Terima Kasih, #JarakMengajarkanku untuk Menghargai Sebuah Pertemuan dan Menikmati Rindu

Dari jarak, aku belajar bagaimana menghargai sebuah pertemuan

Sebenarnya aku adalah salah satu orang yang membenci jarak, apalagi dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh. Aku beri tahu mengapa aku membenci jarak. Jarak menurutku hanya menyiksa, saat aku sedang rindu dan tidak bisa bertemu dengan dia yang kurindu rasanya menyesakkan sekali.

Advertisement

Awalnya aku tidak percaya kepada hubungan jarak jauh akan bertahan lama atau sukses. Karena yang aku pikirkan saat aku pergi, dia yang kusayangi menemukan penggantiku, yang bisa selalu ada untuknya.

Bukan inginku untuk berpisah namun apa daya rencana Sang Ilahi tidak bisa terbantahkan. Aku harus menjalani hari-hariku tanpa dia, rasa takut kehilanganmu terus menerus menghantuiku. Aku yang dulu selalu menggenggam erat tangannya, kini menggenggam erat ponselku dengan penuh harap mendapatkan kabar darinya.

Di awal kami menjalani hubugan jarak jauh kami, setiap hari kami selalu berkomunikasi. Lama-kelamaan karena kesibukan kami masing-masing, terkadang kami hanya chat malam hari, bahkan tidak berkomunikasi sama sekali.

Advertisement

Aku mulai sangat membenci jarak, aku menyalahkan jarak setiap harinya. Aku menyalahkan jarak atas kerenggangan hubungan kami. Bahkan pernah aku salah paham karena kecurigaanku padanya menjadi sangat besar. Dampak dari itu semua, setiap kali kami mempunyai kesempatan berkomunikasi pasti saja selalu bertengkar. Aku mulai muak dengan jarak ini.

Kami memutuskan untuk break sejenak. Hasil dari break itupun membawa dampak yang baik kepada kami. Setelah kami break, kami memutuskan untuk bersatu kembali di dalam jarak.

Advertisement

Saat ini, kami jarang berkomunikasi. Tapi kami selalu memberi kabar satu sama lainnya melalui pesan teks yang sangat singkat.


"Selamat pagi sayang, hari ini jadwal kuliahku padat banget. Terus nanti malam lanjut kerja kelompok di kosan dimas. Have nice day, tukang tidur ;p <3"


Dari sini aku belajar, jarak mengajarkanku bahwa sesibuk apapun dia, jika memang aku prioritasnya, maka ia akan selalu mengabariku di sela-sela kesibukkannya.

Disaat ada kecurigaan menghampiri kami, bukan diam yang kami lakukan, tapi bertanya sehingga tidak ada lagi kecurigaan di antara kami.


"Dia Lina, teman sekelas aku. Jangan cemburu ya, dia partner tugasku. Dia udah punya pacar kok, aku juga cuma sayang sama kamu doang, beneran deh!"


Terkadang, laporannya membuatku tertawa, takut banget sih aku cemburu. Tapi entah mengapa kalau dia yang cemburu, aku malahan suka. Maaf ya sayang aku kadang suka jahil, hehehe. Dari sini, aku belajar lagi, bahwa jarak mengajarkanku untuk mempercayai dan tidak langsung curiga. Hmm rasanya aku sudah menyukai jarak

Ini bagian yang sangat aku suka dari jarak! Saat bertemu dengannya, itu bagian terindah dari hubungan jarak jauh! Ketika perjalanan pulang, kaki ini terasa ringan untuk melangkah, dan wajahku sangatlah berseri-seri, aku tidak sabar menemuinya! Di saat bertemu, terlepas sudah rindu yang sudah tidak bisa dibelenggu itu. Rasa rindu yang kami tahan selama ini, berhasil kami lewati.


Dari jarak, aku belajar bagaimana menghargai sebuah pertemuan, aku belajar bagaimana caranya menikmati rindu, aku belajar banyak hal dari jarak. Sekarang aku mencintai jarak!


Komitmen tanpa tindakan tidaklah bermakna. Seolah-olah komitmen itu hanyalah sebuah lisan yang tak terealisasikan. Semua butuh kepercayaan, maka komitmen menjadi bermakna.

Semoga tulisanku menguatkan kalian para pejuang LDR maupun yang akan ber-LDR. Selamat menikmati rindu!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Teologi dari Universitas Kristen Satya Wacana. Lahir di Bogor, tinggal di Karawang, dan berdarah Batak Toba. Hobby nya makan dan jalan-jalan!