Biarkan semesta berbicara: Karena harusnya tidak ada kita
Suara kendaraan menderu sedang kita menelan pilu
Kesempatan sama menyesalnya dengan rasa rindu
Kita hanya memilih diam dikebisingan kota
Membiarkan kata-kata menguap begitu saja
Â
Di persimpangan yang mempertemukan aku dan kamu
Entah bentuk rasa yakin apa itu
Memilih berjalan bersama dengan tanda tanya
Berharap di ujung jalan temukan jawabannya
Â
Tangis dan perdebatan yang pernah pecah berkali-kali
Mulai sirna segala bahagia dan harapan yang ada
Di jalan yang kita percayai ternyata mengkhianati
Atau mungkin diujung jalan memang tidak ada kita?
Â
Kita yang mengenyahkan suara semesta
Meninggikan ego dan membesarkan rasa percaya
Kita yang terlalu angkuh dengan menutup telinga
Karena mungkin semesta tau akhirnya
Â
Biarkan semesta berbicara: Aku malu, Semesta
Setelah jatuh dan hancur ribuan kali
Mengais serpihan dengan tubuh yang rapuh
Bernafas walau sesak sesekali
Berbaring berkali-kali berharap kekuatan dapat tumbuh
Â
Aku ini terlalu takut jatuh
Tapi aku terlalu mudah untuk berada diketinggian
Takut jika harus lagi-lagi terluka parah
Dan menyalahkan semuanya yang bersangkutan
Â
Selalu tutup mata ketika semesta tengah menunjukkan
Merasa bahwa dunia di bawah kendaliku
Menyangkal semuanya mungkin yang paling mudah dilakukan
Sehingga rasa sesal bukan milikku
Â
Selalu menutup telinga ketika semesta tengah menjelaskan
Merasa bahwa dunia melarang bahagia
Menganggap lelucon mungkin hal yang paling mudah dilakukan
Sehingga rasa malu yang hanya terasa
Â
Aku malu, Semesta
Aku hanya manusia biasa yang terlalu menuruti keangkuhanku
Aku malu, Semesta
Meninggikan ego yang malah menenggelamkanku
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”