cobalah melihat dan menyelesaikanya satu persatu. Masalah hadir untuk dihadapi, bukan dihindari. Mungkin masalah datang sebagai cara Tuhan menjadikanmu lebih kuat lagi. Akan selalu ada alasan untuk berhenti berjuang, namun jalan mana yang ingin kamu lalui, ada ditanganmu. Tetap semangat menjalani harimu, ya!

Referensi:

Lopez, S. J., Pedrotti, J. T., & Snyder, C. R. (2018). Positive psychology: The scientific and practical explorations of human strengths. Sage Publications.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.