Kepadamu, sebenarnya aku belum ingin menyerah dulu. Aku masih mengharapkan kenangan-kenangan di antara kita akan kembali terulang, tetapi aku tak bisa memaksa. Kau sudah jauh berlari dan aku tak bisa mengejarmu.
Kau jauh lebih maju dariku dalam segala hal. Kau lebih mencintai apa yang kau punya sekarang; pekerjaanmu, segala proyekmu, hingga kau tak memiliki waktu untuk mengurus soal perasaan. Perasaan menyusahkanmu.
Kau bekerja terlalu keras hingga kau lupa pekerjaanmu bukanlah untuk menyenangkan hati semua orang. Namun kau tak peduli. Kau tak ingin orang-orang menganggapmu remeh. Kau lakukan hal yang seharusnya dikerjakan orang lain.
Hal itu memang baik, tetapi juga buruk. Kenapa harus memaksakan diri menjadi yang terbaik? Tak pernah ada yang memintamu untuk seperti itu. Kau sudah berusaha, apa pun hasilnya, syukuri saja. Tak perlu disesali bila kau gagal.
Aku kesulitan bicara denganmu. Kau dan ambisimu yang tinggi menghalangi. Bukannya aku tak suka dengan ambisimu, tetapi ada kalanya kau harus rehat sejenak dan melonggarkan tali yang kau pegang untuk merangkak naik ke atas. Kau harus memikirkan dirimu sendiri. Jangan terus-terusan memikirkan orang lain.
Cobalah sedikit terbuka dengan hatimu. Cari orang baru yang dapat mengimbangimu, mengingatkanmu untuk menjaga kesehatanmu, juga mengingatkanmu untuk beristirahat.
Orang itu tentu bukan aku. Kau sudah tak menoleh padaku dan aku sama sekali tak keberatan untuk itu, asal kau tak memaksakan diri.
Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Sejak dulu kau selalu begitu, terlalu keras pada dirimu hingga pada akhirnya kau akan kecewa, jatuh dan merasa gagal. Kau bukan kegagalan.Â
Aku ingin kau mengingat masa-masa di mana kita masih bersama. Saat itu, kau masih begitu santai. Tenang dan tak peduli apa yang akan dikatakan orang lain tentangmu. Aku tak tahu apa yang membuatmu seperti ini, tetapi waktu memang mengubah manusia.
Dan kau berubah menjadi sosok yang nyaris tak kukenal.
Kepadamu, sebenarnya aku ingin kau tahu bahwa tak pernah ada yang memaksamu untuk melakukan semuanya di luar batas kemampuanmu. Aku ingin kau tahu bahwa kau juga manusia biasa yang memiliki batasan. Ada kalanya kau akan jenuh, dan kuharap kejenuhan itu tak terlalu parah membawamu.
Aku tak akan ada di sampingmu ketika kau kembali, karena kau tak menginginkanku. Tapi aku yakin, seseorang akan berada di sana, menggantikan tempatku.Â
Kuharap, kau menjadi lebih menyayangi dirimu sendiri setelah itu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”