Ketika waktu ditanya tentang detik, gumamnya "Teruslah melangkah berjalan kearah depan sesuai dengan arah detik panah jarum jamnya"
Dari waktu yang bernarasi tentang segala hal kepada arti dan tapak jejak yang dilalui dari detik ke menit menuju perputaran jam. Dari waktu yang tak pernah berkata tunggu sejenak. Waktu terus bergulir dan melaju. Waktu merayap dalam pekat. Lekat hati belum beranjak. Tanpa aba-aba singgahnya mengalir mengisi ruang hati. Sekeping seraya terbang menenggelamkan rasa yang terpatri, seolah ada yang menghilang didalam sisi hati. Hambar meraja, seketika disapa hampa. Namun, tak memerlukan banyak frasa kata. Teduh dalam hening sunyi bergumul didalam sandaran hangatnya doa bersama Allah Ta'ala sanggup meredam dan melega. Keyakinan dan kekuatan doa akan menjaga hati kita disepanjang sisa usia kepada takdir fitrah cintanya.
Butiran tasbih hati menjadi pembalur ketentraman hati yang samar memar. Tersadar, getaran hati tak mampu tuk dipaksa ataupun dipilih sebab musabab aljabar asa. Getaran hati menyapa datang dan mengalir dari hati. Dari hati yang mengalir cinta yang bersemi kearahmu nan jauh di seberang jarak lautan. Bersama butiran doa melampirkan secarik pesan yang tersimpan dalam. Langit yang bergetar turut menjalar, akar cinta getaran melodi hati terhubung kearahmu. Menyimpan kedalam sujud munajat yang renyuh. Sebab iman sebuah bingkai cinta terjaga dan mengalir turuti syahdunya yang mengalun petikan demi petikan nada indah sepaket berada bersama maknanya. Bukan dari raut sekilas tatap, tetapi dari hati yang menjawab.
Menata hati didalam rintik mendungnya. Berkompromi bersama labirin tabir hari. Takdir menjejak kedalam munajat. Berbayang, melanglang, menepi dengan waktu. Benak seolah kikis, waktu turut menipis, menepis memadamkan paksa cahaya cinta nyaris perih. Perlahan waktu melaju, berulang kali menarik denyut nafas. Mencoba bersahabat kepada hari dengan denyut nada jiwa, iringi kenyataan yang terletak dan menyala. Tiba kabut menyamarkan raga. Ilalang berjejeran bertengger pada bilik tangkainya. Menangkap bisik pesan dihamparan padang benderang ke altar awan. Ketika petang, malam menyisip bingkai bintang harapan, munajat yang terlangitkan menjadi pelipur sendu harapan menanti belahan hati. Nampak kerlip cahaya kunang berterbangan berlalu lalang menyisip sang malam pada rimbun tangkai pepohonan. Dirundung mendung, serpihan hati ku peluk erat bersama bait-bait munajat sebuah rasa. Belum menyudahi lirihnya melodi nada hati.
Apa yang sebenarnya dikerumuni dalam bumi, apa yang sebenarnya dijelajahi?. Berpetualang pada rakitan tangkai hari didalam teka-teki. Segumpal tetes makna menjadi warna. Kesunyian menghujan dikutub telaga hati. Tanda kutib titik temu mampukah temukan arahnya? Disuatu hari nanti, Tanda titik cinta yang bersemi menjadi bait setia didalam munajat hati sampai penghujung hari, Yang dinanti. Peluk jauhku dari sini, semoga Rabbi senantiasa menjaga dan melindungi. Meridhoi langkah hati pada hati yang tertaut nada cinta dan kasih sayang yang bersemi tuk ibadah. Saat raga tiada daya merengkuh, menerbangkan keberadaan kelabuhan senja seberang lautan, munajat abadi ku serahkan kelangit doa bersama Allah Ta'ala.
Biarkan arah pijakan temukan arah menetapi sejalan. Biarkan hati yang bersemi dijaga didalam doa yang sehati. Liuk takdir berjalan temukan penghubung sebuah titik labuhan pertemuan. Sebelum tiba akhir detik penghujung menutup mata lembaran narasi dalam pejam yang menjabarkan. Belahan jiwa tak kan tersesat, sebab ia mengerti dimana letaknya menetap. Cinta di dalam hidupku, kudekap engkau bersama siraman munajat hangat. Sebab rajutan cinta adalah sebingkai doa yang tak pernah jeda dan senantiasa menjaga keberadaannya dekat di dalam lubuk hati dan juga jiwa.
Secarik kepada lembar kertas putih, selarik kepada percikan bait nada cinta sederhana tertuangkan kedalam aliran yang meletakkan sebuah rasa terpatri dari dalam cipta lubuk hati. Secawan dalam seteguk menumpahkan bisik kerinduan. Bait percikan narasi hangat terangkai dari dalam hati menjadi sebuah gemericik melodi hati. Kepada jarak dan ruang yang membenamkan harapan. Menyambung jarak bertebing, waktu berdetak, ruang menjulang. Tak kan mampu mengalihkan hati yang terdalam kearah langit hatimu yang tersayang. Tak terjabarkan, biarkan Allah yang tersayang yang kelak meramu liuk labirin narasi sejatinya yang abadi.
Sesuai kehendak serta ijinNya, sesuai ketetapan ridho Nya yang diracik, dirajut dengan bingkai indah. Keyakinan bersama Allah tak kan pernah terbatas ruang dan waktu. Begitu sangat dalam melalui rangkaian cinta dalam diam dan doa yang renyuh. Melirih melodi nada dari hati kepada alunan tangkai melodi hati. Kepada sepanjang sisa usia perjalanan, kepada detik akhir ujung penantian ataupun kekata menunggu didalam hening nan sunyi tuk melipur hati dari arah tertuju kepada bidik teka-teki, kepada sebuah waktu dan jawaban. Jarak dan ruang yang seketika membenamkan harapan pada alur jejak kenyataan, tak memudarkan bingkai hati yang bersemi didalam lubuk hati, didalam secuil harapan bersama Allah didalam sujud munajat yang benderang. Menyambung jarak didekat renyuhnya sujud munajat. Menyambung kasih didalam dekap cinta didalam doa. Belahan jiwa tak pernah beranjak jauh, ia dekat didalam pertemuan sujud doa. Keyakinan teduh menyampaikan seutas pesan ke dalam ruang langit hati yang terdalam.
Kepada jembatan sebuah temu, ke dalam sebuah titik renyuh serangkaian doa. Pupuk sedalam tabah, rawat sedalam siraman cinta, seteduh linangan yang tertumpah merapat ke dalam sujud munajat hangat yang sejenak tentramkan jiwa. Kedalam hening kedalam sunyi. Kedalam butiran detik bait tasbih hati yang mengitari. Kecup di atas sujud sajadah munajat cinta bersama Rabbi yang mengasihi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”