[CERPEN] Teman Dalam Selimut

Bertahun tahun tak bertemu, kini gue kembali bertemu dengannya. Andi, sahabat saat SMA yang sempat terpisah bertahun tahun lamanya. Kurang lebih hampir 10 tahunan. Kini, ia terlihat agak gemukan tidak seperti dahulu yang kurus kering dan juga kerempeng. Bahkan disenggol sedikitpun langsung terjatuh. Pertemuan di sebuah warung makan adalah awal dari kisah baru ini.

Advertisement

 

"Halo bro… Maaf ya udah nunggu lama", ujar gue membuka percakapan

"Tidak masalah, santai saja. Gimana kabar lo?"

Advertisement

"Alhamdulillah sehat sehat. Lo sendiri gimana?"

"Alhamdulillah juga bro, gua juga sehat. Oh ya by the way, apa kegiatan lo sekarang?"

Advertisement

"Hmmm… Gue cuma nerusin usaha bokap sih.. Emang kenapa ?"

"Ya gapapa gue cuma tanya doang.."

 

Kita mengobrol di warung makan tersebut tak berlangsung lama. Tiba-tiba saja Andi langsung mengajak gue pulang bersama.

 

"Bro, pulang yuk. Gue boleh nebeng mobil lo kan?"

"Lah gini doang?"

"Lah iya, emang mau gimana? Lanjutannya kita lanjutin di rumah lo nanti atau besok pagi deh"

"Hmm.. baiklah. Yuk, ke parkiran sekarang.."

"Ayo…"

 

Kami pun pergi bersama ke rumah dengan menaiki mobil pribadi gue. Tentu saja gue yang menyetir dan Andi duduk di samping. Kami memang sama-sama orang kaya sekarang, tapi bedanya Andi lebih beruntung karena masih memiliki orang tua. Selama di perjalanan kami mengobrol ngobrol kecil hingga tak terasa sampai juga di rumah gue yang berada di kawasan perumahan elite daerah Bandung.

 

"Wah, besar juga rumah baru lo ya bro.. Ga ngekos di tempat sempit lagi seperti dulu"

"Hehehe… Iya ndi, Alhamdulillah tapi gua di sini cuma tinggal berdua dengan adik gue"

"'Lah, bokap dan nyokap lo kemana?"

"Mereka berdua udah meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan"

"Yang tabah ya bro, semoga bokap nyokap lo tenang di alam sana"

"Aamiin makasih ya bro"

 

"Kakak… kakak…"

Terdengar adik teriak-teriak memanggilku dari lantai dua. Lantas, gue suruh dia turun saja ke bawah. Tak berselang lama dia pun turun juga ke bawah sembari membawakan satu gelas air putih. (Tentu saja minuman itu untuk gue. Hehehe).

 

"Eh ada tamu…"

"Oh ya, dik tolong buatin minum buat teman kakak ya. Eh bentar-bentar. Kakak tanya dulu dia mau minum apa"

"Bro, lo mau minum apa?"

"Apa aja deh, yang penting seger"

"Ya udah dik, buatin temen kakak es teh aja ya"

"Okey, siap kak"

 

"Bro gue mau ngomong sesuatu nih… Tapi gue ga enak ngomongnya. Udah lama ga ketemu tiba-tiba langsung cerita banyak aja"

"Ya elah, santai aja kali. Kita kan udah kenal sejak lama. Cuma sempat terpisah beberapa tahun"

"Beneran nih gapapa?"

"Iya gapapa, cerita aja"

"Jadi gini, sekarang bisnis gue udah hampir bangkrut gue bingung mau gimana lagi. Mau pinjam ke teman, utang gue aja di bank udah bermilyaran. Padahal bisnis itu, sumber penghasilan satu-satunya gue untuk bertahan hidup"

"Terus? Hubungannya sama gue apa?"

"Ya gue minta saran gitu ke lo, apa yang harus gue lakuin saat ini?"

"Hmmm.. ya sudah, ini gue pinjemin uang buat meringankan utang-utang lo. Emang jumlahnya berapa?"

"Emang gapapa bro? Gue jadi ga enak"

"Gapapa bro, sesama teman kita harus saling tolong menolong. Tapi, dalam waktu 3 bulan tolong dikembalikan ya"

"Siap bro… Makasih banyak ya"

"Sama sama bro"

 

Hari sudah semakin petang dan gue baru sadar, ternyata adek gua belum turun juga. Sementara itu si Andi sudah pulang dengan menaiki taksi online menuju ke rumahnya. Gue bingung bukan kepalang, gue cari di dapur adek gue tiba-tiba saja sudah tidak ada. 

Dan secara tiba-tiba ada nomor asing menelpon gue saat itu..

 

"Halo.. selamat malam Pak Rudi"

"Selamat malam.. ini dengan siapa?"

"Saya mau memvideokan call anda, tolong diangkat! Kalau tidak, anda akan terkena masalah!"

"Iya bisa"

Tanpa berpikir panjang, gue langsung matikan panggilan tersebut dan melakukan video call dengannya. Dan oh no, ternyata adik gua disiksa olehnya…

 

"Kurang ajar lo ya.. Lo apain adik gue?"

"Tenang-tenang Pak Rudi. Adik anda bakalan aman asal anda mau menyerahkan uang 50 juta ke kami"

"Gila lo ya? 50 juta??? Gue gaaada uang segitu!!!"

"Berarti anda rela  adik anda kami bunuh?"

"Lepaskan adik gue!!!"

"Anda harus membayar dengan 50 juta dulu!"

"Oke… Gue turuti permintaan lo.. besok kita ketemuan di jalan mawar."

"Kami tunggu besok!"

 

Gue benar-benar ga bisa tidur saat itu. Uang 50 juta memang gue punya, tapi masih uang segitu harus diberikan ke penjahat sih? Ah tapi biarlah ini semua demi kebaikan adik gue.

Keesokan harinya gue berangkat dari rumah jam 9 pagi dan sampai di lokasi hanya lima belas menit saja. Begitupun juga mobil yang membawa adik gue.

 

"Mana adik gue???" kata gue tanpa basa-basi.

"Serahkan dulu apa yang kami minta"

"Nih.. di dalam tas ini ada uang 50 juta… Sekarang serahkan adik gue…"

Dia pun membuka tas yang gue berikan, namun tak sampai membuka seluruhnya gue langsung menyahut, "Percaya sama gue, itu 50 juta!!"

Akhirnya penculik pun menyerahkan adik gue dalam kondisi selamat. 

 

Akhirnya penculik pun pergi dan mengendarai mobilnya. Namun betapa kagetnya gue ketika melihat ada Andi di dalam mobil itu, sambil menatap dengan senyum berbeda. Oh no, ternyata selama ini gue udah ditipu olehnya. Tapi beruntunglah adik gue selamat dan gue nggak bodoh bodoh amat mau menyerahkan uang 50 juta untuk memenuhi nafsu penjahat.

Kami berdua pun langsung cepat-cepat pulang agar trik yang aku lakukan tidak cepat ketahuan. Sejak terjadinya peristiwa itu, kami berdua memutuskan untuk pindah ke luar kota dan memulai semuanya dari awal tanpa adanya gangguan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang freelancer content writer, bloger, dan kontributor di beberapa media.