Kalian pasti akrab dan mengenal betul Ranu Kumbolo, bukan? Sebuah danau indah di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Ya, danau ini dikenal sebagai surganya Gunung Semeru sekaligus menjadi primadona ketika kita pergi ke sana. Ranu Kumbolo bertambah terkenal setelah menjadi lokasi syuting film “5 CM”. Ranu Kumbolo, dengan segala keindahannya punya daya pikat tersendiri di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Well, saya sendiri belum pernah ke sana. Maklumlah jarak tempuh dari Pekalongan ke Jawa Timur lumayan jauh. Sekadar untuk menikmati pesona danau semacam Ranu Kumbolo, bagi warga Jawa Tengah sebenarnya tak perlu jauh-jauh pergi ke Taman Nasional Bromo Tengger. Sebab di Jawa Tengah juga punya danau seindah dan sama eksotisnya dengan Ranu Kumbolo.
Apalagi kalau bukan Telaga Sidringo. Masyarakat Jawa Tengah, terutama warga Batang, Pekalongan, Pemalang, dan sekitarnya sudah sangat familiar dengan telaga indah yang satu ini. Berlokasi di perbatasan Kabupaten Batang dan Kabupaten Banjarnegara membuat Telaga Sidringo ibarat surga kecil yang tersembunyi dibalik hingar bingar Kawasan Wisata Dieng Plateau.
Telaga Sidringo atau ada yang menyebutnya Dringo hari ini telah cukup familiar. Telaga Sidringo menjadi satu paket komplit yang tak boleh dilewatkan jika kita berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Orang-orang sering menyamakan Telaga Sidringo dengan Ranu Kumbolo karena pemandangannya mirip.
Letaknya yang dihimpit oleh perbukitan bikin telaga ini seakan-akan mengukuhkan sebagai duplikat Ranu Kumbolo. Namun sebenarnya selain mirip dengan Ranu Kumbolo, Telaga Sidringo punya daya pikat lain. Telaga Sidringo punya pesona yang saya rasa jauh berbeda dari Ranu Kumbolo. Kalau Ranu Kumbolo berlokasi di jalur pendakian, Telaga Sidringo tidak.
Inilah yang bikin akses menuju Telaga Sidringo mudah ditempuh meskipun berlokasi di ketinggian sekitar 2000 mdpl. Kita bisa menuju ke Telaga Sidringo bahkan dengan menggunakan moda transportasi apapun. Mau naik motor boleh, mobil boleh, pokoknya apa saja, yang penting kondisi kendaraan kuat untuk mengarungi jalan tanjakan dan berkerikil.
Tenang saja medannya enggak berlumpur kok, hanya saja masih berbatu, dan ada yang belum diaspal—mudah-mudahan pas kamu ke sana sudah diaspal ya. Telaga Sidringo berada tepat di bawah jalan menuju Dieng, jadi kamu bisa memandang telaganya dari atas.
Beberapa hari lalu, untuk pertama kalinya saya ke Telaga Sidringo. Berangkat naik motor bersama kawan-kawan. Sekitar pukul lima sore kami berangkat dari rumah salah seorang teman di Kabupaten Batang. Perjalanan ditempuh pada malam hari. Kami ambil jalur Kabupaten Batang-Banjarnegara-Wonosobo.
Sepanjang perjalanan kami melewati hutan pinus yang mungkin saja memanjakan mata jika dilewati pada saat matahari tengah di atas kepala. Tapi waktu itu karena malam hari, jalur yang dipenuhi hutan pinus jadinya malah menyeramkan, sebab minim penerangan. Beruntung kami rombongan jadi enggak takut deh.
Karena berangkat pada malam hari, kami agak kesulitan menemukan jalan menuju Telaga Sidringo. Buntutnya, kami pun nyasar hampir ke Kawasan Dieng Wonosobo. Padahal Telaga Sidringo masih ada di Kabupaten Batang. Dan kami pun harus putar balik, karena sudah kelewatan dua kota. Astaga!
