Aku bertemu denganmu lagi. Seseorang yang sudah lama aku lupakan. Seseorang yang susah payah aku enyahkan.
Lelaki itu pernah membunuh jiwaku sebelumnya. Tenggelam dalam penderitaan yang tak kunjung habis. Hingga, aku memutuskan untuk berhenti menyakiti diriku dan bangkit dari keterpurukan.
Memang saat itu, sulit bagiku untuk menerima kenyataan pahit. Namun, aku berpikir, semua orang pasti pernah tersakiti dengan cara apa pun.
Kau mengayunkan tanganmu ke atas.
Hai! Apa kabar?
Kau bertanya kabarku? Aneh. Bukankah kau tahu aku hampir saja mati karenamu? Putus asa karena kehilanganmu waktu itu. Lalu kau datang di hadapanku dan menanyakan kabarku? Apakah kau sudah tak waras?
Singkat ku jawab, Aku baik.
Kemudian, aku melangkahkan kaki untuk meninggalkanmu. Kau berusaha mengejarku. Kakimu lebih panjang dariku, pastinya kau menang. Aku sudah tahu. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kepahitan itu kembali tertelan olehku saat ini. Melihatmu di hadapanku seperti petaka. Brengsek!
Kau berusaha menghentikanku.Ada apa denganmu? Kenapa kau menghilang?
Tak punya otak! Tak punya hati! Dasar kau gila! Beraninya kau bertanya itu kepadaku!
Aku tidak apa-apa, jawabku angkuh.
Maafkan aku waktu itu. Aku menyesal. Maukah kau kembali? tanyanya seperti kehilangan kesadaran.
Aku pun memakinya. Semua uneg-uneg ku keluarkan. Aku berteriak.
Hei! Walaupun di dunia ini hanya tersisa kau dan aku, aku takkan mau kembali kepadamu. Lebih baik aku melajang hingga mati! Dibanding aku harus kembali dengan orang sepertimu! Beraninya kau meminta hal itu setelah yang kau lakukan kepadaku! Aku memang sangat mencintaimu, tetapi aku tidak akan terjatuh untuk kedua kali!
Kau tahu setelah kau meninggalkanku dengan wanita itu, aku sadar bahwa aku telah terpedaya oleh mulut jahanammu! tuturku begitu sinis sembari mendorongnya pelan.
Ia tertawa. Apa kau yakin? Aku tahu kau masih mencintaiku,
Ya, aku sangat yakin 100%! Jawabku dengan sangat percaya diri. Kau kira aku cinta mati kepadamu?
Tentu saja, kau mengatakan itu ribuan kali,
Aku meniup poniku. Itu dulu, sekarang tidak lagi. Jadi, enyahlah dari hadapanku! aku memberi tanda untuk menyingkir.
Luar biasa. Aku mengatakan hal tersebut kepadanya. Dulu aku memang tergila-gila kepadamu, tapi itu dulu. Kini, tidak lagi.
Terjerembab ke tanah gersang penuh kekosongan adalah hal yang pernah terjadi kepadaku. Tapi ku pastikan, hal itu takkan terulang lagi kepadaku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”