Ayah…
Tak terasa 11 tahun kepergianmu masih terbayang di kepalaku. Kini aku gadis kecilmu telah tumbuh dewasa. Kini usiaku sudah menginjak 20 tahun. Kini aku dewasa dalam segi umur dan bahkan jauh lebih dewasa dalam segi pemikiran
Ayah…
Hidup begitu keras dan rumit tanpamu. Bagaikan bidadari yang terbang dengan 1 sayapnya. Begitulah aku yang terus berusaha kuat tanpa sandaran dibahumu tempatku merajut kehidupan. Aku di sini tetap tegar dan menopang segala keluh kesahku hanya untuk diriku dan biarkan aku yang merasakannya sendiri. Ibu tak perlu tau tentang ini, kasihan dia telah berjuang menjadi tulang punggung keluarga saat ini menjadi penggantimu demi cita-cita dan harapanku ini.
Ayah, aku ingin cerita sedikit bagaimana kabarku selepas kepergianmu kala itu. Luka yang aku rasakan adalah luka tersakit dan terdalam yang pernah aku rasakan.aku memang pernah kehilangan cinta. Namun tak sebanding dengan kehilangan cinta pertamaku yaitu engkau ayah. Bahkan hingga hari ini engkau masih sering hadir dalam tidurku, melepaskan senyum yang damai dan indah untukku dengan baju putih bercahayamu,namun tetap saja dalam bangunku aku merasakan luka kehilangan itu kembali.
Hari demi hari aku coba lewati dan mencoba damai dengan kenyataan, namun kenyataannya tetap saja pahit. Tetapi entah mengapa sejak kepergianmu aku mulai belajar,belajar menerima dengan melepaskan mana yang sudah waktunya untuk bertemu sang pencipta, belajar bagaimana mengasihi selama masih ada, belajar bagaimana mensyukuri yang ada bukan terus meratapi yang telah tiada.
Dulu aku merasa Tuhan tidak adil telah mengambil ayahku,sedangkan melihat bagaimana bahagianya mereka yang masih memiliki sosok seorang ayah, yang masih bisa dijemput seusai sekolah, yang masih bisa menghabiskan sorenya bercengkrama dengan sosok seorang ayah. Aku di sini bertemu dengan ratusan orang setiap harinya namun masih tetap merasa sepi dan sendiri. Namun aku tersadar bahwa kesepianku ialah karena aku meratapimu dan lupa dengan bagaimana sayangnya ibu yang berada di sampingku selama ini. Tuhan ternyata adil, tak ada kehidupan yang sempurna di dunia ini. Aku harusnya bersyukur dengan masih diberikan sosok seorang ibu yang sangat luar biasa. Di luar sana ada anak yang hidup tanpa ayah, tanpa ibu, atau bahkan tanpa mengetahui siapa orangtuanya. Mereka yang aku lihat mungkin hidup bahagia dengan sosok kedua orangtuanya namun penuh dengan cobaan dunia yang bagaikan roda berputar ini.
Kini aku telah berfikir jauh lebih dewasa dan mengikhlaskan segala takdir sang pencipta. Walau rindu kadang datang menghampiri dan sesak terasa di dada, aku tak akan menangisi dan menyalahkan siapapun perihal kepergianmu karena aku percaya bahwa apa yang telah ditetapkan adalah jalan terbaik-Nya.
Kini aku tahu arti sebenarnya dari hargai selagi ada dan usahakan selagi mampu. Kita tak akan tahu “kehilangan” seperti apa yang akan kita hadapi. kenanganmu dan segala tentangmu adalah pelajaran untukku agar menjadi kuat dulu, kini, dan pada hari yang akan datang aku di sini akan menjadi wanita kuat walau harus terbang dengan satu sayapku. Aku di sini akan berjuang untuk ibu yang kehilangan sosokmu namun tetap kuat menjalani kehidupan, dan untukmu ayah yang melihatku dari kejauhan di alam sana.
Gadis kecilmu akan menjadi wanita yang menopang beban dengan bahunya sendiri,dan berjalan menjalani pasang surut dengan kakinya sendiri. Ayah, kini kepergianmu meninggalkan pelajaran terhebat didalam hidupku. Istirahatlah yang tenang, salam rinduku putrimu dan istrimu untukmu di alam sana.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”