Akhirnya, kami sampai juga di Telaga Sidringo jelang tengah malam. Sesampainya di Telaga Sidringo, kami pun mendirikan tenda. Iya, di Telaga Sidringo bisa buat berkemah, tapi enggak di dekat telaganya, melainkan di atas perbukitan. Dari atas perbukitan kita bisa menyaksikan megahnya Telaga Sidringo.
Kala itu anginnya lumayan ganas, hawa dingin seketika masuk ke dalam pori-pori. Kami pikir harus segera mendirikan tenda. Sebab hawa yang dinginnya setengah mampus bisa bikin kami menggigil. Lagipula perut keroncongan, enggak mungkin menunda makan hingga esok hari.
Tenda pun berdiri, meski harus mendapat perlawan cukup sengit dari angin yang bertiup agak kencang malam itu. Setelah mendirikan tenda, kami putuskan untuk makan dan berlanjur istirahat. Cuaca waktu itu sepertinya hendak turun hujan, jadi enggak memungkinkan untuk turun ke Telaga Sidringo.
Esoknya, saya dibuat terpesona bagai didatangi perempuan cantik. Lah gimana lagi, sekitar lokasi tempat kami mendirikan tenda begitu memanjakan mata. Kami mendirikan tenda di sebuah bukit yang berundak-undak yang mungkin saja enggak bakalan ditemukan di Ranu Kumbolo. Ketika melihat ke bawah, beuh… pesona Telaga Sidringo bertambah karena ada kabut agak tebal yang menyelimutinya.
Ketika saya menoleh ke sudut yang lain, saya melihat perkebunan yang diselimuti pula oleh kabut tebal. Saya pikir di Ranu Kumbolo mungkin kita enggak bisa menyaksikan perkebunan yang tertutup kabut macam itu. Melihat Telaga Sidringo dari atas saja bagi saya kurang, dan saya harus turun ke bawah melihat telaga super eksotis di Kabupaten Batang ini.
Oleh karena saya enggak tahu jalur yang paling cepat mendekat ke Telaga Sidringo, saya pilih menyusuri jalan yang biasa dilalui para pemancing. Iya, di Telaga Sidringo masih banyak penduduk memancing ikan. Saya menyusuri jalan setapak yang hanya bisa dilewati dua motor.
Ketika sampai kurang lebih sepertiga perjalanan, saya menjumpai jalan setepak itu di atasnya tertutup akar yang nyaris kayak di film “5 CM”. Wajar sih katanya Telaga Sidringo disebut-sebut Ranu Kumbolonya Jawa Tengah. Perjalanan menyusuri jalan setapak saya tempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit hingga sampai ke bibir Telaga Sidringo.
Woila! Saya langsung disambut padang savana mengelilingi telaga tersebut. Di atas padang yang bagai permadani hijau itu juga berdiri satu tenda. Saya menduga itu adalah tenda pemancing yang menginap demi mendapat hasil tangkapan yang memuaskan. Ekspektasi saya meleset, benar kata seorang kawan, Telaga Sidringo sedikit luntur pesonanya ketika dilihat dari dekat.
Namun kita bisa melihat keindahan lainnya. Selain telaga, perbukitan yang tanpa malu menghimpit telaga, dan kabut tebal yang secara alami menutupi perkebunan juga enggak kalah memukau. Pemandangan semacam ini langka. Belum lagi, para pemancing yang sangat cocok dijadikan objek foto bagi para fotografer profesional ataupun dadakan.
Pokoknya bukan hanya kemiripannya dengan Ranu Kumbolo, melainkan banyak spot dari Telaga Sidringo yang bisa dibilang jauh lebih indah dari Ranu Kumbolo yang kena sorot kamera film “5 CM”. Telaga Sidringo berada di Desa Gerlang, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang ya, jangan keliru loh.
Oh iya, yang menarik lagi, sebelum kita sampai ke Telaga Sidringo, di perjalanan kita akan disuguhi bau belarang berasal dari kawah yang sering disebut warga sekitar sebagai “kawah mati”. Sekadar saran, kalau mau ke Telaga Sidringo dan punya niatan berkemah di sana, mending cari waktu yang bukan musim hujan, biar enggak repot.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”