Ada yang berbeda dengan bulan ini, yang kedatangannya selalu memberi kebahagiaan yang tiada tara. Ya, kali ini Ramadan telah didepan mata. namun, ada yang berbeda dengan sore. Aku yang masih berusia belia terbiasa membawa sajadah bersama kakak dan adik perempuanku bergegas menuju masjid dengan perasaan bahagia.
Tidak lupa, gorengan, dan es manis buatan ibuku menjadi menu wajib yang harus dibawa. Berbusana muslimah indah kami berjalan memandang sekitar, berharap kami mendapat shaf yang paling depan. sesampainya di sana, kami bertemu dengan kawan lainnya yang membawa camilan dan mineral untuk berbuka bersama. tawa, canda, dan sapa adalah sesuatu yang tak akan terlupa pada masanya. Tanpa harus berpikir sahur dengan menggunakan menu apa.
Sore berikutnya, hanya aku saja yang perempuan, dua saudara perempuanku tergantikan oleh dua adik laki-lakiku. tidak berjalan kaki, namun, mengendarai sepeda, dan aku berada di tengah. tidak membawa apa-apa melainkan hanya sajadah dan mukenah. Ya, mereka terkenal dengan kesangarannya.
Ternyata, ingatan itu muncul ketika sore aku membeli gorengan di depan rumah. kini usiaku tak lagi seperti mereka yang berada di depanku. Anak-anak yang mengantri demi gorengan kesukannya. tanpa rasa bersalah, mereka bersama membeli sebanyak-banyak makanan untuk dibawa pada saat berbuka di masjid yang sama denganku dulu.
Masih menggunakan pakaian muslimah yang indah, sajadah, dan tak lupa mukenah dihadapanku. Tak terasa nuraniku meronta ternyata masa-masa mereka adalah masa yang ingin kuulang lagi.
Sayangnya, aku telah memasuki usia dewasa. Amat banyak amanah dan serangkaian acara yang harus terlaksana setiap sorenya
Aku tidak akan lagi sumringah ketika mendengar adzan, kemudian teman-teman memanggil namaku. Aku tidak akan lagi berbaju muslimah dan berlomba mendapat shaf terdepan sebagai jamaah. aku tidak lagi pemburu gorengan dan es manis buatan ibuku tiap sore yang harus kutenteng disebelah sajadah.
Dewasa membuatku harus lebih menjadi lebih bermakna. Tidak sekedar menjadi dewasa yang menggelar sajadah di shaf seadanya ketika shalat tarawih berjamaah. tidak sekedar membawa mukenah, dan ketika imam berceramah aku bisa bercengkrama dengan sebaya. tidak, sudah tidak begitu lagi zamannya.
Dewasa membuatku lebih tangguh dari beliaku
Meskipun dengan suasana yang sama, sekarang aku hadir dengan manusia dengan karakter yang berbeda. Setiap sahur, berbuka, dan taraweh, aku tidak lagi berpola sama ketika aku masih belia.Hanya saja aku merindukan masaku saat itu, bersama teman sabayaku. Tanpa mengenal amarah, tanpa mengenal patah dan lain sebagainya.
Dewasa membuatku belajar menjadi wanita sesungguhnya, aku yang akan memberikan kebahagiaan yang sama kepada anak cucuku kelak. memasak gorengan kesukaannya, membuat es kesukaannya, dan membelika mukenah lucu untuknya.
Tak terasa lamunanku buyar ketika mereka menghilang dari penglihatanku. Setelah bertemu mereka aku berjanji bahwa aku akan memberikan pengalaman yang sama kepada anak cucuku kelak tentang Ramadan. apa itu arti berbuka bersama. Apa makna sajadah dan gorengan yang ditenteng bersama, dan shaf terdepan ketika salat berjamaah.
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”