Takdir Begitu Jenaka, Mempertemukan yang Terluka untuk Saling Berbahagia

Bila memang sudah waktunya tiba. Badai datang pun tak akan menyiutkan nyalimu untuk berjumpa. Waktu selayaknya putaran takdir. Tidak pernah bisa diterka, kamu akan bertemu siapa dan berpisah dengan siapa. Selalu ada awal dan akhir, selalu ada mulai dan selesai, terlepas siapa yang kamu temui. Perbedaanya adalah apa yang memisahkanmu dan seberapa lama kamu bertahan dalam keadaan itu.

Advertisement

Luka adalah sebuah rasa yang tak pernah lepas sepanjang manusia hidup. Tidak pernah ada satu manusia pun yang tak pernah terluka. Baik raga maupun batin, semua pasti pernah berduka. Jika luka fisik dapat terhapus dan terlihat, maka bagaimana dengan luka batin yang tak nampak? Jika sumur bisa diukur seberapa dalamnya, bagaimana dengan hati yang tak pernah kamu ketahui seberapa dalamnya sebuah rasa yang pernah ada.

Waktu dan luka begitu erat kaitannya. Seberapa lama kamu membutuhkan waktu untuk pulih dari luka dan seberapa terluka nya kamu dengan berlalunya waktu. Tidak ada yang dapat menjawabnya selain dirimu dan sanubarimu. Maaf, menjadi sebuah kata sakral bagimu. Bagaimana kamu bisa segera memaafkan orang yang pernah melukaimu dan berlalu bersama waktu. Sayangnya, kata maaf tidak bisa datang dengan sesegera mungkin. Kata maaf ternyata tidak bisa timbul dan tenggelam semaumu.

Hingga akhirnya kamu tiba di satu titik atau lebih tepatnya kamu dan dia, orang yang sebetulnya asing bisa menjadi satu padu karena ternyata sama-sama pernah memiliki luka yang sama. Bertemu bukan untuk melampiaskan sesuatu atau balas dendam dengan sosok yang pernah melukai, melainkan untuk memaafkan. Bukan memaafkan orang yang pernah menyakiti, melainkan memaafkan kebodohan diri sendiri yang pernah terperangkap dengan jebakan waktu dan takdir.

Advertisement

Kamu akhirnya tersadar. Kamu tidak hidup di masa lalu. Traumamu tidak berarti apa-apa dibandingkan masa depanmu yang terbentang panjang dan luas. Masa lalumu bukanlah mimpi buruk terbesarmu. Ia adalah lembaran kisah yang tertumpuk di buku perjalananmu. Bisa kamu baca sesekali tetapi bukanlah segalanya. Kamu bisa belajar banyak dari lembaran-lembaran kusut itu. Namun tidak harus selalu dibawa kemana-mana atau dibaca setiap saat. Itu hanyalah sebuah lembaran. Tidak terlalu berarti besar bagi hidupmu.

Menemukan dia yang juga pernah terluka tidak semudah ucapan belaka. Tetap melalui sebuah perjuangan dan rintangan. Meski awalnya asing, seiring berjalannya waktu, hadirlah rasa nyaman terhangat. Kamu mulai khawatir, apa bedanya dengan yang sebelumnya? Hingga waktu dan hati yang benar-benar menjawabnya. Lukamu bisa jadi belum pulih seutuhnya, tetapi raga dan batinmu semakin kuat. Apalagi, dengan hadirnya dia yang selalu menemani setiap Langkah di kehidupanmu.

Advertisement

Pada akhirnya, memang ini sudah takdirnya. Takdirlah yang menuntunmu bertemu dengan dia di titik ini. Takdir begitu jenaka. Maka tertawalah. Bukan menertakwan nasib, melainkan menertawakan semua yang sudah berlalu. Tertawa untuk merayakan semua perjalanan panjang yang sudah kamu lalui. Tertawalah untuk menghibur diri karena perjalanan baru ke depan yang juga tak kalah panjangnya dengan yang sudah kamu lalui.

Selamat bertemu dengan takdirmu. Berbahagialah. Meski pelik, karena dunia ini masih ada dia. Bersenda guraulah. Karena hidup tidak selamanya tentang cerita sedih. Tersenyumlah, karena kamu sudah menjadi seseorang yang lebih kuat dari sebelumnya. Bersiaplah, menghadapi hari esok untuk menyapa takdir jenaka lainnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I Write blog not tragedies.