Pandemi meluluhlantakkan berbagai sektor tanpa kompromi. Bukan hanya menyerang kesehatan tetapi aspek penting terkena getahnya. Mulai dari perekonomian, pendidikan hingga akhlak. Hal yang paling mendasar. Ketika akhlak tetap terjaga sehat, maka pertolongan dan jalan keluar selalu ada. Hakikat komunikasi dengan Sang Pencipta alam dan segala isinya, melalui akhlak yang baik dan sehat.
Mengapa harus terjadi pandemi? Bisa jadi salah satu penyebab adalah justru untuk memperbaiki akhlak. Cara Tuhan sangat beraneka ragam, di luar kemampuan nalar makhluk-Nya. Manusia tidak perlu ikut-ikutan mengatur, tetapi cukup mempelajari apa yang ditunjukkan alam. Tidak mengubah alam seperti kemauan sendiri, karena Ada Yang Maha Pengatur.
Ketika terjadi pandemi, justru tetaplah menjalankan ibadah. Memohon petunjuk, karena pandemi bisa terjadi hanya atas Kuasa-Nya pula. Ketika harus mengubah tata aturan ibadah, selama tidak mengubah ruh ibadah, sila. Misal harus menjaga jarak, tidak boleh berdekatan, bisa dijalankan. Memakai masker hanya ketika menjelang dan sesudah salat, bagi muslim. Ibadah, selain memang kewajiban setiap makhluk, juga merupakan tameng terhadap keburukan-keburukan yang mungkin merusak akhlak. Manusia yang setia dengan ibadahnya, maka hatinya tidak pernah jauh dari Sang Pencipta dirinya. Sehingga, mudah baginya untuk menyerahkan diri sepenuhnya, rencana apa dari Tuhan untuknya. Ketika menjaga ibadah maka terjaga pula akhlaknya.
Ketika akhlak terjaga baik, maka pikiran menjadi tenang dalam memikirkan solusi, apapun masalah yang mendera. Jauh dari prasangka buruk. Contohnya ketika berkumpul dengan teman lalu ada yang batuk atau bersin, serta merta saling memandang dan dalam hati menuduh “penyebar virus”. Hindari hal seperti ini. Berpikirlah positif, meski benar terserang pun, berpikir positif justru menumbuhkan imun dan kuat melawan virus. Tebarkan cara berpikir positif ke setiap orang, agar mereka dengan sendirinya membangun imun dan mampu melawan virus.
Bagaimana dengan memanfaatkan pandemi untuk kepentingan pribadi? Misalnya menjual dengan menaikkan harga pada barang-barang yang diperlukan selama pandemi? Itu bukan akhlak yang bijak! Memanfaatkan dalam kesempitan yang menekan orang lain, bukan akhlak yang baik. Justru bantulah meski dalam kondisi kurang atau sempit. Ada Yang Maha Melihat. Bukan hanya makhluk-Nya berterima kasih karena sudah ditolong, tetapi Sang Pemilik membalas dengan berlipat, di luar hitungan kita semua. Memelihara akhlak dalam kondisi apapun, menguntungkan diri sendiri, bahkan di kehidupan yang panjang, kelak. Rawatlah akhlak dengan baik, generasi penerus pewaris bangsa ini akan menjadi baik.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”