Tatkala Rasa Bahagia Tersandung Rumput Tetangga

Rumput tetangga jauh lebih hijau. Istilah ini sangat terkenal. Sering kita dengar dan saksikan bahkan saat usia masih belia. Sebagian orang mengamininya, mendukung sepenggal kisah dalam kehidupan. Padahal istilah ini sejatinya tak bisa kita telan mentah-mentah. Katakanlah rumput, letaknya di luar rumah. Kita tak paham apa yang sejatinya terjadi di dalam rumah itu. Bahkan kita juga kadang tak bisa membedakan antara rumput sintetis dan alami.

Advertisement

Sayangnya, di zaman yang serba canggih seperti saat ini kita bisa dengan bebasnya mengetahui isi ‘rumah’ orang lain. Tanpa perlu masuk dan bertamu atau mengintip dari celah jendela. Sebab semuanya sudah terpampang di media sosial. Rumah yang dimaksud bukan cuma berarti rumah sesungguhnya, bahkan lebih luas dari itu. Misalnya, tentang pencapaian hingga urusan pribadi seseorang.

Tak bisa dimungkiri, hal inilah yang bisa memantik perasaan membanding-bandingkan. Antara keadaan diri sendiri dengan postingan di media sosial teman. Misalnya, saat isirahat dari kepenatan kerja sambil santai seseorang iseng scroll media osial. Tiba-tiba, melihat teman posting foto liburan. Terbersit rasa nelangsa. Kok aku kerja terus, ya! Lanjut scroll dan  melihat postingan lain tentang pencapaiannya. Seketika merasa stuck dan hidup dalam embel-embel kata gini-gini aja.

Tidak berhenti sampai di situ, ‘badai’ postingan dengan gemerlap kebahagiaan turut didukung para influencer. Artis dan selebgram berlomba-lomba menampilkan yang terbaik di sana. Yang kadang bikin iri sekaligus ngenes adalah ketika mereka mulai memposting betapa bahagianya sebuah hubungan. Keromantisan, keharmonisan, bahkan ke-uwuan, ada semua di media sosial. Entah dengan pasangan, keluarga, atau sahabat. Tak jarang, kita yang sedang menjalani sebuah hubungan jadi merasa kurang pantas dicintai.

Advertisement

Postingan di media sosial layaknya gerbong kereta yang menampilkan beragam bentuk sempurna. Ada yang terlihat kaya, modis, berkelas, good looking, cerdas, dan bahagia. Bukan tidak mungkin yang ada hanya kelihatannya saja. Di sisi lain, kita melewatkan berbagai kisah di balik postingan itu. Ada rasa sakit dan air mata yang tentu saja tidak ditampilkan. Panggung sosial media akan selalu dipenuhi dengan hidup yang tampak serba sempurna.

Memang membandingkan tak sepenuhnya salah. Bisa jadi,  dengan adanya postingan itu justru menginspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Efek buruknya lagi hal itu bisa pula menghalangi kebahagiaan kita yang standar awalnya sederhana. Misalnya, jajan di warung saja bahagianya sudah luar biasa. Semenjak sering membandingkan, melalui teknologi standar itu pun naik.

Sejatinya tidak salah bermedia sosial. Sah-sah saja. Namun, jika sudah mulai mengambil alih kesehatan mental dan kebahagiaan kita, tentu, perlu lebih hati-hati. Nah, daripada sibuk membandingkan dengan rumput tetangga lebih baik kita mensyukuri apa yang dimiliki. Meskipun rumput tetangga jauh lebih hijau bukan berarti rumput yang kita miliki tidak membuat bahagia. Bersyukur dan bahagialah!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lahir 1 Juni di Batang, Jawa Tengah. Seorang guru di SMP Negeri 6 Batang. Menyukai Puisi. Buku kumpulan puisinya berjudul "Senandika Pemantik Api".