Ayah dan Ibu Tak Selamanya Menemani Kita. Makanya, Sesering-sering Luangkan Waktu Bersama Mereka ya

ayah dan ibu tak selamanya menemani kita

"Nah, sekarang saya sedang melatih orang tua saya untuk tak banyak megandalkan saya, karena kalau saya sudah menikah, ya, tanggung jawab saya ke suami dan keluarga suami."

Advertisement

Waow! Sungguh sebuah ungkapan indah dari seorang anak berbakti! Eh, kok berbakti sih? Hem. Maaf salah. Maksudnya anak tak tahu diri. Iya, benar, cukup tidak tahu diri mengingat dia tidak akan menjadi siapa-siapa seperti sekarang ini, bertumbuh dengan baik, dan akan menikah, tanpa orang tua yang dengan segenap hati memberikannya hidup sejak dia masih embrio.

Miris sekali. Tapi, ya begitulah penuturan seorang teman kepada saya satu tahun yang lalu. Lalu saya mulai mencerna baik-baik perkataan itu, hampir saja saya tertular perkataan itu, ketika akhirnya hati nurani saya menyangkal.

"Orang yang memelihara orang tuanya akan diberkati," seperti itulah perkataan nurani saya kala itu. Iya, saat kita tidak sibuk mengurusi kebahagiaan kita sendiri dengan mau berbagi, terutama kepada orang tua yang sudah dengan segenap kekuatannya memberikan kita hidup, maka ada sesuatu yang baik terjadi di dalam hidup kita, yang hanya Pemilik Semesta yang tahu.

Advertisement

Jika, di masa-masa tertentu, misalnya, di masa virus yang-namanya-tidak-boleh-disebut (hehe agak berlebihan) ini sedang menyerang bumi, kita menjadi susah untuk bisa mempunyai respons hati mau atau bahkan suka memberi-berbagi, terutama kepada orang tua kita sendiri, coba renungkan hal ini. Iya, coba renungkan dua pertanyaan ini, memangnya sampai kapan kita akan terus bersama dengan orang tua kita? Apakah sampai kita punya cucu dan berambut putih kah orang tua kita akan tetap hidup dan berada di sekitar kita? Hah? Tolong renungkan readers.

Tentu saja tidak. Tidak selamanya orang tua kita hidup sehat menemani kita. Ada masanya mereka akan pergi dan hanya bisa dikenang keberadaannya. Iya kan? Jadi, kalau sekarang kita masih punya kesempatan untuk melihat dan bersama mereka, tolong kasih-i dan rawatlah mereka. Berikan yang terbaik dari yang bisa kita berikan kepada mereka, karena pada dasarnya kita tidak akan pernah bisa mengganti besarnya harga yang harus mereka bayar untuk menjadikan kita orang seperti sekarang ini.

Advertisement

Jangan sampai kita menyesal telah mengabaikan mereka selama masa hidup mereka di sekitar kita. Benar, jangan sampai! Jika selama ini menelepon-menghubungi gebetan atau pacar atau calon suami atau calon mertua atau teman atau siapapun orang lain yang kita anggap lebih mengasyikan dan menguntungkan menjadi prioritas utama ketimbang orangtua kandung kita sendiri, maka cobalah untuk merubah itu.

Mulailah dengan lebih banyak mendengar dan mengetahui apa yang sebenarnya orang tua kita butuhkan akhir-akhir ini. Jika waktu kita lah yang mereka butuhkan, maka berusahalah untuk memberikan waktu yang terbaik ditengah riwuhnya sebuah kesibukan. Atau, jika yang mereka butuhkan adalah obat-obatan atau suplemen tertentu untuk tubuh yang tak lagi bugar, maka berusahalah untuk memenuhi itu. Atau kebutuhan apa lagi yang harusnya kita tahu, pahami, dan sedang berusaha memenuhinya? Apa readers?

Meskipun, saya tahu tidak semua dari kita bekerja, mungkin sebagian kita adalah pelajar? Mahasiswa? Atau mungkin seorang pekerja namun dengan jenjang karier dan penghasilan yang belum menjanjikan, tapi tetaplah usahakan untuk memberikan yang paling terbaik untuk orang tua kita. Iya, yang paling mereka butuhkan di usia yang tak lagi muda ini.

Karena waktu adalah waktu dan tidak akan pernah bisa diulang bahkan memberikan toleransi sedikitpun untuk penyesalan kita, ketika tanah sudah benar-benar menutupi tubuh mereka (baca : orang tua kita). Ya, kasihilah ayamu, ibumu, selagi kesempatan dan waktu itu masih ada. Kiranya, diberkatilah selalu kita tim anak-anak penuh kasih dan bakti kepada babe dan enyak! Hehe. Spread the love~~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Shangrila.(n) ; any place of complete bliss and delight and peace→The Lost Horizon, James Hilton(England,1933)™ Passion Never Weak

Editor

une femme libre